Takdir Cinta

Yea terkejut mendengar ucapan Vhy. Yea mengira bahwa Vhy akan marah dan akan mencampakkannya begitu saja. Yea berpikir bahwa dirinya bisa saja berpacaran dengan seorang mega bintang, namun terlalu jauh baginya jika untuk menikah dengannya.

"Ka-Kak Vhy, kamu tidak bercanda dengan ucapanmu itu? Kamu tidak perlu terbebani dengan ini."

"Aku bi-" ucap Yea terpotong, karena Vhy menghentikannya dengan menempatkan jarinya di bibir Yea.

"Kakak mengerti apa yang membebankan mu, sehingga lebih memilih pergi dari kakak"

"Tapi sungguh, Yea, kalau kamu memperlakukan kakak seperti itu, justru sangat menyiksa hatiku."

"Banyak waktu yang kuhabiskan untuk mendapatkanmu dengan susah payah. Aku tidak akan kehilanganmu lagi kali ini, Yea."

"Tidak terpikir sekalipun dalam benakku untuk mencampakkanmu begitu saja, hanya karena posisiku yang tidak mudah ini."

"Izinkan aku untuk bertanggung jawab penuh terhadap dirimu, Yea. Untuk sedikit membuktikan bahwa aku benar-benar ingin bersamamu."

"Jangan takut untuk terus bersamaku, karena aku akan melindungimu dengan cara apapun."

Mendengar pengakuan Vhy yang mendalam, Yea meneteskan air mata kembali. Vhy menghapusnya lalu mengelus pucuk surai Yea dengan lembut.

/

"Begitu malam tiba, mereka berkumpul untuk makan malam. Suasana hening dan canggung menyelimuti mereka semua. Tuan Joon, yang memahami situasi tersebut, mencoba menghangatkan suasana.

"Nak Vhy, bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa tidak apa-apa datang ke sini sejauh ini?" Tanya Tuan Joon dengan sedikit ragu.

"Aku sedang libur, Paman. Tidak perlu khawatir, Manajer Hanbin selalu membantuku," balas Vhy sambil tersenyum.

"Baiklah, mari kita makan dulu, dan setelah itu kita bisa melanjutkan," kata Tuan Joon.

"Manajer Hanbin, silakan makan banyak. Ikan kami sangat besar dan segar. Harganya pasti mahal di Seoul," canda Tuan Joon.

"Wah, betul sekali, Paman. Ini sangat enak!" balas Hanbin sambil tertawa kecil.

/

Malam itu, Yea sudah berada di kamarnya. Nyonya Suri mengantarkan Hanbin ke kamar mereka untuk beristirahat. Kemudian, ia kembali dan bergabung dengan suaminya dan Vhy di ruang tengah.

"Terima kasih, Nak Vhy, karena sudah datang jauh-jauh kesini dan menjenguk Yea," ucap Tuan Joon.

"Tidak, Paman. Sebenarnya, aku yang berterima kasih karena kalian telah menyambutku dengan baik," jawab Vhy.

"Aku minta maaf kepada Paman dan Bibi atas kecerobohan dalam hubunganku dengan Yea," lanjut Vhy dengan perasaan sedih.

"Aku akan bertanggung jawab atas semua ini, Paman," ucap Vhy dengan tulus.

"Tentu, apa keputusanmu, Vhy?" tanya Tuan Joon dengan penuh harapan.

"Aku akan menikahi Yea," ucap Vhy dengan penuh keyakinan, menatap Tuan Joon dan Nyonya Suri.

"Aku sangat mencintainya, Paman, Bibi. Terlepas dari semua kejadian ini, aku benar-benar ingin menikahinya," jelas Vhy meyakinkan.

"Paman dan Bibi merestui hubungan kalian. Paman hanya ingin mengingatkan, tolong jaga Yea dengan baik, jangan sakiti hatinya, karena dia adalah wanita yang baik," kata Tuan Joon sambil memegang pundak Vhy. "Selebihnya, Nak Vhy, bicarakanlah dengan Yea."

"Baik, Paman, Bibi. Terima kasih atas kepercayaannya," ucap Vhy dengan perasaan lega.

/

Malam itu, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Yea tidak bisa tidur nyenyak, dan Vhy pun merasa gelisah. Manajer Hanbin menyadari bahwa Vhy sulit tidur dan terus berbalik-balik di tempat tidur. 

"Temui saja Yea, Vhy," ucap Manajer Hanbin sambil memejamkan mata, membuat Vhy menoleh.

"Kakak, kamu belum tidur?" tanya Vhy dengan sedikit kaget.

"Kita masih memiliki satu malam lagi di sini, jadi temuilah dia supaya kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik," ucap Manajer Hanbin.

Vhy bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar Yea. Ia mengetuk pintu dan membukanya, lalu masuk.

"Yea, apakah kamu sudah tidur?" tanya Vhy dengan suara berbisik dari depan pintu.

Yea yang mendengarnya langsung bangkit dari tidurnya, "Kak Vhy... masuklah, aku belum tidur."

Vhy dan Yea kini berada di atas tempat tidur, dengan tangan Vhy memeluk Yea dari belakang mengelus perutnya yang buncit sambil menatap langit malam melalui jendela kamar. Yea hanya diam saat Vhy melakukan hal itu. Vhy juga terus membelai rambutnya dan sesekali menciumnya.

"Apa yang membawamu kemari, Kak?" tanya Yea.

"Kakak hanya tidak bisa tidur, Sayang," jawab Vhy.

"Kakak, sudahkah kamu berbicara dengan Paman dan Bibi untuk merestui kita dan pernikahan ini?"

Mendengar itu, Yea membalikkan badannya. "Bagaimana dengan agensi mu, Kak? Dan bagaimana dengan CHOA jika mereka mengetahui hubungan kita?"

