Di cafe tempur Tiara bekerja tampak ramai sekali pengunjuk. Tiara sibuk kesana kemari mengantarkan makanan yang dipesan oleh pengunjung. Selesai mengantarkan pesanan pelanggan Tiara berdiri di salah satu sudut ruangan cafe itu. Pandangan matanya kosong mengarah pada keramaian pengunjung. Tangannya memegang nampan dan menaruh nampan itu di dada seraya memeluknya.
" apa aku salah mendengar ya? " gumamnya seorang diri.
" ah ia, pasti aku salah dengar. Sudahlah". pertanyaan sendiri dijawab sendirian oleh Tiara. Tanpa ia sadari ada seseorang yang tengah berdiri di belakangnya. Orang itu menepuk pundak belakangan Tiara.
" hey, sedang melamunkan apa elo? " Tanya pria kekar yang ada di hadapan Tiara.
Sontak Tiara membalikkan badan, Tiara terperanjat melihat Dion sudah berdiri dihadapannya.
" Mas Dion? " suara Tiara terasa berat. tangannya terasa dingin.
" kenapa lo? " kayak liat setan saja". gerutu Dion sambil menjitak kepala Tiara. kemudian diapun melangkah pergi dengan santainya meninggalkan Tiara yang masih berdiri mematung.
Tiara segera berbalik. memandangi punggung belakang pria itu.
" aman... katanya seraya menghembuskan nafas lega. "ah ia, mungkin tadi aku hanya salah dengar saja, buktinya tadi Dion gak ngomong apa apa".
" Tiara! kamu ngapain dari tadi bengong, ayo buruan kerja!. sekarang bukan saatnya melamun. Cafe sedang rame pengunjung apa kamu tidak melihatnya? ". bos pemilik cafe marah melihat Tiara yang hanya berdiri saja dari tadi.
" ia maaf Pak. Tadi saya hanya sedikit sakit perut sebentar. Tapi sekarang sudah mendingan ". Jawab Tiara asal. "Berbohong sedikit gak apa apa, yang penting bos gak marah". batin Tiara.
" yasudah sana kembali bekerja! ". kata bos cafe itu tegas.
sementara di masjid Aisyah masih saja menunggu Zahra dengan khawatir. Tiba-tiba dia melihat Ustadz Zakir di sana.
" Aisyah? ada apa? kenapa kamun terlihat cemas? semua baik baik saja kan?". Zakir mengernyitkan alis keheranan. Dia sengaja datang kesana karena ingin mendampingi muridnya dilomba MTQ itu bersama Zahra dan Aisyah karena memang mereka mengajar di sekolah yang sama. Mungkin kedatangannya agak terlambat karena masih ada keperluan lain.
"Zakir, bisa tolong antar aku ke panti asuhan Zahra gak?, perasaanku tidak enak. aku mau menyusul Zahra kesana". Jawab Aisyah tanpa menjawab pertanyaan Zakir.
" memang ada apa dengan Zahra? terus kalau kita keluar, bagaimana dengan anak-anak? ". Bukan karena apa dia menolak, karena memang kedatangannya kesana untuk mendampingi siswanya.
" udah gak apa apa. ayo buruan". Ajak Aisyah dan buru buru dia keluar halaman masjid. sedang Zakir sendiri mengekor di belakang Aisyah dengan sejuta pertanyaan.
"Zakir menyalakan mesin motornya, Aisyah langsung membonceng dari belakang tanpa banyak bicara.
Disepanjang jalan Aisyah melihat sekeliling siapa tau ia melihat Zahra. Entah kenapa pikirannya membayangkan hal buruk sedang terjadi pada sahabatnya itu.
Sampai kemudian dia mendapati beberapa orang berkerumun di tepi jalan. Tak banyak sih, mungkin ada sekitar empat orang saja.
" Zakir berhenti sebentar ". Aisyah menepuk punggung Zakir keras pertanda ia meminta motor dihentikan.
Zakir tak banyak bicara. Dia sendiri tak mengerti, "tadi minta diantar ke panti tapi sekarang minta turun di tengah jalan. dasar wanita aneh". gerutu Zakir dalam hati.
Aisyah langsung menghampiri orang orang itu.
" ada apa pak? " tanya Aisyah pada orang orang itu.
"ini neng. ada motor di tepi jalan roboh, tapi tak ada pemiliknya. ada tas seorang perempuan juga jatuh di samping motor ini". jawab salah satu bapak bapak itu.
Aisyah membekap mulutnya. Matanya membulat sempurna. Seketika sekujur tubuhnya terasa gemetaran. Perlahan dia menghampiri orang orang itu.
" i ni motor saya pak. Lalu..., dimana sahabat saya? ". Seketika raut wajahnya berubah panik.
" Tidak di temukan siapa siapa disini neng, hanya motor ini yang terguling dan satu tas wanita. Kayaknya isinya lengkap neng. salah satu bapak bapak itu menyerahkan tas bahu yang biasa dipakai Zahra untuk mengajar.
" lama amat sih, apa aku susul saja ya? ". karena penasaran Zakir pun menghampiri keramaian itu. Ia terkejut melihat Aisyah malah terlihat khawatir bahkan matanya berkaca kaca.
" loh ada apa sih Sya? ini kan motor kamu? emang siapa yang bawa motor kamu kesini?". pun hingga detik ini Zakir belum juga paham dengan apa yang terjadi.
" Zahra Za, Zah...ra". Aisyah terbata bata menyebut nama Zahra. Suara nya seakan tercekat untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Zakir semakin tak mengerti dengan yang dimaksud wanita itu.
" Sebenarnya apa yang sedang terjadi bapak bapak?". tanya Zakir.
" begini den, kami menemukan motor neng ini disini dalam keadaan terjengkang dan tas bahu ini ada di dekat motor ini. Tapi kami tak menemukan orang yang mengemudi motor ini".
kata salah satu bapak bapak itu seraya menunjukkan sebuah tas berwarna putih itu.
" ini kan tas yang sering dipakai Zahra? " gumam Zakir.
" oh jadi maksud kamu Zahra yang membawa motor ini dan kamu ngajakin aku ke panti untuk mencari Zahra? . Ya ampun Sya, kok aku gak faham faham dengan yang kamu maksud". Zakir menepuk dahinya sendiri karena kebodohannya yang tidak notice dengan perkataan Aisyah.
" kalau begitu, bisa saya minta tolong pak bawakan motor ini ke panti asuhan kasih bunda?, pinta Zakir pada salah satu bapak bapak yang ada di sana. Dia kemudian mengambil tas Zahra dan memberikannya pada Aisyah.
" ayok Sya! ". Zakir mengajak Aisyah untuk bonceng dengannya. karena Zakir berfikir gak mungkin Zakir meminta Aisyah membawa motornya dalam keadaan seperti ini.
Aisyah pun memboncengi motor Zakir dan diikuti oleh bapak bapak tadi yang membawa motor Aisyah dari belakang.
Setibanya di panti, Aisyah berpapasan dengan Dimas yang baru saja keluar dari dalam rumah panti. mungkin dia habis menemui Yulia, Ambar atau mungkin bertemu Zahra, itu yang menjadi pikiran Aisyah.
" Ra..., Zahra...". Aisyah langsung masuk tanpa sedikitpun respon dengan kehadiran Dimas.
Dimas heran dengan Aisyah yang tiba-tiba berteriak memanggil Zahra. Padahal dia sendiri baru saja dari dalam juga untuk mencari Zahra. Tapi Yulia bilang Zahra katanya lagi di masjid ada acara.
" mas ada apa dengan Aisyah? Kenapa dia berteriak mencari Zahra?". Dimas yang berpapasan dengan Zakir langsung bertanya.
Sedang Zakir sendiri hanya menatap tajam Dimas tanpa menjawab. Pikir Zakir untuk apa ia memberi jawaban pada orang asing. memang Zakir dan Dimas belum pernah saling kenal.
Yulia pun keluar karena mendengar teriakan Aisyah. " ada apa Sya? ".
" bu, apa Zahra ada disini? " tanya Aisyah dengan napas berat.
"loh kan Zahra jadi juri di masjid. kenapa kamu cari Zahra di mari? " Yulia pun balik bertanya.
"bu, Zahra hilang bu. Zahra diculik". kata Aisyah sambil menangis tersedu sedu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SURUHAN DION BRRTI
2023-10-04
0