Tak lama setelah melihat Baby Vhy, Yea kembali ke kursinya.
"Yea, aku sudah melihat rambutmu jatuh beberapa kali. Apa rambutmu sedang rontok?" Tanya Vhy.
"Ya, benar. Setelah melahirkan, rambutku memang agak rontok," ucap Yea dengan kekhawatiran.
"Mungkin sebaiknya kamu periksa ke dokter, Yea. Apa aku perlu menemanimu?" Vhy mengungkapkan kekhawatirannya.
"Iya, Kak. Aku akan periksa kalau ada waktu," jawab Yea dengan sambil sedikit tersenyum.
"Tidak, Yea, sebaiknya periksakan segera. Aku akan menemanimu. Aku khawatir dengan kesehatanmu," kata Vhy penuh kecemasan.
"Baiklah, Kak. Nanti aku akan pergi. Kalau begitu, aku akan pergi minggu depan," ucap Yea sambil tersenyum lembut agar Vhy tidak terlalu khawatir.
Yea mencoba menuangkan bir ke dalam gelasnya, tetapi Vhy menghentikannya dan mengambil gelas itu.
"Sudah, jangan minum lagi. Kamu sedang menyusui, Yea," larang Vhy.
"Kamu sudah minum terlalu banyak," tambahnya.
"Tapi ini non-alkohol, aku sudah lama tidak minum, Kak," kata Yea mempertahankan.
"Sudahlah, itu cukup. Aku meminta kamu untuk berhenti," kata Vhy tegas.
Yea kembali bersandar pada Vhy.
"Yea, beberapa hari yang lalu Kevin kembali," kata Vhy tiba-tiba.
Yea terkejut dan bangkit dari sandarannya.
"Serius, Kak? Kak Kevin pulang? Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Yea dengan harapan.
"Iya, kami makan dan minum bersama malam itu," jawab Vhy.
"Sudah lama dia pergi, bukan? Aku tidak mengerti kenapa dia pergi begitu saja," ucap Yea bingung.
"Sepertinya dia akan sibuk sampai akhir tahun karena ada beberapa proyek yang harus dikerjakan," jelas Vhy sambil mengelus rambut Yea.
"Kirim salam untuknya dariku, Kak. Tanyakan apakah dia ingin melihat Baby Vhy," pintanya.
Vhy hanya mengangguk sebagai tanggapan. Obrolan mereka menjadi hening sejenak.
"Ngomong-ngomong, apakah kamu masih sering mengikuti grup CHOA?" tanya Vhy.
"Belum lagi, aku belum menghidupkan ponselku yang satunya semenjak kita menikah," kata Yea.
"Kenapa, Kak?" tanya Yea penasaran.
"Hanya ingin tahu tentang pembicaraan terakhir CHOA mengenai diriku," ungkap Vhy.
"Bukankah Tim Buzzer agensi yang paling tahu tentang ini?" tanya Yea.
"Iya, tapi mereka tidak memberi tahu dengan jelas. Mereka hanya mengatakan hal-hal positif. Pasti ada hal lain juga. Apalagi belakangan ini gosip tentang diriku tersebar," ungkap Vhy.
"Kamu harus sabar, sayangku. Kamu kuat, kok," dukung Yea seolah-olah sedang menyemangati anak kecil dengan suara lucu, sambil mengelus dada bidang Vhy.
Yea senang membuat kejenakaan di hadapan suaminya, tidak semata-mata untuk menghibur dirinya sendiri, tetapi juga untuk menghibur Vhy agar tidak terlalu terpaku dengan lika-liku kehidupan rumah tangga mereka.
"Kak Vhy..." panggil Yea.
"Hmmm?" Vhy membalas.
"Kakak tahu, setelah melahirkan banyak perubahan yang terjadi pada fisikku, kan?" tanya Yea.
"Hmm, kenapa?" tanya Vhy.
"Kakak tahu, kan, ada banyak selebriti cantik di lingkungan kerja Kakak?" tanya Yea lagi.
"Hmm, begitulah," jawab Vhy.
"Kemarin aku melihat drama di TV tentang seorang istri yang dahulu sangat dicintai oleh suaminya, tetapi dia berubah setelah menikah dengannya," lanjut Yea.
"Lalu, apa hubungannya dengan itu, sayang?" tanya Vhy bingung dengan ucapan Yea yang ambigu.
Yea bangkit dari sandarannya dan merajuk, "Begini saja, kamu tidak mengerti. Dasar lelaki!"
Vhy hanya menggelengkan kepala dan terkekeh karena ia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Yea. Meskipun ia dikenal penyayang, tangguh, dan mandiri, tetap saja Yea adalah seorang wanita biasa yang akan ngambek jika kekasihnya tidak peka.
"Kakak, benar-benar tidak mengerti apa yang kamu maksud, sayang. Pertama kamu bicara tentang fisikmu, lalu selebriti cantik, dan drama di TV. Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan?" jelas Vhy sambil menarik Yea kembali dalam pelukannya.
"Sekarang katakan dengan jelas," lanjutnya.
Yea hanya diam dan tidak mengeluarkan suara. Tak lama kemudian, Vhy mendengar suara seperti tangisan yang ditahan. Lalu ia melihat wajah istrinya yang kini menangis dengan hening. Ia terkejut mengapa Yea tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas.
"Yea... Apa kamu menangis?" tanya Vhy.
Yea hanya tertunduk sambil menutup wajahnya dengan tangannya. Vhy berusaha menepis tangannya untuk melihat wajah istrinya. Yea berusaha menahannya agar tidak malu. Karena Vhy lebih kuat darinya, akhirnya terlihat sudah wajah Yea yang basah dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Astaga, Yea... Kenapa kamu menangis?" Vhy mengusap air matanya.
"Apa ucapan Kakak menyakiti kamu?" tanya Vhy khawatir.
Yea hanya menggelengkan kepala.
"Lalu, kenapa kamu menangis? Apa ada yang menyakiti kamu?" tanya Vhy lagi.
Yea hanya diam, menahan sesegukan.
"Jelaskan ke Kakak, apa ada masalah yang membebani kamu?" kata Vhy dengan lembut.
Dengan memberanikan diri dan mencoba tegar, Yea pun mengungkapkan perasaannya yang terpendam.
"Kak Vhy... Aku hanya takut kamu meninggalkanku begitu saja," ucapnya terbata-bata karena sesegukan.
"Astaga, kenapa kamu berpikir seperti itu, sayang?" Vhy kaget mendengar ucapan Yea, lalu segera menarik kembali ke dalam pelukannya.
"Kenapa kamu bicara seperti itu, sayang? Vhy dengan lembut mengusap punggung Yea, berusaha menenangkannya."
"Apakah itu karena gosip? Yea hanya menggelengkan kepala, merasa tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata."
"Yea, dengarkan baik-baik. Kakak tidak pernah sedikitpun berfikir untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Kakak mengerti, mungkin kamu terlalu banyak berpikir setelah membaca berita tentang kakak di media. Sejujurnya, kakak pun tidak setuju jika kamu terlibat dalam grup fandom kakak. Di sana pasti banyak hal yang tidak menyenangkan tentang kakak."
Setelah Yea mulai merasa tenang, ia mulai berbicara, "Ini luar biasa, memiliki suami yang tampan dan terkenal seperti kamu." Sambil mengusap air matanya, Yea menyampaikan perasaannya, "Sejauh ini, aku masih merasa kurang percaya diri, Kak. Bahkan untuk menjadi seorang penulis saja, aku masih belum mampu. Sedangkan kamu, kamu begitu berbeda dariku. Kadang-kadang, aku merasa tidak pantas bersamamu."
"Kenapa kamu bicara seperti itu?" Ucap Vhy, menghentikan Yea "Kakak tidak suka mendengar kata-kata seperti itu, Yea."
Yea langsung terdiam, tak berbicara, setelah melihat perubahan ekspresi wajah suaminya.
"Kakak memilihmu karena mencintaimu tanpa alasan apapun. Mengapa harus ada alasan lain untuk bisa mencintaimu? Jangan merendahkan dirimu hanya karena merasa tidak pantas, Yea. Justru, kakak yang harus menjadi suami dan sosok ayah yang baik bagi keluarga ini."
"Ka-kak Vhy. Aku tidak bermaksud begitu. Aku minta maaf," Yea berbisik dengan suara lembut.