"Agensi pasti akan marah padaku, tapi ini adalah kehidupan pribadi kita, jadi mereka tidak dapat melarangku kali ini. Selain itu, tidak ada klausul tentang hal ini dalam kontrak. Namun..." Vhy menjelaskan dan terputus.

"Namun apa, Kak?" tanya Yea.

"Mereka pasti akan menyuruhku untuk menjaga privasi sampai saat yang tepat untuk mengumumkan semuanya," jelas Vhy.

"Jadi maksud Kakak, kita akan menikah tanpa mengumumkan status kita ke publik?" tanya Yea.

"Hmm, Maafkan Kakak, Yea," ucap Vhy dengan penyesalan.

Yea hanya diam mendengarkan penjelasan Vhy. Sebenarnya, dia sangat mengimpikan pernikahan yang indah, berjalan di altar, dan dihadiri oleh orang-orang terkasih.

"Kak Vhy..." panggil Yea.

"Iya, kenapa, Sayang?" tanya Vhy.

"Apakah Kakak benar-benar serius ingin menikahiku?" tanya Yea.

"Apakah Kakak terlihat seperti bercanda saat ini, Sayang?" Vhy menatap Yea dengan tatapan datar yang sulit diartikan, tetapi Yea mengerti maksudnya.

"Jangan menatapku seperti itu, Kak," ucap Yea dengan wajah malu.

"Menatap seperti apa?" sangkal Vhy.

"Sudahlah, lupakan," ucap Yea.

"Ngomong-ngomong soal malam itu, apa Kakak semabuk itu?" tanya Vhy.

"Hmmm. Kenapa?" Yea bertanya balik.

"Kakak sepertinya tidak ingat bagaimana semuanya dimulai," ujar Vhy.

"Ternyata para lelaki ini mudah sekali melupakan perbuatan mereka sendiri," kata Yea dengan nada menyindir.

"Bukan begitu, Yea," Vhy membantah.

"Hanya saja..." Vhy terhenti sejenak.

"Hanya saja apa?" tanya Yea penasaran.

"Kakak merasa sangat bahagia dan senang malam itu. Rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata," ungkap Vhy ragu-ragu sambil tersipu malu. Yea spontan mencubit perut Vhy.

"Ih! Dasar mesum. Bagaimana bisa Kakak bicara begitu," kata Yea sambil menutupi wajahnya dengan bantal.

"Kenapa, Yea? Apa kamu malu?" tanya Vhy.

"Tidak!" jawab Yea spontan.

Vhy mengambil bantal yang menutupi wajah Yea, membalikkan badannya, dan memeluk Yea. "Tidak apa, Yea. Tidak perlu merasa malu," kata Vhy dengan lembut.

Yea kembali menatap Vhy, "Lalu bagaimana dengan CHOA jika mereka mengetahui bahwa Kakak sudah menikah? Mereka pasti akan terluka mendengar kabar tersebut secara tiba-tiba. Aku sangat mengerti apa yang mereka rasakan," ucap Yea.

"Itu sudah pasti, Yea. Hanya saja ini diluar kendali Kakak. Kakak juga tidak ingin menyakiti mereka, tapi pada kenyataannya, kita benar-benar memiliki kehidupan pribadi masing-masing," jelas Vhy.

"Kakak juga berharap kebahagiaan yang sama untuk mereka, dan jika mungkin, mereka bisa mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari Kakak," ucap Yea.

"Kakak percaya CHOA tidak akan menyakiti Kakak, mereka akan mendukung keputusan hidup Kakak sepenuhnya. Meskipun tidak semua CHOA akan memberikan dukungan yang sama, tapi itu adalah konsekuensi yang harus Kakak terima dan pasti akan berdampak pada karier Kakak," ujar Vhy.

"Sampai saat itu tiba, Kakak hanya memiliki keluarga, kamu, dan anak kita sebagai penguat dalam hidup Kakak. Jadi, tolong jangan tinggalkan Kakak, dan tetaplah hidup bersama. Apapun yang terjadi, Kakak akan melindungi kalian semua dengan seluruh kekuatan yang Kakak miliki," ungkap Vhy.

Kedua kekasih itu saling menatap dengan perasaan mendalam. Vhy mendekatkan wajahnya ke Yea, menangkup kedua pipinya, dan mereka saling memberikan ciuman yang penuh kerinduan dan cinta yang mendalam.

Tak lama kemudian, aktivitas itu terhenti sejenak. "Yea..." lirih Vhy "Bukankah kita hanya melakukannya sekali?" tanyanya.

Yea hanya diam, menatap Vhy dengan tatapan serius.

"Bisakah kita melakukannya lagi?" lanjut Vhy.

Yea diam sejenak, mempertimbangkan kata-katanya.

"Aku takut, Kak," ucap Yea ragu.

"Yea..., apakah kamu mempercayaiku ?" tanya Vhy dengan senyuman dan semangat.

Yea memandang Vhy, melihat kepercayaan dalam matanya. "Ya, aku percaya padamu, Kak."

Vhy tersenyum puas.

Seolah menari, tangan Vhy meluncur lembut mengelus tubuh wanitanya. Jemarinya menuruni tali yang melingkar dan menggantung di bahu Yea, sambil menikmati kerinduan malam itu.

Namun, apa yang mereka tidak tahu adalah bahwa malam itu akan menjadi awal dari petualangan yang tak terduga. Keputusan mereka untuk melakukannya sekali lagi akan membuka pintu menuju cerita yang penuh dengan intrik, konflik, dan cinta yang tak terbatas.

Dengan hati berdebar, kita memasuki bab baru dalam kisah ini, siap menyaksikan kejutan, drama, dan keajaiban yang menanti Yea dan Vhy.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!