Di sebuah rumah yang tak terlalu besar namun rumah itu lumayan jauh dari sederetan rumah rumah lainnya. Tampan rindang dengan halaman rumah yang cukup luas dengan sederetan pohon pohon mangga di halamannya. Rumah itu berpagar tak terlalu tinggi kira kira satu meter saja di bagian depan tanpa ada gerbang yang membatasi halaman dengan jalan raya. Rumah itu tampak sepi sekali seperti tak berpenghuni.
Rumah itu adalah rumah yang biasa dikontrakan oleh keluarga Dion untuk orang orang yang sedang membutuhkan penginapan dalam jangka panjang. ya, rumah itu sudah sekitar dua minggu sudah ditinggalkan oleh penghuninya.
Dion membawa Zahra kerumah itu karena memang saat ini rumah itu masih kosong, dengan begitu dia bebas melakukan aksinya tanpa diketahui keluarganya.
Zahra di sembunyikan di salah satu kamar dirumah itu. sementara kedua orang yang menculiknya sedang menunggu di depan kamar itu.
" Bagaimana, apakah diaud sudah sadar? Tanya pria berperawakan tinggi besar itu pada kedua anak buahnya.
" belum bos". jawab mereka serempak.
" Dengar, pastikan dia mengkonsumsi serbuk ini. aku tidak mau tau apapun caranya dia harus mengkonsumsi obat ini. kalian paham! "
" apa harus semuanya bos" kata salah satu anak buahnya.
" tentu. terminum semua itu lebih baik" ujar Dion.
" maaf bos kalau boleh tau, ini serbuk apa bos"
tanya salah satu anak buah Dion. sedang anakbuah yang lainnya seketika memukul kepalanya " elu jangan banyak tanya. itu urusan bos. paham lu"
" ini adalah serbuk perangsang gairah " Dion tersenyum membayangkan jika nanti rencananya akan berhasil.
kedua anak buahnya hanya manggut manggut saja.
" aku akan keluar sebentar. setelah aku kembali, pastikan dia sudah mengonsumsi serbuk ini. kalian paham"
"paham bos" kemudian Dion pun melangkah keluar dari rumah itu.
Ditempat lain Dimas yang berboncengan dengan Zakir sedang mencari cari rumah yang dimaksud Tiara. Tiba-tiba ponsel Zakir berdering. dan Zakir pun segera mengangkatnya.
" halo, ia pak maaf. ia. ia saya akan segera kembali"
" Berhenti berhenti" Zakir menepuk pundak belakang Dimas agar menghentikan motornya.
" ada apa? " tanya Dimas setelah menghentikan motornya.
" bapak kepala sekolah menelpon ku, katanya aku disuruh kembali ke masjid. anak didik ku tidak ada yang menemani. Zahra dan Aisyah juga sedang tidak di sana. bagaimana ini? " Zakir kebingungan. di satu sisi ingin menyelamatkan Zahra, disisi lain ada tugas dari kepsek untuk mendampingi muridnya.
" ya sudah kamu pergi saja dulu selesaikan kewajiban kamu, urusan Zahra serahkan saja padaku" Dimas turun dari motornya kemudian memberikan nya pada Zakir. " bawalah motor ini siswamu membutuhkan mu. kurasa rumah kontrakan yang dimaksud Tiara tak jauh dari sini. aku pasti bisa menemukan Zahra. pergilah! " kata Dimas.
" kamu yakin? " tanya Zakir. sebenarnya dia tak enak meninggalkan Dimas sendirian. tapi apalah dayanya. akhirnya Zakir pun pergi dengan membawa motor dan berbalik arah . sedang Dimas berjalan terus mencari rumah kontrakan yang dimaksud Tiara.
Diujung jalan persimpangan Dimas melihat sebuah rumah yang nampak sepi. dia berpapasan dengan seorang ibu ibu yang sedang berjalan kaki " maaf Bu mau tanya, apakah itu sebuah rumah kontrakan? " tanya Dimas sambil menunjuk ke sebuah rumah yang memang terlihat sepi.
"ia mas, itu rumah kontrakan. tapi penyewanya sudah tidak lagi ngontrak disitu. apa mas sedang mencari rumah untuk di sewa? " tanya ibu itu.
" eh ia bu, saya memang mencari rumah kontrakan. Tapi saya mau lihat dulu boleh bu? "
" itu rumah milik pak camat. kalau nanti mas cocok bisa langsung hubungi beliau ". kata ibu itu.
" makasih bu atas informasinya".
" sama-sama ".
sedang di dalam rumah itu Zahra sudah sadarkan diri, dia berteriak-teriak minta dibukakan pintu
" buka pintunya. buka! " Zahra berteriak sambil menggedor gedor pintu itu.
kedua anak buah Dion lantas membukakan pintu untuk Zahra.
" maaf mbak Zahra, saya terpaksa mengurung mbak atas perintah bos saya" kata anak buah Dion yang berkepala botak itu dengan sopan. ia tak mau menunjukkan wajah sangarnya takut nanti membuat Zahra ketakutan. sedangkan yang lainnya masih menunggu di luar.
"siapa kamu? mau apa dariku? " Zahra perlahan mundur karena takut melihat anak buah Dion yang maju semakin mendekat.
" tenang jangan takut. aku tidak akan melukaimu. aku hanya melaksanakan perintah dari bosku. sebentar ya aku telpon dulu" Kemudian si botak itu menelpon bosnya "halo bos, non Zahra sudah bangun sebentar ya bos, dia mau lihat bos katanya" kemudian si botak mengarahkan kamera ke arah Zahra.sambil mengerlingkan mata sama bosnya.
" Zahra maaf ya, aku tak bermaksud menyakitimu, karena kamu memang susah untuk kutemui terpaksa aku pakai cara ini. setelah ini aku mau kesana. aku mau bicara sama kamu. tunggu aku ya" kata Dion diseberang telpon.
sedangkanZahra tak sedikitpun menjawab, kemudian telepon pu dimatikan.
beberapa saat kemudian, Baron anak buah Dion datang dengan membawa nampan berisi makanan dan segelas jus. Sebelum membawa juz dan memberikannya pada zahra, dia sudah menaburkan serbuk yang diberikan Bosnya.
" ini makanlah, sebelum pak bos datang aku harap kamu sudah kenyang, entar kalau kamu kelaparan pasti kami akan dimarahi pak bos" kata Baron seraya memelas.
" apa jaminannya jika di makanan ini tak ada racun atau apapun yang bisa membahayakan " tanya Zahra penuh selidik. Ia tak akan percaya begitu saja dengan orang asing apalagi ia sudah menculiknya.
" yah ilah non, gak percaya amat sih, sini biar saya makan dulu sebagai bukti kalau makanan ini aman" Baron mengambil sendok yang ada di piring yang berisikan nasi goreng yang tadi dia beli. mengambil nasi goreng itu di bagian tepi saja kemudian meletakkan nasi itu ditelapak tangannya dan memakannya. " kan aman. gak ad apa apa. aku tadi beli di depan noh warungnya" ujar Baron sambil memonyongkan bibir pertanda kesel.
" makan ya non, entar kalau non Zahra kenapa kenapa kami yang kena marah. soalnya non kayaknya lemes sekali takutnya nanti malah sakit" bujuk botak
akhirnya dengan bujukan mereka Zahra makan juga. tak bisa dipungkiri memang dia belum makan dari tadi pagi karena sibuk mempersiapkan acara MTQ.
" ayo habisin aa... aaaa" Baron malah ikutan membuka mulut seperti seorang ibu yang sedang menyuapi bayi. Tapi dalam hati mereka girang penuh kemenangan. sebentar lagi rencananya akan berhasil.
Zahra memakan habis nasi goreng itu dan meminum setengah dari gelas berisi juz itu.
setelah selesai kedua anak buah Dion tersenyum lega, tinggal menunggu reaksi dari obat itu. Mereka kembali keluar kamar, sedangkan Zahra kembali masuk ke dalam kamar yang disediakan Dion.
Baron dan botak mondar mandir kesana kemari tak sabar menunggu reaksi obat itu bekerja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments