"Liam kamu kemana aja beberapa hari ini?"
Ellen nampak berjalan cepat untuk mengimbangi langkah pria tampan di hadapannya saat ini yang membuat Liam seketika menghentikan langkahnya sambil menatap tajam kearah Ellen.
"Ada apa lagi Ellen? Kenapa kau harus tau dengan kehidupan pribadi ku? Kita hanya sebatas rekan bisnis Ellen, tidak lebih!" Tegas Liam sambil menatap tajam Ellen.
"Aku tau kita hanya rekan bisnis, tapi itu berlaku saat kita di perusahaan saja Liam. Dan jika diluar bukankah kita bisa menjadi teman, atau bahkan lebih?"
"Ellen aku tanya sekarang kita dimana?"
"Di perusahaan..."
"Jadi pergi dari hadapanku jika tidak ada urusan!" Lantang Liam mengatakan itu dan berlalu pergi.
Sementara dirinya yang diperlukan seperti itu nampaknya tak membuat Ellen menyerah dengan Liam. Ia memang kesal di perlakukan itu, namun untuk menyerah? Tentu saja tidak.
"Tunggu saja! Apapun yang akan terjadi aku akan membuat mu mencintai ku Liam!" Ucap Ellen dengan tatapan tajam pada punggung pria yang baru saja pergi.
"Bruk!"
Tanpa sengaja karena Ellen berjalan dengan cepat, membuatnya tak sengaja bertabrakan dengan Alina yang nampak tengah sibuk membawa beberapa dokumen dengan Nina.
"Ah! Kamu punya mata atau tidak sih!" Kesal Ellen yang terjatuh.
"Maaf Bu tapi bukankah ibu yang menabrak Saya?" Ucap Alina membela diri.
"Ibu-ibu! Kamu pikir Saya ibu kamu!"
Alina menghela nafasnya agar emosinya tak keluar memaki wanita gila di hadapannya saat ini.
"Hah ... Kalau begitu maafkan Saya Nona Ellen."
"Hm!" Ucap Ellen berlalu pergi sambil menabrak bahu Alina.
Sementara itu Nina nampak diam tak berani berbuat apa, apalagi mengingat jika Ellen bukanlah orang sembarangan yang bisa mereka singgung.
"Kamu nggak papa Lin?" Tanya Nina yang nampak khawatir.
"Aku baik-baik aja Nin. Tapi kayaknya pemikiran wanita tadi yang tidak baik." Sindir Alina sembari merapikan dokumen yang terjatuh.
"Udah Lin biarin aja, lagi pula kita nggak bisa bikin masalah sama dia kamu tau sendiri kan?" Jawab Nina sembari membantu.
Alina mengangguk paham dengan perkataan Nina, ia paham jika saat ini ia tak seharusnya menyinggung Ellen.
"Tapi kalau di pikir-pikir bukan kah dia yang seharusnya jangan menyinggung kamu Lin?" Tanya Nina sembari berjalan berdua dengan Alina.
"Kenapa begitu?" Tanya Alina kembali.
"Kamu kan istrinya Pak Liam, jadi bukanya kamu juga punya kuasa hehe..."
"Hah ... Nina ... Bukan nya kemarin sudah aku bilang kalau nanti orang tau aku istri Liam bisa-bisa aku di teror dengan wanita aneh diluar sana. Kamu sendiri sudah lihat kan gimana wanita tadi? Apalagi yang versi lain ihhh" ucap Alina merinding membayangkannya.
"Hm ... Benar juga yang kamu bilang Lin. Apalagi dengan reputasi Ellen saat ini, bisa aja dia bilang hal aneh tentang kamu pada media, seandainya dia tau kamu istri Pak Liam. Lihat aja wanita diluar sana yang coba deketin Pak Liam gimana nasibnya."
"Tuh benar kan? Lagi pula aku cuma mau hidup tenang Nin, kalau tiba-tiba dapat masalah seperti itu mana bisa tenang." Ucap Alina sembari tertawa kecil dengan sahabatnya itu.
***
Ellen berjalan dengan langkah kesalnya menuju mobil di hadapannya, suara nafasnya nampak memburu mengingat tentang yang terjadi tadi.
Namun di tengah rasa kesal itu tiba-tiba dering ponsel seketika berbunyi yang membuat Ellen menghentikan langkahnya.
"Halo Papi?"
"Ellen kamu dimana sekarang?" Tanya Alexa pada anaknya.
"Di perusahaan Liam Pi, kenapa memangnya?"
"Syukurlah kalau kamu ada di sana. Papi mau minta tolong sama kamu untuk memberi tau Liam untuk datang pada acara ulang tahun perusahaan Papi pada Minggu depan."
Mendengar hal itu seketika membuat Ellen lupa akan kekesalannya saat ini, entah kenapa hal itu membuat Ellen jadi memikirkan sesuatu.
"Iya Pi bisa kok kebetulan Ellen masih disini."
"Kalau begitu segera sampai kan hal itu, lebih sopan rasanya jika mengundang seseorang harus kita yang datang menyampaikannya." Ucap Alexa.
"Baik Papi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments