siang itu para abang kurir pun kembali kekantor untuk istirahat dan mengantarkan paket di seasond keduanya.
"Hai bro... kok kayaknya lo seneng banget? ada apaan sih? " tanya Andi pada Dimas.
" emang kelihatan ya kalau gue lagi bahagia? " . Dimas balik nanya.
" ya iyalah, kelihatan banget " .
" kalau gue boleh tebak ini pasti masalah cewek, iya kan Dim?" . tanya cindy, dia adalah satu-satunya pegawai yang perempuan dan bergerak di bidang monitor memantau data keluar masuknya paket.
" pandangan pertama awal aku berjumpa.
wajahnya yang cantik dan senyumnya manis sekali" . wwweekkk wekkkkk... " Dimas melantunkan lagu yang meng expresi kan hatinya.
" hadeh.... kalau gue gak heran lo bersikap seperti itu, secara lo kan emang playboy cap kadal. semua cewek emang selalu cantik di mata lo" .
jawab Andi.
" ah.. nggak juga kok bro, yang ini beneran beda" . jawab Dimas
mendengar jawaban Dimas Cindy menoleh kearah Dimas, tangannya yang sedari tadi sedang sibuk memegang mouse komputer terhenti. matanya memicing menatap ke arah Dimas. dia seolah tak suka mendengar Dimas memuji wanita lain. tentu saja itu karena dia juga menaruh hati dalam diam pada Dimas. Tapi Dimas tak merespon perasaannya.
" playboy mana ada bisa serius? yang ada nanti ketemu wanita cantik lain pasti udah lupa sama yang pertama " . jawab Cindy ketus.
" tuh denger apa kata bu bos. dasar playboy" . Andi ikut tertawa menimpali.
" udah jangan ngobrol terus, kalau mau makan buruan cepat. bentar lagi kiriman datang " .
Cindy mengalihkan pembicaraan.
"ok siap bu bos". jawab dimas dan Andi bersamaan.
sementara di tempat lain. " mbak Mila ini ada paket buat mbak".seorang gadis memberikan bungkusan paket di halaman rumah mbak mila.
" oh makasih ya Zahra. maaf tadi mbak ketiduran jadi gak dengar ada orang teriak manggil mbak" . kata wanita yang usianya lebih tua dari Zahra.
"ia sama-sama mbak, aku duluan ya mbak. mau ke madrasah soalnya". Zahra pun pergi meninggalkan tempat itu.
ya Zahra adalah seorang tenaga pengajar di sebuah madrasah ibtidaiyah di kota kecil itu. Meskipun dia tidak berpendidikan tinggi dan kuliah di luar negeri tapi dia sedikit banyak mengetahui tentang ilmu agama. karena itulah dia dengan senang hati menyalurkan sedikit ilmu pengetahuannya kepada anak-anak didik yang membutuhkan.
Hari sudah menjelang sore. Kebanyakan semua aktivitas manusia sudah dihentikan, karena mereka juga membutuhkan istirahat, kembali bersama keluarga masing-masing. menikmati hangatnya sebuah keluarga.
" hadeh... akhirnya kita bisa istirahat dengan enak di sini setelah seharian muter-muter nganterin paket" . Dimas menghempaskan badannya di kasur kecil dan tipis itu.
" yah namanya juga orang kismin ya begitu. harus berjuang mati matian buat jadi orang sukses. beda cerita jika kita anak Sultan, gak perlu kita banting tulang cari uang. semua kan ada yang ngerjain. Kita tinggal tunjuk dan perintah anak buah kita. tapi.. kapan ya kita bisa jadi orang kaya? " . Andi pun ikut tiduran di samping Dimas. tiduran di kasur kecil dan sempit itu. ya mereka tinggal berdua di kamar kost yang ukurannya gak seberapa besar. kira kira ada empat meter persegi saja. itupun lumayan agak luas di banding tempat kost lain yang hanya sekitar dua atau tiga meter saja. Di kamar itu hanya ada kasur kecil dan sebuah nakas kecil tempat untuk menyimpan barang.
pikiran Andi melayang jauh menghayalkan dirinya menjadi anak Sultan. Diapun tersenyum senyum sendiri sambil menatap langit langit kamar kost itu.
