pagi itu suasana hari agak mendukung sedikit, dengan di hiasi awan hitam tipis di ufuk timur sana. namun sedari demikian tidaklah membuat aktivitas warga terhalang karenanya. Mereka tetap semangat menyambut hari demi mencapai tujuan hidup.
Seperti biasa Dimas dan Andi pun berangkat ke kantor pengiriman jasa, meskipun ngekost bersama, tapi terkadang mereka berangkat bersama dan terkadang pula berangkat sendiri sendiri.
setibanya di kantor seperti hari hari sebelumnya mereka tampak semangat dalam misi mengantarkan paket. Termasuk juga Dimas, dia berharap ada paket yang bisa ia bawa ke tempat kemarin dia bertemu gadis misterius itu.
" Cindy ada paket gak buat aku bawa ke daerah Sawahan? " . tanya Dimas.
" hemmm, emang kenapa? " bukan nya menjawab Cindy malah balik tanya.
" ya gak ada apa apa sih, cuma nanya doang! " . jawab Dimas singkat.
" kayaknya ada beberapa tuh. coba di cek aja datanya di aplikasinya " . jawab Cindy sambil memindai layar komputernya.
sebelum berangkat, mereka ngechat dulu pada nomor nomor yang tercantum di paket tujuan untuk memastikan pemilik paket ada ditempat saat pengiriman.
setelah beberapa saat mereka pun siap dengan tugas-tugas nya.
Hari pun menjelang sore dan cuaca hari ini sungguh sangat tak bersahabat. Langit mendung sepertinya mau turun hujan. semua paket sudah selesai di antarkan tinggal satu saja dan ini yang terakhir.
Dimas memberhentikan motornya di depan gerbang panti asuhan. kemudian mengambil ponsel dan memastikan alamat sudah benar.
"permisi.... paket". katanya kemudian. Dimas agak meninggikan suaranya biar bisa di dengar oleh seseorang dari balik gerbang. karena memang halaman rumah panti itu cukup luas.
kemudian tampak dari rumah panti itu keluar seorang wanita paruh baya.
" cari siapa mas?".
" ada paket bu, atas nama Zahra Auliya " . kata Dimas.
"oh iya sebentar dulu ya, silahkan masuk saja mas. saya panggilkan orangnya. katanya kemudian. dan masuk lagi . Sementara Dimas menurunkan paket terakhirnya. karena lumayan besar dan berat Dimas membawa paket itu ke teras. kan kasian juga kalau gak dibantu bawain.
tak lama kemudian keluar seorang wanita muda mengenakan kaos lengan panjang warna abu abu. Sementara Dimas masih sibuk dengan ponselnya tak melihat wanita di hadapannya.
" Berapa bang? ". kata wanita itu.
Dimas merasa familiar dengan suara itu. suara yang dari kemarin sudah ia rindukan. seketika dia mendongak menatap siapa tadi yang bersuara.
" eh mbak.... " katanya dengan suara terkejut sambil menyunggingkan senyum manisnya.
" loh abang kurir yang kemaren itu ya? . kok kita ketemu lagi? kata Zahra malu malu.
" itu artinya kita jodoh mbak" . Kata Dimas dengan percaya diri.
" ah jangan panggil aku mbak dong. emang aku ketuaan ya?, panggil saja Zahra bang" . kata Zahra.
" kalau gitu jangan panggil aku abang juga dong, panggil saja Dimas. ya gitu. D I M A S". katanya dengan senyum tebar pesona ala playboy cap kakap.
"berapa bang, eh maksud saya Dimas". tanya Zahra sambil tersenyum kaku, karena tak biasa dengan panggilan nama.
" Tiga ratus tujuh puluh ribu, " kata Dimas.
kemudian Zahra menjulurkan uang lembaran pink sebanyak empat lembar dan Dimas menerima uang itu tanpa lepas dari tatapan nya memandangi wanita cantik di hadapannya.
