"Hallo Abi."
"Dimana kunci mobil Bi? Jihan mau berangkat kuliah nih, uda buru-buru..!" terlihat ponsel Jihan dirapatkan ditelinganya dan dia terlihat mengacak-acak isi laci lemari diruang tengah, wajahnya terlihat kesal karena benda yang dicarinya tidak kunjung ditemukan.
("Assalamu'alaikum Han..!") terdengar dari seberang sana suara Asraf dan sedikit menghela nafas kasar.
("kalau nelfon ucapkan salam napa Han, kayak gak pernah diajari saja.") lanjut Asraf menasehatinya dari seberang telfonnya.
"Iya iya ya Abi Wa'alaikumussalam..!" sahut Jihan, meskipun kelihatan enggan menjawabnya dan terlihat cuek.
"Abi dimana sih kunci mobil Jihan? uda telat nih Jihan kuliahnya, dari tadi Jihan cari gak ketemu-temu," mata Jihan memindai kesegala arah.
("Sejak kapan Abi pernah pake mobil kamu?") Asraf malah balik bertanya, memang Asraf tidak pernah memakai mobil Jihan.
("Coba kamu tanya ke bik Endah atau adikmu, adikmu kan yang sering pake mobil mu,") lanjut Asraf penuh penjelasan, Asraf malas bertele-tele jika berbicara dengan Jihan.
"Oo ya uda Bi, biar Jihan tanya kemereka..!" dengan kesal Jihan langsung mematikan telfonnya, tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.
Diseberang telfon
'Astaghfirullah Jihan...! gak ada sopan-sopannya ini anak ya' Asraf menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menatap layar ponselnya.
Sementara Jihan
"Inkaaaa...! Inkaaaa...!!"
"Inkaaa...! Dimana kunci mobil..!?" Jihan berteriak-teriak seperti dihutan saja, karena yang di panggil tidak datang dan menyahut, Jihan buru-buru mendatangi kamar Inka.
Ceklet...!
"Inka dimana kunci mobil..? aku bisa telat kuliah nih!" tanpa permisi, Jihan menerobos masuk kekamar Inka. Jihan terhenti dan terdiam, karena ia melihat Inka sedang sholat, mungkin sholat Dhuha.
'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh'
'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh' Inka menoleh kekanan dan kiri, pertanda dia menyudahi sholatnya.
"Astaghfirullah...! ada apa sih kak teriak-teriak..?" Inka menunjukkan expresi kurang senang.
"Kunci mobil mana?" Jihan menjulurkan tangan kanannya kearah Inka tanpa basi-basi.
Inka bangkit dari duduknya dan mengambil tas kecilnya, ia cari benda beremot itu, namun tak ketemu juga.
"Aduuuhh..,! cepat dong Ka, aku bisa telat nih kuliahnya..!" expresi Jihan jelas terlihat tidak sabar.
"Sabar napa," Inka sambil berjalan menuju baju gamisnya yang di gantung, ia rogoh sakunya. Ternyata kuncinya disaku tersebut.
"Ini dan gak usah teriak-teriak segala," Inka berkomentar peringatan sekaligus memberikan benda beremot itu.
"Alah...! berisik kamu Ka..!" Jihan langsung menyabet kunci mobilnya dan melengos meninggalkan Inka, yang masih berdiri memperhatikannya, Inka beberapa kali beristighfar melihat tingkah laku kakaknya itu.
Sifat Inka kebalikan dari sifat Jihan, Inka anaknya penurut, lemah lembut, sederhana, dan santun. Bahkan sampai detik ini di tubuh Inka tidak ada sebuah perhiasan apapun yang dikenakan, Inka kadang memakai mobil Jihan hanya untuk keperluan penting saja. Hari-harinya banyak dihabiskan untuk belajar tentang agama Islam, keinginan terbesarnya adalah kuliah di Kairo, ia ingin memperdalam tentang agama Islam.
Jihan sesampai dikampus..
Buru-buru dia memakirkan mobilnya, setelah terparkir cukup rapi, Jihan berjalan tergesa-gesa ke kelas mata kuliah Sejarah.
"Hufph...! syukurlah belum terlambat..!" Jihan menghela nafas kasar dan tersenyum puas, dia melihat bangku kosong disudut depan dekat dosen. Kalau mahasiswa mahasiswi lainnya malas duduk dekat sang dosen, tapi lain halnya dengan Jihan, dia malah senang karena bisa lebih fokus.
Terlihat beberapa anak cewek bergosip dan sesekali melirik Jihan, sepertinya mereka kurang suka dengan Jihan. Maklumlah Jihan adalah mahasiswi semester genap yang cerdas plus dingin.
Jihan hanya memiliki dua teman akrab, yang bernama Flora dan Anggi. Kedua teman Jihan ini hampir sama dinginnya dengan Jihan, ya walaupun tidak separah Jihan.
Tiba-tiba..
"Hey Jihan...! mau gak satu kelompok dengan kita? untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kemarin," salah satu teman sekelasnya mencoba mendekati Jihan.
Jihan tidak langsung menjawab, ia malah tersenyum sinis dan sambil merapihkan buku-bukunya.
"Gak...!" jawab Jihan tegas, tangannya mengambil buku untuk dibaca. Tanpa menoleh sedikit pun.
"Dasar sombong, masih syukur kami mau ngajak kamu bergabung...!" ucap teman sekelasnya itu, yang bernama Fiola. Fiola pergi dari tempat duduk Jihan dan sedikit menggebrak mejanya Jihan, karena merasa kesal.
Jihan tidak perduli sama sekali, ia tetap fokus pada bacaan bukunya. Baginya cukup Flora dan Anggi menjadi sahabat dan teman belajar.
Tidak lama kemudian Flora dan Anggi datang dan langsung menghampiri Jihan.
"Gimana Han, uda ada perkembangannya?" Flora langsung nyerocos tanpa basa-basi ke Jihan.
"Belum ada! masih banyak misteri yang harus aku bongkar, pokoknya kalian berdua harus bantu aku ya..!" Jihan berharap kedua sahabatnya itu mau membantu memecahkan masalah tanda lahirnya itu.
Mereka berdua mengangguk setuju.
Anggi langsung aja menarik tangan kiri Jihan dan memperhatikan garis merah itu bertambah terang saja warnanya.
"Apa yang kamu rasakan Han saat ini?" Anggi terus saja memperhatikan tanda lahir itu, ia perhatikan seksama, karena penasaran ia pegang tanda lahir itu. Terasa hangat sekali, membuat Anggi agak bergidik.
"Gak bisa diungkapkan, saat ini hampir setiap tidur aku melihat ada lorong bercahaya jingga dan dibalik lorong itu ada dunia yang aneh menurutku," Jihan menjelaskan dengan detail, Jihan pun menarik tangannya dari pegangan Anggi, takut menarik perhatian orang lain.
"Okay nanti setelah selesai kuliah kita bahas diruang rahasia kita, segala keperluannya uda aku persiapkan dari kemarin," Flora meyakinkan kedua temannya itu.
Sebenarnya ruang rahasia yang dimaksud itu adalah cuma ruang kosong yang ada dilantai tingkat tiga.
Saat mereka berbincang-bincang, dosen mereka pun datang.
"Selamat pagi semuanya dan Assalamu'alaikum..!" sapa dosen Jihan
"Pagi!"
"Wa'alaikumussalam pak," serempak mahasiswa mahasiswi itu menjawabnya.
"Bagus.. kelihatannya kalian hadir semua dan ceria!" balas sang dosen dengan senyum serius.
"Bagaimana tugas yang kemarin? apa uda dibagi kelompoknya?" tanya sang dosen, retinanya terlihat memindai seluruh mahasiswa mahasiswi itu.
"Sudah Pak...!" jawab Fiola cepat
"Tapi sepertinya ada tiga orang yang belum punya kelompok pak!" Fiola mencibir sinis mengangkat sedikit bibir atasnya, ia melirik kearah Jihan, Flora, dan Anggi.
Sang dosen pun paham
"Jihan kenapa kamu tidak bergabung dengan yang lainnya?" tanya sang dosen, mestipun dia uda tau jawabannya.
"Saya sudah punya kelompok sendiri pak dan uda dipastikan kelompok kami bukan kelompok ghibah yang suka ngurusin hidup orang lain," Jihan menjawab dengan senyuman ejekan ke Fiola penuh kemenangan.
Fiola hendak bangkit, ingin rasanya mencabik-cabik mulut Jihan, tapi dihentikan oleh temannya sendiri. Karena kesal, Fiola menunjukkan tanda jari tengahnya berlambang ****.
Jihan, Flora, dan Anggi tertawa geli melihatnya, mereka malah membalasnya dengan gerakan tangan memotong leher.
"Sudah sudah jangan ribut," sang dosen menengahi pertengkaran kecil antara team Jihan dan Fiola.
"Sekarang buka buku kalian," dengan tegas sang dosen memerintah.
"Baik pak," serempak mereka menjawab.
"""
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Tander
like
2023-07-25
0