" kalau gue gak kepikiran mau jadi orang kaya, kan dari lahir saja gue udah kaya. gue hanya kepengen mencari kebahagiaan dan menemukan cinta sejati gue. itu saja" . Dimas menatap langit langit kamar kost itu juga sambil meletakkan kedua tangan nya di bawah kepalanya. pikirannya pun melayang membayangkan menemukan tujuan hidupnya. Tanpa dia sadari ucapan nya membuat Andi terbelalak .
" apa lo bilang? kaya dari lahir?. gak salah denger gue" . Andi seketika langsung terduduk dan menatap Dimas tak percaya. " kalau mimpi jangan ketinggian, entar kalau jatuh sakit tau " . lanjutnya.
" hah. maksud gue bukan begitu. maksudnya percuma saja banyak harta tapi tak bahagia gitu,
iya gitu" . Dimas tampak kikuk dengan ucapannya sendiri. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" nah kalau yang itu gue setuju. percuma banyak harta tapi tak bahagia" .
" sedang apa gadis cantik berhijab yang tadi siang itu ya? " . Dimas berusaha mengalihkan pembicaraan.
" gadis yang mana? Cindy?, Amel? , Intan?, Laura?, Ningsih?, atau mbak iyem pembantu di tetangga depan yang sexy itu? " tanya Andi sambil meledek.
" ah elo, bisa bisanya elo hapal mantan gue. gue aja lupa. yang ini emang beda bro. meskipun tertutup hijab aku yakin dia sangat sempurna. sempurna sekali buat di jadikan permaisuri " .
" hidiiihhh... sok sok an bilang permaisuri. ntar ketemu yang lain bicaranya ya begitu lagi. ah emang enak jadi elo. gak kayak gue, jangankan satu cewek cantik, satu janda jelek pun gak ada yang mau sama gue. udah jelek, kismin lagi. Tapi kalau elo, biarpun bukan orang kaya, setidaknya elo punya wajah ganteng yang bisa jadi pemikat cewek cantik. kata Andi meratapi keadaannya.
" jangan sedih bro, entar kalau gue jadi orang kaya, elo gue jadikan asisten pribadi gue. atau kalau mau gue jadikan supir pribadi gue, mau nggak? " . kata Dimas sambil tertawa.
" yah, sialan. kok di jadikan asisten dan sopir sih? gak ada yang lebih buruk lagi, atau kamu bisa jadikan aku tukang kebun sekalian ? " . Andi tampak kesel sekali. Dimas merasa sangat lucu dengan expresi wajah sahabatnya itu.
" ah sudah lah. jangan ngelantur kemana mana. kita syukuri aja apa adanya. sekarang kita tidur. tuh lihat udah jam berapa itu. besok harus bangun pagi buat kerja" . kata Dimas sambil menujukkan wajahnya ke arah jam dinding.
Andi pun mengangguk dan berbalik badan membelakangi tidur Dimas. mereka tidur saling membelakangi. pikiran mereka entah terbang kemana. menyelami alam mimpi masing-masing.
sementara Dimas sambil memejamkan mata sembari tersenyum senyum sendiri. pikiran nya melayang menuju gadis yang menurut nya sangat berbeda dengan mantan mantannya yang dulu. Tutur kata yang lembut, ramah dan sopan. Pesona wajah yang ayu, senyuman yang manis. ah... sungguh itu sangat mengganggu pikirannya.
"apakah aku jatuh cinta pada pandangan pertama? ". selama ini aku tidak pernah mengejar wanita, tapi merekalah yang mengejarku. lalu kenapa saat berjumpa tadi siang dia sama sekali tidak menatap mataku? apa aku tidak tampan di matanya? ah.. siapa kamu nona? kenapa aku lupa tidak bertanya namanya? ". pikiran Dimas dipenuhi berbagai pertanyaan tanpa bisa menemukan jawaban. tanpa terasa lelap pun menyertainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Silvi Aulia
mantap Thor cerita nya bagus 👍😍
2023-07-28
1