keesokan harinya, Dimas dan Andi kembali bekerja seperti biasanya. Di kantor Dimas mendapat teguran dari bosnya yaitu pak Zidane.
" Dengar Dimas, seharusnya kamu sudah aku pecat. Kamu keluar masuk kerja sesuka hati. Kantor ini juga punya peraturan. Apa kata big bos jika tau kantor cabang X Xpress mempekerjakan kurir yang tak disiplin seperti kamu. Bisa bisa saya kena teguran ". Katanya sambil menatap layar laptopnya.
" ia pak maaf, saya tidak akan memecat bapak kok? " kata Dimas asal.
" apa katamu?". sontak Zidane menoleh ke arah Dimas. laki-laki berkacamata itu membenarkan posisi kacamatanya yang melorot. " kamu mau memecat saya?, yang ada saya yang mau pecat kamu! " Zidane menatap tajam Dimas.
" ia ma'af Pak salah bicara" . Dimas menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Dia cengengesan melihat bosnya itu.
" ya sudah sana kamu kembali kerja". usir Zidane.
Dimas pun keluar dengan tertawa. Melihat raut wajah Dimas yang bahagia membuat Cindy curiga. " Dia kan seharusnya sedih karena habis kena marah pak Zidane. tapi kok malah heppy aja" gumam Cindy.
Di sebuah Caffe terlihat seorang laki-laki tampan berperawakan kekar sedang nongkrong bersama dua temannya, Dia adalah Dion anaknya pak lurah.
" pesan apa mas? " tampak seorang pelayan cafe menghampiri meja mereka.
" Tiara?. Kamu Tiara kan? " Tanya Dion.
" Mas Dion? " Tiara menaikkan satu alisnya, dahinya berkerut. Tak percaya melihat cowok idamannya ada di hadapannya.
" Kamu bekerja di sini? " Tanya Dion.
" ia mas". Jawab Tiara sambil tersenyum semanis mungkin.
" Bagaimana kabar temanmu si Zahra? " Tanya Dion.
Mendadak senyuman Tiara memudar. wajahnya berubah masam. Zahra lagi, Zahra lagi. Kenapa sih harus Zahra yang ditanyain. Aku kan ada di sini ". Tentunya Tiara hanya berani menggerutu di dalam hati.
" halo... . kenapa bengong sih lo". Dion menepuk pundak Tiara membuyarkan lamunannya.
" ah, ia mas, Zahra baik baik saja. Bahkan sebentar lagi akan bertunangan ". Tiara menceritakan kabar itu dengan tujuan Dion tak lagi memperhatikan Zahra melainkan perhatiannya hanya untuknya saja.
" apa? bertunangan? siapa laki-laki yang berani melamarnya? ". Terlihat Dion mengepalkan kedua tangannya. Matanya membulat sempurna.
melihat Dion naik pitam Tiara ketakutan dia buru buru menjauhinya.
" maaf mas, kalau tidak ada yg dipesan saya mau kesana dulu. saya mau lanjut kerja. gak enak sama bos, takutnya nanti di pecat.
Ditempat lain Cindy terlihat menahan amarah setelah tadi mendengar cerita dari Andi bahwa Dimas telah melamar seorang gadis yang berasal dari panti asuhan. "Sungguh tak mengerti seperti apa sih gadis tipe Dimas. Wanita panti asuhan malah dipilih, gadis yang tak jelas bibit bobotnya.
Bisa jadi dia anak haram yang sengaja dibuang orang tuanya. Mending Gue, Sudah jelas bokap nyokapnya. Awas saja ya, gue mau kasih pelajaran sama gadis panti itu. Kalau gue gak bisa dapetin Dimas, maka gak akan ada wanita lain yang boleh memilikinya. gerutu Cindy. Bibir nya komat kamit seperti baca mantra.
****
Siang itu, Zahra sedang menghadiri acara MTQ atau Musabaqoh Tilawatil Qur'an di masjid terdekat panti, salah satu lomba mengaji Al-quran dengan metode Qira'at.
Zahra dipilih panitia untuk menjadi salah satu juri di sana. Disaat acara mau dimulai, Zahra memeriksa Al Qur'an nya yang dibutuhkan nanti pas jadi juri, ternyata yang di cari tidak ada. Dia berulang kali memeriksa kedalam tas nya. Tetap saja Qur'an itu tak ada.