"Tidak, Yea, tidak perlu minta maaf. Terima kasih telah mengungkapkan perasaanmu dengan jujur. Dengan begitu, kakak bisa tahu apa yang perlu diperbaiki ke depannya."
Vhy menatap wajah Yea dan mengusap wajahnya yang sedih, "Kamu seperti ini saja sudah sangat berarti bagiku, Yea. Kalau ada hal yang ingin kamu lakukan, bilang saja ke kakak. Kakak pasti akan membantumu."
Yea memegang tangan Vhy yang masih memegang pipinya. Dia merasakan kehangatan dari kekasihnya yang sangat dirindukan. "Baiklah, kalau begitu, habiskan makanannya, Kak," perintah Yea dengan lembut.
"Tidak, Yea, makanlah sendiri. Kakak sudah kenyang," tolak Vhy.
"Ayo, tidak banyak kok, Kak. Jangan buang-buang makanan," goda Yea.
"Tidak, Yea, kakak sudah tidak sanggup."
"Mck! Yea pun memakannya," Yea menjawab sambil berdecak. Yea memakan sisa makanan yang tersisa, walau tidak terlalu banyak, hingga selesai.
"Nah, kan sudah habis," kata Vhy. Yea hanya meliriknya dengan tatapan sinis.
"Tatapanmu itu bisa membuat konten di TicTac bombastis side eye," ucap Vhy sambil terkekeh, melihat ekspresi Yea yang terlihat seperti mereka yang membuat konten di TicTac.
"Sudah siap, nih," ucap Yea
"Kamu di sini saja, sayang, biar kakak yang membersihkannya."
"Memang begitulah seharusnya," goda Yea.
"Tunggu sampai kakak kembali ya, jangan tidur dulu," perintah Vhy.
"Hmmm," jawab Yea.
Vhy masuk ke dalam untuk membersihkan sisa makan malam mereka. Sementara itu, Yea duduk bersandar di kursi santai di balkon, menatap langit malam.
"Ya Tuhan, sebenarnya aku sangat mencintai suamiku. Tapi aku tidak ingin menunjukkannya terlalu jelas padanya. Aku takut dia menjadi angkuh," bercerita Yea sambil menatap langit.
"Sebenarnya, aku merasa cemburu. Mengapa kamu menyentuhnya seperti itu?" Yea menggerutu.
"Aku tahu kamu adalah orang yang penuh kehangatan, Kak Vhy, tapi... ah, biarkanlah," tambahnya.
Yea mengingat foto Vhy bersama Xolar yang tersebar di media, memicu gosip tentang kencan mereka.
Yea menatap ponsel Vhy yang tergeletak di meja. Ia melihat adanya notifikasi yang masuk, membuat handphone-nya menyala.
"Ada pesan ya?" Yea hanya melirik sekilas. Namun, ada sesuatu yang terbersit dalam pikirannya untuk mengambil ponsel itu.
"Tidak apa-apa, Yea. Kamu adalah istrinya, jadi berhak untuk memeriksa hp suamimu," ucapnya sambil mengambil ponsel tersebut.
Lalu, Yea membuka aplikasi pesan untuk melihat siapa saja yang berkomunikasi dengan Vhy di sana. "Sebenarnya, aku takut menemukan hal-hal yang tidak ingin aku tahu, tapi aku penasaran," ucapnya sambil menggulir layar ponsel.
Namun, ia tidak menemukan hal negatif seperti yang dipikirkannya. Kemudian, Yea membuka galeri ponselnya dan melihat ada foto-foto bayi Vhy dan dirinya di sana.
"Kenapa ada begitu banyak foto bayi Vhy yang sama? Kamu acak sekali, Kak," komentarnya.
Terdapat foto-foto Vhy saat bekerja, foto mereka saat berpesta bersama Kevin dan Xolar, foto Vhy saat di-make up oleh staf, lalu Yea menghentikan jemarinya saat melihat foto seorang staf yang tertangkap kamera saat merias Vhy, dan ada juga foto selfie staf itu sendiri.
"Kenapa ada foto selfienya disini? Bukankah dia adalah staf yang merias Vhy?" Yea membolak-balik foto sebelum dan sesudah untuk membandingkannya, ingin meyakini apakah itu adalah orang yang sama.
__
Staf?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments