Baby Vhy

April 2019

"Tidak mungkin!" matanya membulat. "Bagaimana ini? Aku takut Ibuku akan memukulku habis-habisan." Tangisnya meledak saat melihat benda panjang yang menunjukkan dua garis, menandakan bahwa orang yang menggunakannya sedang hamil.

/

"Oh, Tuhan," ucap seorang wanita paruh baya, sambil memegang kepalanya karena tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. "Aku mengirimmu ke Seoul supaya kau bisa belajar dengan baik dan mengejar cita-citamu. Tapi lihatlah ini, oh suamiku, aku tidak menyangka putri kita akan sebodoh itu," ucap Nyonya Suri, ibu Yea.

Setelah menginjak usia kehamilan 5 minggu, Yea memutuskan untuk pulang kampung ke Tongyeong. Ia merasa takut menghadapi kenyataan sebagai seorang ibu di ibu kota sendirian.

"Sudahlah, istriku. Jangan terus memarahinya. Lihatlah, dia sedang hamil. Kita harus berusaha menerima keadaan saat ini. Biarkan ini menjadi pelajaran baginya," ucap Tuan Joon sambil membangunkan putrinya yang sedang bersujud di hadapan mereka.

Saat itu, Vhy dan Yea telah menjalin hubungan asmara selama 4 tahun. Sebelum Yea pulang ke kampung halamannya, ia sempat bertemu dengan Vhy. Namun, pada saat itu, Yea tidak memberitahu Vhy tentang kehamilannya. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya merindukan pertemuan mereka. Di tahun tersebut, Vhy sedang berada di puncak karirnya, dengan jadwal yang sangat sibuk dan padat. Namun, Yea beruntung masih sempat bertemu dengannya sebelum menghilang dari kehidupan Vhy. Yea tidak ingin merusak karir yang telah dibangun Vhy selama ini. Ia tahu betapa Vhy telah berjuang untuk mencapai posisinya saat ini.

"Yea..." panggil Nyonya Suri. "Makanlah dulu. Kau tidak boleh sakit, pikirkan kandunganmu. Lihatlah, hanya dalam seminggu di sini, kau sudah terlihat kurus." Nyonya Suri berbicara lirih sambil membelai Yea.

Kondisi Yea saat itu tidak baik. Banyak hal yang membuatnya cemas. Yea hanya memikirkan nasib anaknya. Meskipun ada kekhawatiran kalau Vhy akan marah dan tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung.

"Bu..." panggilnya. "Terima kasih sudah mau menerima, Yea, kembali. Yea, minta maaf atas kebodohan ini. Seharusnya pulang dengan cita-cita, tapi justru membawa petaka. Yea minta maaf, Bu." Tangisnya pecah, dan ia memeluk ibunya dengan erat.

"Sudahlah, Yea sayang. Kau tidak perlu menghakimi dirimu sendiri. Ibu juga seorang ibu dan mengerti beban yang kau pikul saat ini. Bangkitlah, Yea, karena ada malaikat kecil di dalam sana yang menanti kehadirannya di dunia ini." Balas Nyonya Suri, menenangkan Yea dalam pelukannya.

Sementara itu, Vhy sudah seminggu tidak menerima kabar dari Yea. Vhy mencoba menghubungi Yea namun tidak ada jawaban, pesan tidak dibalas, telepon tidak diangkat. “Tumben sekali Yea tidak membalas pesan dariku. Apa dia sedang sibuk? Mungkin saja kemarin mengajak bertemu karena dia akan sibuk dengan kegiatannya.” Vhy bergumam sambil menatap obrolannya bersama Yea di ponsel.

Yea memutuskan kontak dengan banyak orang, termasuk Vhy, dan sahabat dekat satu-satunya yang bernama Erika. Vhy tidak menerima kabar apapun lagi dari Yea sejak saat itu. Vhy mencoba menemui Yea, sampai mendatangi apartemennya saat tengah malam, namun ia tidak menemukan Yea. Perasaan Vhy sangat kacau dan takut terjadi sesuatu yang bahaya pada Yea karena sudah tiga bulan lamanya tidak berkabar. 

Sampai di mana Vhy mendapat waktu libur, ia memutuskan untuk datang ke Tongyeong, ke rumah orang tua Yea. Meskipun sudah 4 tahun menjalin hubungan, Vhy belum pernah datang ke rumah orang tua Yea mengingat kesibukan Vhy ditambah perjalanan Seoul dan Tongyeong yang cukup berjarak dan memakan waktu. Manajer Hanbin juga tidak mengizinkan hal itu karena Vhy sedang berada di puncak popularitasnya saat itu. Dengan berat hati, Manajer Hanbin mengizinkan Vhy pergi ke Tongyeong, dan Vhy pun ditemani oleh Manajer Hanbin untuk memastikan bahwa Vhy baik-baik saja.

Memasuki bulan keempat kehamilan, perut Yea sudah tampak membesar. Orang-orang sekitar Yea sangat perhatian padanya, meskipun ada juga yang julid dengannya karena hamil tanpa seorang suami.

“Lihatlah, cumi ini sangat besar sekali. Rasanya aku ingin sekali memakannya saat ini juga,” ungkapnya dengan penuh antusias.

“Kalau nona Yea mau, biar saya sisihkan yang ini untuk dibawa ke rumah,” ucap wanita paruh baya padanya.

“Ahahaha, tidak, bibi. Aku hanya bercanda,” candanya.

Tuan Hong Joon adalah seorang pengusaha yang menangkap hasil laut di Kota Pelabuhan Tongyeong. Ia mempekerjakan banyak orang untuk mengelola usahanya mulai dari melelang hasil laut kepada reseller sampai menjadi supplier untuk restoran-restoran, termasuk di ibu kota. Yea anak Tuan Joon satu-satunya, yang dikenal sangat ramah dan suka bersosialisasi. Sehingga orang-orang sekitarnya sangat menghormatinya dan senang bergaul dengannya.

Siang itu, Vhy berjalan bersama Manajer Hanbin menelusuri rumah-rumah untuk mencari alamat tempat tinggal Yea. Dengan pakaian serba tertutup, menggunakan topi hingga masker, mereka pun tiba di rumah yang sesuai dengan alamat tersebut. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang bersantai di halaman rumah, yang tidak lain adalah Nyonya Suri. Vhy dan Manajer Hanbin pun menghampirinya. Ditemani oleh Manajer Hanbin, Vhy dan Nyonya Suri melakukan perbincangan siang itu.

“Aku harap kau tidak akan terkejut melihat keadaan Yea saat ini, Nak Vhy. Akan lebih baik kau langsung berbicara dengannya. Temui saja dia, sekarang dia sedang bersama ayahnya di toko kami dekat pelabuhan. Hanya 5 menit dari sini. Aku akan menyuruh anak buah ayahnya mengantarmu kesana.”

Vhy memutuskan untuk menemui Yea sendiri. Ia meminta izin kepada Manajer Hanbin karena jaraknya tidak terlalu jauh. Kota itu tidak begitu asing bagi Vhy karena ia masih memiliki ingatan sewaktu kecil di kota itu, meskipun sudah banyak yang berubah. Vhy melakukan perjalanan dengan berjalan kaki saja.

Saat di pertengahan jalan, matanya tertuju pada seorang wanita yang sangat ia kenal sedang berbicara dengan wanita tua sambil memberikan sebuah bungkusan. Itu adalah Yea. “Ini Ikan buat nenek. Tangkapan ayah hari ini banyak sekali, jadi ia menyuruhku membagikannya,” ucap Yea. Setelah memberikan ikan tersebut, ia melanjutkan perjalanannya hingga berpapasan dengan Vhy dan melewatinya begitu saja. Yea tidak mengenali Vhy karena pakaian Vhy yang sangat tertutup.

“Yea…” panggil Vhy dengan nada sedikit bergetar.

Yea menghentikan langkahnya dengan nafas yang tiba-tiba tersengal. Ia sangat terkejut dengan suara yang baru saja memanggil namanya. Ia pun menoleh dengan penuh harapan bahwa itu bukan suara orang yang dikenalnya.

“Benar itu kamu, kan, Yea?” ucap Vhy sambil langsung memeluknya, karena ia tidak bisa menahan rasa rindunya. Setelah itu, Vhy melepas pelukan dan menatap Yea intens dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Yea... Kamu?” Vhy terkejut.

Sementara itu, Yea hanya diam dengan mata yang berkaca-kaca, menahan air matanya. Yea menepis tangan Vhy yang memegang lengan nya.

"Yea, bisakah kamu jelaskan semuanya ini pada kakak?" Vhy menatap Yea dengan penuh tanda tanya, sangat kaget melihat perut Yea yang besar, pertanda bahwa wanita itu sedang hamil.

"Sepertinya tidak ada yang perlu dijelaskan, Kak. Vhy sudah melihat sendiri. Lebih baik Kakak pergi saja, takutnya nanti ada orang yang mengenali Kakak," ucap Yea ketus sambil melangkah pergi.

Dengan cepat, Vhy menarik lengan Yea dan berkata, "Apa maksudmu, Yea? Jelaskan semuanya kepada Kakak!" desak Vhy sambil menarik tangan Yea untuk segera menuju rumah dan menjelaskan semuanya pada Vhy yang penuh tanda tanya.

"Lepaskan, Kak Vhy! Tidak ada yang perlu dijelaskan!" Yea meronta-ronta untuk melepaskan genggaman Vhy. Sementara Vhy tidak menjawab, tatapannya tajam, dan alisnya berkerut.

Sesampainya di halaman rumah, Yea langsung menepis kuat tangan Vhy dan berhasil melepas genggamannya. Yea masuk lebih dahulu ke dalam rumah. Ia terkejut melihat Manajer Hanbin sedang berbincang dengan Ibunya, begitu pula sebaliknya. Lalu ia pergi dan dengan cepat memasuki kamarnya lalu mengunci pintunya.

"Yea, tunggu! Yea!" panggil Vhy dengan nada yang sedikit menekan.

"Ada apa, Nak Vhy?" tanya Nyonya Suri.

"Yea tidak ingin bicara denganku, Bi. Aku sangat butuh penjelasan dari Yea langsung tentang semua kejadian yang membingungkanku."

"Duduklah dulu, Bibi akan membujuknya supaya mau berbicara denganmu," kata Nyonya Suri sambil pergi ke kamar Yea.

Nyonya Suri bukan tidak ingin menjelaskan kepada Vhy, ia merasa akan lebih baik jika putrinya yang berbicara langsung dengan Vhy, supaya tidak ada kesalahpahaman antara mereka. Ibu dan Ayah Yea tidak pernah bertanya tentang siapa yang menjadi ayah dalam kandungannya, karena mereka sudah tahu lebih dahulu tanpa harus menanyakan hal itu. Mereka juga tidak ingin membebani Yea dengan terus mengintrogasinya.

Karena bujukan Nyonya Suri tidak berhasil, Vhy yang berusaha membujuk dari balik pintu juga dihiraukan. Vhy bertanya pada Nyonya Suri apakah kamar Yea memiliki ventilasi yang bisa dimasuki. Nyonya Suri menjawab bahwa ventilasi di kamar Yea besar dan bisa dimasuki, meskipun jarak dari tanah menuju jendela sedikit tinggi, karena rumah mereka dibangun setengah meter lebih tinggi dari permukaan tanah.

Vhy tidak bisa membuang-buang waktu begitu saja. Ia membawa kursi sebagai pijakan, lalu ia berhasil mencapai ventilasi untuk masuk ke kamar Yea. Suara pun terdengar dari jendela. Yea, yang kini sedang menangis, berbaring di kasur dan langsung membalikkan badan, terkejut melihat orang yang mendaratkan diri dari jendela kamarnya.

"Sia-" terpotong Yea kaget melihat orang yang mendaratkan diri dari jendela kamarnya.

"Ka-Kak Vhy?"

"Apa sesulit itu membuka pintu kamarmu, Yea?" Tatap Vhy mengintimidasi Yea.

"Keluarlah, Kak Vhy! Aku tidak ingin bicara apapun padamu."

"Mana bisa! Sudah jauh-jauh kesini hanya untuk diusir begitu saja?" Vhy berjalan mendekati Yea. Ia langsung menarik Yea dalam pelukannya.

"Gadis nakal! Ada apa denganmu?" lirihnya dalam pelukan penuh rindu dan kekhawatiran.

Dengan perasaan yang sama, Yea reflek membalas pelukan Vhy, dan tangisnya pecah dalam pelukan itu. Setelah cukup lama, mereka melanjutkan percakapan yang tertunda.

"Yea, bisakah kamu jelaskan semua ini pada kakak? Kakak tidak akan marah, karena kakak butuh jawaban atas kejadian yang membingungkan ini."

Yea pun menjelaskan semua kejadian yang terjadi antara hubungan mereka.

"Maafkan kakak, Yea. Kalau bukan karena kecerobohan kakak malam itu, kamu tidak akan seperti ini."

"Kakak berpikir kecerobohan sekali itu tidak akan sampai membuatmu seperti ini."

"Maaf... Maafkan kakak, Yea, yang membuatmu memutuskan cita-cita yang sudah lama kamu impikan."

"Aku ini pria egois..." ucap Vhy yang merutuki dirinya atas perbuatannya. Ia tertunduk dan meneteskan air mata, lalu bersimpuh di kaki Yea.

"Tidak, Kak Vhy, jangan seperti ini," Yea membangkitkan Vhy dari simpuhnya, lalu menghapus air mata yang membasahi pipinya. Baru kali ini Yea melihat Vhy menangis begitu menyedihkan. Terlihat banyak rasa penyesalan dan rasa bersalahnya terhadap Yea.

"Berhentilah menangis, Kak Vhy. Kamu terlihat sangat jelek seperti itu," canda Yea di sela-sela tangis Vhy.

Vhy pun langsung menghapus air matanya, lalu menatap Yea dengan tulus. "Yea, sayang... Kembalilah ke Seoul. Kakak akan bertanggung jawab atas semua ini."

"Mari menikah!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!