" kembali tiga puluh ya? " kata Zahra
" oh iya maaf, buru buru Dimas meletakkan ponselnya di teras rumah panti itu yang memang dipinggiran terasnya ada pembatas tinggi sekitar setengah meter dan bisa di buat sekedar duduk.
kemudian dia mengambil uang kembali dari tas selempang nya.
" ini Zahra kembaliannya". Dimas menjulurkan uang kembalian pada Zahra dan Zahra menerimanya.
Bersamaan dengan itu hari mulai gelap dan gerimis tipis pun sudah mulai berjatuhan.
" maaf ya aku harus segera kembali, udah mau hujan kayaknya " . dengan berat hati Dimas buru buru berlari keluar gerbang menuju motornya karena takut hujannya semakin deras. tanpa dia sadari dia meninggalkan ponsel yang tadi ia letakkan di teras.
" Dimas... hey Dimas, HP mu ketinggalan" . teriak Zahra. Tapi Dimas tak mendengar teriakan Zahra dia tetap pergi terburu buru, mungkin karena mau turun hujan.
" hhhmmm, ya sudah lah biar ku simpan dulu, mungkin besok ia akan mengambilnya " gumam Zahra, kemudian dia masuk dan membawa paketnya.
setibanya di kantor. Dimas langsung mengambil tas dan mau menyetor uang ke Cindy tapi dia baru nyadar kalau ponselnya tidak ada.
" waduh hpku kayaknya ketinggalan deh tadi di rumah Zahra? " . kata Dimas.
" Zahra? ". Cindy mengernyitkan alis. " siapa Zahra? pacar baru kamu? " . tanyanya menyelidiki.
" ada deh" . kata Dimas singkat.
" ya sudah ini setoran gue, gue harus segera pergi" . kata Dimas dan langsung keluar mengambil motornya.
Dan disaat itu pula Andi baru datang. " buru buru amat?. apa langsung ke kosan? " tanya nya.
" enggak. HP gue ketinggalan di rumah pelanggan, gue cabut dulu mau ngambil HP. gak usah tungguin gue, lo pulang aja dulu. katanya sambil menarik gas motornya.
Hari sudah mau maghrib dan gerimis semakin terasa besar saja.Dan benar saja pas di saat sampai di halaman panti hujan pun semakin deras, seolah memberikan restu buat Dimas untuk bisa berlama-lama di rumah panti itu.
Dimas langsung memasukkan motornya ke dalam gerbang dan memarkirkan motor itu di parkiran halaman panti.
Tampak sepi sekali di sana, tapi di ujung halaman panti terlihat ada mushola yang sudah di penuhi para jama'ah nya untuk melakukan ibadah sholat maghrib. Di musolla itu di tengah-tengah nya di batasi sebuah tirai yang membatasi antara jama'ah pria dan jama'ah wanita.
"Dimas... !" kata seorang wanita menyapa nya.
"kok masih di situ? hayo buruan gabung sholat jama'ah, bentar lagi jama'ah dimulai". kata Zahra yang saat itu melihat Dimas di parkiran depan panti, sedang ia sendiri sedang memakai mukena mau ke mushola.
" Zahra...., aku.. aku...! " Dimas tak melanjutkan kata katanya. sebenarnya dia malu, karena memang dia sudah lama tak melaksanakan yang namanya sholat lima waktu.
Zahra paham, dia pikir Dimas merasa tak memiliki baju ganti, karena jelas terlihat itu masih berseragam kurir yang dipakai tadi.
Zahra masuk kembali dan sesaat keluar dengan membawa sarung dan baju koko.
" ini pakailah, disamping mushola ada kamar mandi, kamu bisa ganti baju dan berwudlu di sana" . kata Zahra. dan diapun segera ke Mushola bergabung dengan yang lain.
Dimas menerima sarung dan baju koko yang diberikan Zahra, sebenarnya dia ragu, tapi..
ia turuti saja apa yang dikatakan Zahra. segera ia berlari menembus hujan dan menuju kamar mandi, kemudian dia keluar dengan memakai sarung dan baju koko itu, bergabung dengan yang lain untuk sholat berjamaah maghrib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
anggita
Dimas..😘..zahra.
2023-07-29
1