Juni 2019
"Kak Vhy, aku sudah siap!" ucapnya sambil memegang tangan Vhy. Vhy membalasnya dengan senyuman.
Satu bulan kemudian, Vhy membawa Yea kembali ke Seoul. Mereka mengunjungi Ibunya. Kehamilan Yea sudah memasuki bulan keenam.
"Ting.. Tung!" bunyi bel apartemen.
Tak lama kemudian, pintu terbuka.
"Ya Tuhan…" ucap seseorang yang membukakan pintu "Silahkan masuk, Nak!" sapa wanita paruh baya yang langsung mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tengah. Vhy dan Yea belum sempat memberi salam padanya.
Vhy membantu Yea duduk, lalu ia duduk di sampingnya, sementara wanita paruh baya itu duduk di sebelah kanan Yea.
"Yea, apa kabar? Sudah lama tidak mengunjungi Bibi kesini. Bibi merasa kesepian, tahu!" ungkap wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah ibu Vhy, Lee Inha.
"Baik, Bibi. Maafkan Yea, selama di Seoul hampir tidak pernah berkunjung," ujar Yea.
"Sudah tidak apa sayang," tersenyum Nyonya Inha lalu melihat perut Yea yang sudah membesar. "Lihatlah, cucu Mama tumbuh sangat baik, Vhy," ucap Nyonya Inha, Vhy membalas dengan senyuman.
"Mulai sekarang, panggil saja Mama, jangan Bibi ya, Yea. Karena kita akan menjadi keluarga yang utuh," ucap Nyonya Inha dengan antusias.
Sebelum Yea tiba di Seoul, Vhy telah menceritakan banyak hal tentang hubungannya dengan Yea, termasuk kehamilannya. Ibunya sangat mendukung penuh keputusan anaknya untuk menikahi Yea. Nyonya Inha sedari dahulu sangat menyukai Yea, ia tahu kalau dirinya adalah anak yang baik hati dan penyayang.
"Hanna, mana Ma?" Tanya Vhy pada Nyonya Inha.
"Dia masih kerja sayang, dia selalu pulang sore."
Nyonya Inha dan Yea berbincang-bincang, sementara Vhy berjalan melihat foto-foto yang tergantung di dinding. Di sana terlihat dirinya, ibunya, serta dua orang lain yang tidak lain adalah ayahnya dan adiknya.
"Lihatlah, kau sudah memiliki cucu, Pa, dan aku akan menikah. Hanna kini juga sudah bekerja," ucapnya berdialog dengan foto yang sedang dilihatnya.
Yea akan tinggal bersama Nyonya Inha sampai menjelang persalinannya. Yea merasa bersyukur karena keluarga mendukung keputusan Vhy untuk menikah dan menerima dirinya dengan baik.
“Yea, coba lihat ini. Ini beberapa baju yang Mama beli untukmu nanti setelah persalinan,” Nyonya Inha menyodorkan bungkusan berisi pakaian kepada Yea.
“Wah, Ma. Terima kasih banyak, kenapa harus repot-repot?” ucap Yea dengan perasaan terharu.
“Beberapa hari yang lalu Mama membelinya dengan ditemani Hanna. Hanna juga bilang kalau dia sudah tidak sabar untuk membelikan calon keponakannya baju,”
“Hanna sangat perhatian, Ma. Kalau boleh tahu, di mana Hanna bekerja?” tanya Yea.
“Dia bekerja sebagai guru tari di SMA Hanlim.”
“Hanlim? Hanlim Multi Art School?”
“Wahhh, Hanna sudah cantik, pintar, dan sangat berbakat sekali, Ma.”
Sekolah Hanlim Korea, atau lebih dikenal dengan nama resminya Hanlim Multi Art School, adalah sebuah sekolah menengah atas yang terletak di Distrik Gangdong, Seoul, Korea Selatan. Sekolah ini terkenal sebagai salah satu sekolah seni terbaik di Korea, dengan fokus utama pada pendidikan seni dan hiburan.
Sekolah Hanlim Korea sering menjadi tempat di mana calon artis dan selebriti Korea menjalani pendidikan mereka sebelum memulai karir di industri hiburan. Banyak alumni sekolah ini yang telah sukses dalam bidang musik, tari, akting, dan industri hiburan lainnya. Sekolah Hanlim Korea diakui sebagai institusi pendidikan yang bergengsi dan menjadi impian bagi banyak siswa yang ingin mengejar karir di industri hiburan Korea.
“Siapa dulu Mamanya?” ucap Nyonya Vhy dengan percaya diri.
“Tentu saja, Nyonya Inha!”
Mereka tertawa bersama.
“Itulah pentingnya memilih calon istri. Tidak hanya berdasarkan penampilan, tetapi juga memiliki bekal ilmu dan kepribadian yang bijaksana,” ucap Nyonya Inha.
“Karena untuk menjalin pernikahan, semuanya membutuhkan pengukuran dan ilmu. Supaya nanti kita bisa menghasilkan generasi yang lebih baik.”
“Mama selalu mengingatkan Vhy, bahwa yang indah selalu menyenangkan hati, tetapi kepribadian yang bijaksana jauh lebih menenangkan hati.”
“Pernikahan adalah tanggung jawab besar yang harus dijaga sampai kita mati. Karena kebahagiaan yang sesaat tanpa kedamaian adalah kehampaan. Sedangkan kedamaian pasti melahirkan kebahagiaan yang hakiki.”
“Sepanjang perjalanan hidup dalam pernikahan, kita akan menghadapi hal-hal yang tak terduga. Kadang-kadang kita merasa bahwa orang yang ada di samping kita bukanlah orang yang kita kenal, ia berubah menjadi seperti orang lain. Namun, sebenarnya dirinya tidak berubah, justru kita lebih memahami dirinya yang sebenarnya," ucap Nyonya Inha penuh rasa.
“Mama tidak hanya cantik, tapi juga sangat bijaksana. Yea benar-benar tidak menyangka bahwa aku memiliki dua ibu yang luar biasa,” ungkap Yea sambil menatap Nyonya Inha penuh kekaguman. Yea menyadari bahwa perkataan Nyonya Inha merupakan representasi dari kehidupannya. Seketika itu, dia teringat akan ibunya yang juga begitu hebat berjuang untuk merawatnya hingga seperti sekarang.
***
Di Studio Agensi…
"Sepertinya kata 'khayalan' diganti dengan 'imajinasi'," kata Vhy.
"Imajinasi yang melebur dalam fantasi," ucap Vhy sambil bicara dengan dirinya sendiri sambil mencoret-coret lembaran musiknya.
"Kak, Bin, coba lihat ini! Ada bagian narasi yang ku revisi," sambil menyodorkan kertas.
Manajer Hanbin yang tengah terfokus menatap layar besar yang terdapat beberapa alat untuk para pemusik membalikkan badan lalu mengambil kertas yang diberikan oleh Vhy dan membacanya.
"Wow, bagus sekali, Vhy! Ini lebih baik," pujinya.
"Coba dekat sini, Vhy. Sepertinya chorusnya lebih bagus dimulai dari kunci G, lalu ke Em. Setelah itu sudah pas," ungkap Hanbin sambil mempraktekkan di hadapan Vhy dengan gitar di tangannya.
"Kau benar, Kak. Aku lebih nyaman jika memulainya dari situ. Dari dahulu aku selalu kesulitan untuk memulainya dari C, karena tipe suara ku ini memang kurang cocok untuk nada yang terlampau tinggi.
"Untuk bagian reffnya, Kakak mau konsultasi lagi sama beberapa produser dari Cocopuff. Semoga dalam minggu ini kita bisa menyelesaikannya, Vhy," harap Manajer Hanbin.
Vhy merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menatap langit-langit ruangan itu. Terbayang di pandangannya pertemuan dengan Yea.
***
Tahun 2000 di Tongyeong
"Dasar gadis gendut!"
"Mau kemana kau!"
Anak laki-laki itu sedang mencegat seorang gadis bertubuh gemuk yang membawa makanan melintasi halaman rumahnya.
"Sudahlah, Vhy. Sampai kapan kau akan terus merundungnya?"
"Kita sudah besar. Tidak pantas mengganggu gadis kecil seperti dia," ucap anak laki-laki satunya.
"Sudah Vin, kau tenang saja. Aku hanya mengganggunya, tidak melukainya," sementara gadis itu hanya tertunduk sedih namun tidak menangis.
"Sudah tiga kali kau melewati halaman rumahku, ngomong-ngomong siapa namamu, gadis gendut?" Vhy menunduk dan menatap wajah gadis yang lebih kecil darinya.
"Ho-Hong.." ucap gadis kecil terputus karena ragu.
"Apa? Ho-Hong?"
"Bicaralah yang jelas. Tubuhmu besar, masa suaramu kecil. Aku tidak bisa mendengarnya," ucap Vhy kesal.
"HONG YEA!" balas Yea spontan dengan kuat di telinganya.
"Akh! Sial!"
"Tidak perlu berteriak di telingaku juga!" Vhy memegang telinganya.
Sementara Kevin tertawa geli melihat Vhy. Gadis bernama Yea itu juga ikut tertawa.
"Kenapa kalian tertawa? Apa yang lucu?" ucap Vhy karena merasa malu ditertawakan.
***
"Vhy, coba lihat ini perbandingan intro sebelum dan sesudah kakak revisi, bagaimana menurutmu?" tanya Manajer Hanbin yang matanya masih terfokus pada layar komputer besar, namun Vhy tidak menjawab, ia terlihat menatap langit-langit ruangan itu sambil tertawa kecil.
"Vhy, apa kau mendengarku?" Karena tidak mendengar jawaban dari Vhy, Manajer Hanbin membalikkan badannya, ia melihat Vhy sedang tertawa kecil menatap langit-langit ruangan itu.
"Vhy..."
"VHY!" teriaknya.
"Oh, apa? Ada apa, Kak?" Vhy langsung bangkit dari tidurnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Hanbin.
"Lakukan apa, Kak?"
"Sedari tadi Kakak memanggilmu, kau tidak tahu?"
"Kapan Kakak memanggilku?"
"Aku dari tadi memanggilmu untuk mendengarkan intro versi terbaru, tapi kau malah tertawa cengengesan tidak jelas," jelas Hanbin.
"Oh, aku hanya sedang mengingat kejadian lucu saja, Kak. Maaf."
"Pasti kau sedang memikirkan Yea kan!"
"Ah, tidak. Hanya kejadian lucu saja."
"Dasar anak muda sekarang, bisanya mabuk cinta saat sedang bekerja," gumam Hanbin, namun masih terdengar oleh Vhy.
Vhy mengulum senyum mendengarnya. "Kak, Bin. Sepertinya aku sudah memiliki nama untuk album ini," ucap Vhy.
"Apa kira-kira?" tanya Tanya Manajer Hanbin.
"PARAGRAPH."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments