pagi itu Arumi berdiri di teras kamarnya. Tampak pohon pohon hijau yang ada di taman belakang rumahnya sangat kelihatan segar nan indah dengan berbagai bunga bunga yang semerbak di pagi hari. Begitu teduh dipandang, Dengan sedikit kelonggaran jalan raya di pagi hari.
Arumi bersedekap merasakan suasana dingin di pagi itu. Pikirannya melayang memikirkan putra semata wayangnya yang tak kunjung pulang. Bahkan tak bisa dihubungi sama sekali. Netranya berkaca kaca. Orang tua mana yang tak sedih hatinya jika buah hati yang sangat disayangi tak ada kabar sama sekali. Entahlah.
" permisi nyonya Arumi... " sebuah suara terdengar di balik pintu. tanpa menoleh pun dia sudah tau si pemilik suara. ia adalah Bi Asih salah satu asisten rumah tangga yang di beri tugas untuk melayani keperluan Arumi. Sebenarnya Arumi bisa melakukan segala keperluannya sendiri. Karena belakangan ini sedang tidak sehat, Abimana melarangnya untuk beraktivitas untuk menghindari kelelahan.
" ia masuk saja bik" . jawab Arumi dengan tatapan masih tertuju ke luar.
" permisi nya.., saya mau membereskan kamar nyonya. Barangkali nyonya butuh sesuatu ? " tanya Bi Asih sambil beberes ranjang besar itu.
" Bik, apa putraku sudah kembali? " . suara Arumi terdengar dari luar jendela kamar. meskipun agak lemah tapi bi Asih masih bisa mendengarnya.
" maksud nyonya Den Dimas? " tanya bi Asih.
" memangnya saya punya berapa putra bik? " Arumi berjalan mendekati bi Asih.
" loh emangnya Nyonya belum tau kalau den Dimas semalam sudah pulang? "
" Benarkah bik?. putraku telah kembali? " Arumi memegang kedua pundak Bi Asih dan menatap tak percaya.
" ia Nya benar, semalam aku melihatnya " . Jawab bi Asih seraya tersenyum.
" lalu kenapa dia tidak menemuiku? apakah dia masih marah kepadaku? ". Arumi masih berpikir kalau putranya itu masih marah padanya. Terakhir dia keluar dari rumah karena Arumi selalu mendesaknya untuk segera menikah. Bahkan ia dan suaminya sudah menyiapkan jodoh untuk putranya.
" Aden tadi malam sempat menjenguk Nyonya. Tapi Nyonya masih tidur mungkin karena pengaruh obat dari dokter tadi malam. jangan berpikiran yang macem-macem Nya, Den Dimas pulang pasti karena mengkhawatirkan keadaan Nyonya. Mungkin sekarang Aden masih tidur karena memang semalam pulang agak larut". Bi Asih mencoba menenangkan majikannya. Selain merawat keperluan Arumi, dulu bi Asih juga dipercaya menjadi babysitter Dimas kecil. selama duapuluh lima tahun bi Asih masih setia bekerja di keluarga Nugroho. Keluarga Nugroho memang sangat baik, mereka memperlakukan para asisten layaknya keluarga sendiri. Karena itulah mereka betah bekerja. Sedang bi Asih sendiri sudah mengasuh Dimas sedari bayi sehingga sudah dianggap seperti putranya sendiri.
"" baiklah bik, suruh Sumi untuk mempersiapkan sarapan . masak apa saja kesukaan Dimas. Aku mau mandi dulu. Nanti aku turun " mendengar kabar kepulangan putranya Arumi tampak bersemangat sekali. seketika semangat hidup yang meredup kini kembali bangkit dan bersemangat kembali. Layaknya tanaman layu yang segar kembali tatkala mendapatkan siraman air hujan.
Diruang makan Abimana sudah duduk di kursi paling paling ujung. Arumi ikut membantu sekedar menata makanan di atas meja makan sederhana berkursi lima namun terkesan mewah, satu paling ujung dan empat lainnya saling berhadapan. Terlihat dia antusias sekali pagi ini.
" sudah ma, mama duduk saja dulu. nanti mama kecapean " . pinta Abimana pada istrinya yang sangat sibuk mengatur makanan di atas meja padahal sudah ada ARTnya disitu..
"enggak kok pa, aku tidak apa apa" jawabnya sambil tersenyum sumringah.
tak lama kemudian yang ditunggu sudah datang. Dimas menarik satu meja di sebelah papanya dan mendaratkan bokongnya di kursi itu. Good morning semua" . sapanya
"Gimana keadaannya ma? " lanjut Dimas sambil menyeruput teh hangat kesukaannya.
" seperti yang kamu lihat sayang, mama baik baik saja. mama tidak membutuhkan perawatan dokter. Yang mama butuhkan hanya kehadiran kamu. Apalagi jika sampai kamu membawakan mama menantu. Pasti semua akan terasa sempurna" . kata Arumi sambil menatap lekat putranya. melihat bagaimana expresi wajah putranya jika ditanya mengenai calon istri.
" sudah ma. kita makan dulu baru setelah ini kita bicara diruang keluarga saja. gak baik makan sambil bicara" . kata Abimana.
" hmmm. papa benar. aku mau nge habisin dulu makanan ini. udah lama aku gak makan makanan rumah. hmmm... yummy... " Dimas mencium aroma ikan asap kesukaannya.
Arumi dan Abimana hanya tersenyum melihat tingkah anak itu seperti anak kecil saja.
Arumi masih ingat bagaimana awal mula Dimas keluar dari rumah tanpa membawa uang sepeser pun. waktu itu Dimas berdebat dengan Abimana yang ingin menjodohkannya dengan putri rekan bisnisnya. Karena penolakan itu Abimana marah .
" sudah aku bilang aku tidak mau dijodohin pa. Kalau papa memaksa aku akan pergi dari rumah ini" . ancam Dimas tegas.
" kamu mau pergi? memang kamu bisa apa di luar sana?. Bahkan untuk kamu makan saja kamu masih membutuhkan uang papa" Abimana tak mau kalah dari putranya.
Dan benar saja Dimas tak perduli dengan ancaman papanya. Bahkan dia pergi dengan tak membawa sepeserpun uang dari rumahnya. semua fasilitas dari orang tuanya ia kembalikan. Ponsel, kartu kredit bahkan mobil pun ia tinggalkan.
Mata Arumi berkaca kaca. melihat putranya makan dengan lahapnya. Dia membayangkan bagaimana putranya makan diluar sana. Dimana dia tinggal, dan bagaimana putranya bisa menyambung hidup tanpa sepeserpun uang dari orang tuanya. Sementara dari dulu Dimas selalu dimanja. semua kebutuhan selalu terpenuhi. Bahkan karena terlalu di manjanya, Dimas menjadi anak yang suka menghambur hamburkan uang. Suka berfoya foya bersama temannya. Entah kesulitan apa yang dialami putranya di luar sana jika melihat gaya hidupnya sewaktu ada bersama orang tua.
" loh mama sama papa kok malah bengong. ayo dong makan" . ajak Dimas sambil sesekali tangannya mengambil daging omelet keju. " wah ini enak sekali ma" . Dimas membuka mulutnya dan melahap omelet itu.
" hmmmm... enak " Dimas mengacungkan kedua jempolnya pada Arumi. Kemudian dia menyuapi Arumi lalu bergantian menyuapi Abimana.
Mereka sempat menolak tapi karena Dimas sudah capek capek menyuapi akhirnya mereka pun membuka mulutnya sambil tertawa. Sungguh harmonis saja rasanya. Sudah lama mereka tak merasakan kehangatan sebuah keluarga seperti saat itu setelah kepergian Dimas. Berharap kehangatan itu tak pernah hilang. Dimas adalah satu-satunya putra mereka. Apa jadinya jika Dimas pergi. Sebenarnya Abimana hanya menggertak Dimas agar segera menikah dan menggantikan papanya di perusahaan. Bukan maksud Abimana mau mencabut fasilitas yang di berikan kepada Dimas.
itu semua dilakukan agar Dimas bisa lebih menghargai uang dan tidak menghambur-hamburkan uang sesuka hati.
Keharmonisan keluarga memang sudah terasa sekarang, tapi tetap saja rasanya masih kurang tanpa kehadiran seorang menantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Halu
Lebih enakan kalo pakai kata Iya atau Ya,
2023-09-05
0
Kelly Andrade
Thor, update dong! penasaran banget nih 😍
2023-07-13
1