BAB 6

"Bagaimana jika semuanya akan kita lakukan seminggu dari sekarang?" Usul Kevin.

"Aku setuju, tapi bukankah hal itu terlalu cepat? Kita perlu mengundang orang banyak dan mempersiapkan segalanya?" Tanya Samanta kembali.

Ditengah perbincangan Alina menatap Liam yang nampak diam mendengarkan, ia sama sekali tak terlihat hendak menyela pembicaraan ini.

"Bukankah dia seharusnya menyela pembicaraan dan menolak pernikahan ini seperti sebuah novel?" Tanya Alina kembali dalam hatinya.

Alina merasa tidak terima ia mengangkat tangannya tanpa tau hendak berbicara apa, semua orang langsung menatap kearahnya.

"Ada apa Alina?" Tanya Kevin.

"Em ... Begini bisakah aku memberikan usulan?" Tanya Alina.

"Usulan apa?" Tanya Samanta.

"Bisakah kita melakukan pernikahan ini secara tertutup saja?" Usul Alina.

Semuanya nampak serius memandang kearah Alina mendengar jawaban itu, namun tidak dengan Liam yang nampak biasa saja.

"Alina ... Apa yang kamu katakan?"

Alina nampak salah tingkah untuk menjawabnya, ia sama sekali tak memikirkan jawaban untuk pertanyaan itu.

Namun tiba-tiba Liam juga ikut mengangkat tangannya untuk memberikan usulan yang sama dengan Alina.

"Aku setuju dengan pendapat Alina."

"Liam!" Ucap Angela.

"Bunda ... Tidak bisakah kami memberikan usulan juga? Bukan kah kami juga berhak atas pernikahan kami juga?" Ucap Liam.

Angela terdiam sejenak memikirkan perkataan putranya, ia tak tau kenapa Liam tiba-tiba memberikan usulan yang sama.

"Pak Liam benar Tante, bukankah kami sudah setuju untuk melakukan pernikahan atas keinginan kalian semua? Jadi tidak bisa kah kami mendapatkan hak suara kami juga?" Ucap Alina menambah.

Semuanya nampak terdiam sejenak memikirkan apa yang Alina dan Liam katakan, ada benarnya juga apa yang keduanya ucapkan.

Mengingat pernikahan ini dilakukan atas dasar paksaan, atau bahasa halusnya keinginan orang tua. Jadi tidak masalah sepertinya menerima usulan dari keduanya.

"Bagaimana menurut mu Angela?" Tanya Samanta.

Angela diam sejenak ia memikirkan apa yang dikatakan Alina benar juga, lagipula mereka berhak untuk melakukan keinginan mereka.

"Aku tidak masalah, bagaimana dengan kalian?"

"Kami juga setuju, lagipula sudah bagus mereka menerima pernikahan ini, dan biarkan mereka juga menyampaikan keinginan mereka." Ungkap Kevin.

Hati Alina seketika menjadi tenang mendengarnya. Alasan ia ingin pernikahan ini dilakukan secara tertutup tentunya karena tak ingin banyak orang tau.

Apalagi para wanita diluar sana yang sudah lama mengincar Liam, dan juga Ellen ia merupakan wanita yang begitu tergila-gila dengan Liam.

Dan hal itu membuat Alina menjadi takut jika suatu saat pernikahan ini diketahui oleh wanita yang menyukai Liam, bisa-bisa Alina akan mendapatkan teror dari mereka.

Begitu juga dengan Liam ia memikirkan hal yang sama, walaupun sebenarnya ia tak terlalu perduli dengan para wanita diluar sana.

"Sepertinya mengenai usulan ku yang akan melangsungkan pernikahan dalam seminggu dari sekarang tidak buruk." Ucap Kevin.

"Kalau keadaannya seperti ini kurasa tidak masalah." Lanjut Angela.

Samanta mengangguk ia juga setuju, dikarenakan pernikahan yang akan dilakukan secara tertutup, jadi tidak perlu mengundang banyak orang dan tidak perlu dekorasi yang terlalu besar.

Liam hanya diam menyimak pembicaraan itu, ekspresinya bahkan tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali, berbeda dengan Alina yang nampak tidak nyaman dengan suasana ini.

"Bisa-bisanya dia bersikap dengan santai seperti itu?" Ucap Alina dalam benaknya.

"Jadi mulai besok kita akan segera menyiapkan semuanya, dan untuk Liam kamu mulai besok akan pergi bersama Alina untuk mengurus pakaian pernikahan kalian." Perintah Angela.

Liam mengangguk, "baik Bunda." Balas Liam Singkat.

"Itu benar, kalian mulai besok akan pergi untuk mengurus baju pengantin kalian, dan untuk lebih akrab tentunya!" Ucap Samanta tersenyum.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***