" ada apa Ra? " hanya Aisyah yang keheranan melihat Zahra berkali-kali memeriksa tas jinjingnya. Aisyah juga hadir di acara itu untuk menemani siswa asuhnya yang ikut lomba MTQ yang juga merupakan siswa asuh Zahra.
" Al-Quran ku sepertinya ketinggalan deh, apa aku ambil dulu ya? apa masih keburu jika aku pulang ke panti dulu ya? " Tanya Zahra pada sahabatnya meminta pendapat.
"gimana Kalau kamu suruh Lukman atau indah saja untuk mengambilkan?. Nomor peserta mereka kan masih jauh? " Aisyah mencoba menawarkan siswa siswinya untuk mengambilnya ke panti.
" ga apa apa, biar aku ambil sendiri kayaknya aku rada rada lupa taruh dimana ya? ". tutur Zahra seraya manggut-manggut, sambil berusaha mengingat". mana kunci motormu? aku pinjam dulu ya? kamu temenin anak anak dulu. aku cuma sebentar kok? " Zahra menjulurkan telapak tangannya meminta kunci motor pada Aisyah. Aisyah merogoh saku bajunya dan mengambil kunci motor itu dan memberikannya kepada Zahra.
Buru buru Zahra segera mengambil motor yang terparkir dihalaman masjid dan secepat mungkin menembus jalanan menuju panti yang tak seberapa jauh itu. Tak jauh setelah keluar dari halaman masjid, Zahra dibuntuti oleh sebuah mobil. Zahra mengernyitkan kedua alisnya heran. Tak berapa lama kemudian mobil itu maju dan memepet motor Zahra. Zahra pun menepikan motornya karena takut jatuh. Dua orang berpakaian serba hitam keluar dari mobil menghampiri Zahra.
Zahra terkejut, matanya membulat sempurna. "Siapa kalian?. dan mau apa ? " tanya Zahra dengan ketakutan. Perlahan dia mundur. Zahra belum sempat memasang jagang motornya sehingga motor itupun roboh ke tanah.
Dengan cepat salah satu dari orang yang berbaju hitam itu pun langsung membekap mulut Zahra dengan saputangan yang di kasih bius. Zahra terlalu kecil untuk melawan kedua orang yang berbadan kekar itu. Meronta pun seakan tak ada gunanya. Perlahan kekuatan Zahra pun melemah. Dia pingsan tak sadarkan diri. Keadaan di sekitar situ memang sedang legang. Tak ada satupun orang yang terlihat melintas di sana. Sehingga dengan aman salah satu dari orang itu memapah Zahra kedalam bagian belakang mobil dan salah satunya membukakan pintunya.
Sementara di masjid acara sudah dimulai. Aisyah mondar-mandir sambil sesekali melirik ke arloji yang terpasang di tangan kirinya. Terlihat raut wajahnya yang tegang bercampur cemas.
" kamu dimana Ra? ". Tanyanya seorang diri.
" masak ia ke panti selama ini? " lanjut aisyah.
" tenang Aisyah, jangan berprasangka buruk dulu. Siapa tau di panti Zahra sedang ke toilet dulu mungkin. Atau sedang bicara dengan bu Yulia. Atau bu Ambar mungkin?, Semua bisa saja kan?".
Aisyah menarik nafas dalam. Dan membuangnya kasar. Berusaha tidak ilfil dengan sahabatnya itu.
Meskipun begitu rasa khawatir itu tetap saja ada.
" atau aku telepon saja ya? ". Aisyah mengambil ponselnya mencari kontak Zahra dan segera menelponnya.
*tut... tut... tut... ". panggilan pertama tersambung. Tapi tidak ada jawab dari sana.
Aisyah kembali menghubungi lagi. " tut... tut... tut.... Panggilan kedua juga tersambung tapi tetap sama. Tak ada jawaban dari sana.
" maaf ustadzah Aisyah, acara sudah dimulai. Dimana ustadzah Zahra? tadi saya melihatnya, lalu kemana dia? " Tanya salah satu panitia MTQ.
" Ustadzah Zahra tadi ijin mau ambil Al-Quran dulu bu, tapi sampai sekarang belum kembali. Mungkin sebentar lagi". Jawab Aisyah tetap dalam keadaan khawatir.
" baiklah. saya kesana dulu, nanti sampaikan sama Ustadzah Zahra supaya menyusul ke dalam" . Kata panitia itu lalu pergi.
" Zahra kamu dimana? " Aisyah benar benar cemas kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO TDK SURUHN DION, SURUHN CINDY TU..
2023-10-04
0