Setelah selesai sholat dzuhur
Jihan dan Cely memasuki lab kembali, terlihat Rans dan teamnya tengah sibuk mempersiapkan segala alat yang akan digunakan Jihan.
Jika Jihan bisa datang kedunia Jingga melalui ritual ghaib, nah kali ini kebalikannya, dari ghaib diextrak menjadi hal ilmiah dan kembali ke hal ghaib melalui alat-alat mesin canggih ciptaan ayah Celly dan teamnya.
Jihan berulang kali menarik nafas kasar, jantungnya berdetak tidak menentu. Sebenarnya, dia sedikit takut tapi apalah daya, keinginannya menguak tanda lahirnya semakin hari semakin kuat, apa lagi jika dia berhasil menguak misteri tanda lahirnya berarti kesempatan bertemu orang tuanya sangat besar.
Rans mendatangi Jihan
"Jihan Taylor putri dari Bapak Asraf Taylor dan Ibu Lolita, apakah siap menerima segala resikonya? jika siap silahkan tanda tangan virtual disini!" Rans memberikan sebuah surat pernyataan virtual ditabletnya.
Jihan membaca segala persyaratan dan resikonya menjadi kelinci percobaan mesin Portal Telefortasi, setelah membaca semuanya, tanpa ragu Jihan mentanda tanganinya.
"Saya siap pak..!" Jihan memberikan tablet kepada Rans setelah ditandatangani surat pertanyaannya.
"Baiklah kalau begitu, silahkan naik kekursi itu, kedua tangan dan kaki mu rentangkan," Rans memerintah.
Setelah lima menit para team memasangkan alat-alat canggih dihampir diseluruh tubuhnya, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Dan yang paling banyak ditangan sebelah kirinya, bahkan ada semacam monitor khusus yang dipasang dibagihan tanda lahirnya.
Rans menyuntikkan cairan penenang dan cairan obat lainnya.
"Cely...!" Jihan menatap Cely penuh harap, netranya sedikit meneteskan buliran bening. Perlahan Jihan kehilangan pandangannya, setelah cairan khusus itu beraksi.
"Jihan..! aku disini, disamping mu dan aku tidak akan meninggalkanmu," Cely berbisik ditelinga Jihan, meskipun Jihan masih dapat mendengarkannya tapi mulut dan matanya tidak bisa dibuka lagi.
"Selamat berjuang Jihan, In Syaa Allah apa yang kamu inginkan akan kamu dapatkan!" tak terasa Cely meneteskan air matanya dipipi Jihan dan Cely berjalan mundur menjauhi Jihan.
Rans dan teamnya juga mundur menjauh dari Jihan sekitar 20 meter. Mereka berdiri diposisi masing-masing, lampu hitungan mundur mulai menyala.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Ketika lampu timer padam, anggota team pun mulai menyalakan mesin. Satu persatu mesin mulai beroperasi sesuai dengan rancangan.
Tidak sampai lima menit, tubuh Jihan mulai bereaksi. Matanya terbuka lebar dan berputar sehingga terlihat putihnya saja, kedua tangannya mulai mencengkram erat, kakinya mulai tidak tenang, tiba-tiba...
"Aaarrrggghhh....!"
"Aaaakh.....!"
Teriakannya sangat melengking dan keras sekali, berkali-kali lipat dari orang normal biasa. Tubuhnya mulai berontak tak karuan.
Mesin Portal Telefortasi tiba-tiba menyala sebelum waktunya.
"Matikan mesin portalnya..!" teriak Rans berteriak sekuat-kuatnya.
"Mesinnya menyala sendiri pak...! tidak bisa dimatikan...!" anggota teamnya pun sekuat tenaga menarik salkar mesin portal, semua anggota team sibuk pada posisi tugas masing-masing.
"Kencangkan semua borgol ditubuhnya.....! ayo cepatttt....!" Rans pun ikut terjun langsung, karena situasi tidak kondusif.
Saat Rans dan teamnya ingin mendekatinya Jihan, pancaran cahaya Jingga muncul sangat terang sekali mengarah keposisi Jihan, sehingga hampir tidak kelihatan tubuh Jihan.
Tiba-tiba
"Aaakh....!"
"Aauw...!"
Terdengar suara para anggota team berteriak kesakitan, mereka terpelanting kesegala arah, bahkan ada yang terluka dan pingsan seketika.
Beberapa detik setelah cahaya Jingga itu muncul, tubuh Jihan terlihat terhisap. Rans yang ikut terpelanting tadi, berusaha bangkit dan lari kearah Jihan, dia berusaha menarik tubuh Jihan, tapi semuanya terlambat.
Tidak ada lagi suara histeris Jihan, tubuh Jihan berubah menjadi partikel-partikel kecil yang rumit.
Cahaya Jingga itu perlahan redup, seiringan tubuh Jihan menghilang.
Anggota team bangkit masih berusaha mematikan mesin portal dan hampir berhasil. Tapi Rans berteriak.
"Jangaaan...! jangan dimatikan...!" Rans menghampiri anggota teamnya dengan nafas tersengal-sengal.
"Belum waktunya kita tunggu sejenak, berbahaya jika dimatikan sekarang," jari Rans menunjuk kemonitor, terlihat dimonitor energi dan tubuh Jihan belum sepenuhnya sampai ditujuannya dan masih berbentuk partikel.
Rans terus saja memperhatikan mesin monitor dan portal tersebut, tak bergeming sedikitpun. Rans tidak mau percobaan kali ini gagal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments