" apa maksud kamu Aisyah?. Coba tenang dulu. Jangan panik. Tarik nafas dalam dalam dan bicaralan pelan pelan" . Kata Yulia.
Mendengar pembicaraan Aisyah, Dimas langsung menghampiri Aisyah. Menatap tajam wanita itu.
" Aisyah, apa yang terjadi dengan Zahra? ". Kembali pertanyaan yang sama ditanyakan kepada Aisyah. Sedang yang ditanya hanya menangis tersedu sedu.
Setelah menarik nafas dalam dalam, sambil mengusap air mata yang tak henti nya mengucur di pelupuk matanya. akhirnya dia bisa berucap meski dengan berat.
" Tadi Zahra meminjam motor ku untuk mengambil Al-Qurannya yang ketinggalan di sini. Tapi karena belum juga kembali, aku berniat menyusulnya kesini. tapi saat dalam perjalanan aku menemukan motor itu tergeletak di pinggir jalan dengan tas yang biasa dipakai Zahra. tapi Zahra nya tidak ada.
"Hikss... hiks... hiks... " tangis Aisyah kembali pecah.
" Bu, apakah Zahra memiliki musuh?". tanya Dimas dengan raut wajah yang khawatir.
" sejauh yang aku tau, Zahra anak yang baik. Dia gak pernah menyakiti orang lain, lalu kenapa ada yang menculiknya? ". Yulia bingung.
" atau kita laporan polisi saja? " tanya Ambar.
"polisi tidak akan memproses kasus penculikan jika belum 24 jam" jawab Dimas.
"Kita harus segera bertindak cepat. sebelum penculik itu terlalu jauh membawa Zahra". lanjut dimas kemudian.
" tunggu, kamu siapa? kenapa kamu perduli sekali dengan Zahra?. selama ini aku belum pernah lihat kamu". Zakir yang sedari tadi hanya diam dan selalu memperhatikan gerakan Dimas, akhirnya bicara.
" Tidak ada waktu untuk bicara siapa aku, lebih baik kita fokus saja pada pencarian Zahra ". jawab Dimas datar.
" ya itu benar nak. lebih cepat lebih baik". Yulia menimpali.
Disaat suasana genting, tiba-tiba Tiara datang.
" Ada apa semua pada berkumpul di sini? ". Tanyanya.
" Ra, Zahra hilang. ada kemungkinan dia diculik ". kata Yulia.
" Diculik ? Siapa yang menculiknya?,. Ka... pan". Tiara terkejut. bibirnya bergetar. hatinya pun jadi takut.
melihat expresi wajah Tiara yang tak biasa membuat Dimas merasa curiga. Tapi dia biarkan saja dulu. mungkin hanya expresi takut atau kaget.
" apa kamu melihat Zahra Ra? ". Tanya ambar.
" ti... tidak. a... aku tidak tau". katanya sambil terbata bata.
" kamu tau sesuatu? ". Tanya Dimas kemudian.
" apa maksud kamu?". Tiara tersentak dengan pertanyaan Dimas. sepertinya dia sangat takut. bibirnya bergetar, telapak tangannya pun terasa dingin seperti es.
"aku bisa membaca raut wajahmu sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu. bicaralah sebelum terlambat. Setelah ini aku akan menghubungi polisi. Aku tau laporan tidak akan dianggap jika belum 24 jam, tapi aku punya teman seorang polisi. Dia bisa bekerja untukku jika aku memintanya". ujar Dimas dengan datar. tapi expresi wajah yang serius. Bahkan seperti nada ancaman.
" aku..., aku... tidak tau. aku tidak terlibat". mendengar kata polisi seketika tubuh Tiara bergetar. raut wajahnya ketakutan. seolah-olah ia telah melakukan kesalahan.
Seketika semua orang terkejut. semua mata tertuju padanya.
" apa yang kamu katakan nak? kamu tau siapa yang melakukan ini pada Zahra? ". Yulia mencoba mendekati Tiara yang sedang berdiri mematung. Namun perlahan Tiara mundur hingga kemudian dia berlari masuk kedalam rumah panti dan menuju kamar dan segera mengunci pintu.
semua orang saling pandang. berkelana dengan pikiran masing-masing. saling meminta jawaban namun itu tidak ada.
" apa nak Dimas mencurigai Tiara? " tanya Yulia.
" sepertinya dia tau sesuatu bu". jawab Dimas.
sementara di kamarnya Tiara duduk bersandar di pintu sembari memeluk kedua lututnya.
pikirannya kembali teringat pada kejadian tadi siang saat di cafe. saat dimana dia sedang memergoki Dion sedang bicara dengan seseorang di telepon.
" halo. aku ada tugas untukmu hari ini. Kamu culik gadis panti bernama Zahra. Hari ini dia ada acara di masjid dekat panti itu. Ingat lakukan dengan hati hati. aku tidak mau ada bukti yang mengarah padaku. bawa dia ke rumah kontrakan di ujung jalan sana. ingat jangan kamu apa apakan dia. jangan berani menyentuh apalagi melukainya". Dion sedang berbicara dengan seseorang ditelfon. sedang Tiara tak sengaja mendengar obrolan itu. Buru buru dia segera menjauh takut ketahuan Dion.
" apakah Dion yang menculik Zahra?, apakah aku harus memberitahu mereka?, aku sangat tidak menyukai Zahra, aku sangat membencinya, dia selalu selangkah di depanku, jadi biarkan hal buruk kali ini menimpa dia. sisi buruk di hati Tiara berusaha berbisik. Tapi sisi baik Tiara juga berkata lain. " Cepat kasih tau yang lain siapa yang menculik Zahra, atau jika hal buruk terjadi padanya, maka kamu akan semakin dipersalahkan. Dan mereka akan semakin mebuatmu tersisih dan mereka juga akan membencimu. Zahra adalah saudara mu. tidak ada waktu untuk berpikir terlalu lama". Tiba-tiba kedua bayangan yang bertolak belakang itu pun menghilang. Bersamaan dengan itu suara ketukan pintu terdengar dari luar. Tiara tersentak dari pikirannya sendiri.
" tok... tok... tok... Tiara buka pintunya ".Yulia mengetuk pintu itu berkali-kali namun Tiara masih belum keluar juga.
Setelah berperang dengan perasaannya sendiri akhirnya Tiara memilih untuk membuka pintu dan keluar. Di depan kamarnya sudah berdiri Yulia dan Ambar yang sudah menunggu penjelasan dari sikapnya tadi.
" bu, maafkan saya, sebenarnya saya tau siapa yang menculik Zahra. meskipun itu hanya praduga saja". Tiara berusaha menelan ludah yang terasa berat. " tadi siang saya mendengar Dion berbicara dengan seseorang ditelfon dan menyuruh orang itu untuk menculik Zahra ". lanjut Tiara.
Yulia dan Ambar membekap mulutnya sendiri. mereka tak percaya dengan penuturan Tiara.
" kamu yakin Ra?". tanya Ambar seraya tak percaya.
" kalau begitu ayo kita buru buru ke depan memberi tahu mereka. ayo Ra, kamu ceritakan apa yang kamu dengar pada Dimas dan yang lain". Yulia menarik tangan Tiara dan mengajaknya keluar.
" gimana bu" Tanya Dimas tak sabar.
" ayo Ra, ceritakan apa yang kamu ketahui tadi". desak Yulia. Tatapan yang sangat mengintimidasi, membuat tiara agak canggung di buatnya. Dia akhirnya memilih untuk buka suara dan menceritakan semua yang ia ketahui.
" kalau begitu dimana kita bisa mencari rumah kontrakan Dion itu? ". tanya Dimas pada Tiara.
" kalau yang aku dengar katanya di ujung jalan sana". jawab Tiara.
" oh ia betul nak Dimas, sebelumnya kontrakan itu di tempati oleh bu Ratih. Dia dulu pernah kesini memberikan bantuan untuk anak anak panti. Tapi beberapa hari yang lalu dia sudah pindah katanya kesini hanya untuk mengikuti perjalanan dinas suaminya". jelas Yulia sambil berusaha mengingat ngingat.
" jadi kemungkinan rumah kontrakan itu kosong. Kalau begitu kita harus segera bertindak. sebelum terjadi sesuatu pada Zahra. papar Dimas.
Zakir hanya mengangguk setuju.
"Biar saya dan..." ( Dimas menghentikan kata katanya dan tatapan nya tertuju pada Zakir. karena memang Dimas belum tau siapa nama laki-laki yang sepertinya menaruh perhatian besar pada Zahra)
" Zakir" kata Zakir melanjutkan kalimat Dimas yang terpotong.
"biar kami yang mencari Zahra bu, kalian para wanita disini saja. kalau ada apa apa segera hubungi kami". kata Dimas, kemudian dia pergi diikuti oleh Zakir.
" hati hati ya nak.. " Teriak Yulia saat kedua lelaki tampan itu pergi.
sambil menatap kedua pria tampan yang bagai pangeran yang hendak menyelamatkan sang putri itu, Dalam hati Tiara menggerutu" alangkah beruntungnya Zahra, semua orang perhatian dan sayang padanya. Dua pangeran sangat peduli padanya. apakah jika seandainya aku ada di posisi Zahra, apakah semua orang akan juga akan mengkhawatirkan aku seperti mereka mengkhawatirkan Zahra?
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments