BAB 7

Hari ini adalah hari dimana Liam dan Alina akan pergi menuju butik, untuk melakukan fitting baju pengantin. Setelah tengah hari keduanya segera pergi meninggalkan perusahaan untuk menuju butik.

Di perjalanan keduanya hanya saling diam tanpa ada yang memulai obrolan, dan untuk Alina perasaan ini begitu canggung rasanya. Ingin sekali ia segera cepat-cepat sampai di butik agar terbebas dari rasa canggung ini.

"Apa kau punya syarat atau kesepakatan setelah kita menikah?" Tanya Liam memulai pembicaraan.

"Syarat? Kesepakatan apa?" Alis Alina terangkat.

"Kesepakatan tentang pernikahan kita. Mungkin ada yang ingin kau sampaikan?"

"Kenapa Pak Liam tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Alina balik.

"Bukankah sebelumnya kau meminta untuk pernikahan dilakukan secara tertutup, menilai dari permintaan mu kau mungkin memiliki sesuatu alasan bukan?"

Alina mengangguk pelan ia memikirkan apa yang Liam katakan ada benarnya. Dan lebih baik ia memberi tau Liam saja soal kegelisahannya, dan soal kesepakatan tentunya.

"Itu benar aku punya alasan untuk itu, untuk kesepakatan seperti yang Pak Liam bilang, ada baiknya kita merahasiakan pernikahan kita dari orang-orang di perusahaan."

Alina kembali melanjutkan ucapannya, "apalagi dari orang-orang yang suka kepada Pak Liam. Terlebih aku tidak mau menjadi target teror dari wanita yang mengejar Pak Liam."

Alina segera menyampaikan pendapatnya, ia tak mau di masa depan berita pernikahan mereka akan membuat hidupnya sengsara.

"Baiklah aku setuju, dan satu lagi jangan memanggilku dengan sebutan Pak." Ucap Liam dengan wajah datarnya fokus menatap jalan.

"Lantas aku harus panggil apa?" Tanya Alina kembali.

"Terserah apa yang membuat mu suka." Balas Liam tanpa memandang lawan bicaranya.

***

Liam dan Alina segera berjalan menuju butik untuk mencoba beberapa pakaian yang akan mereka kenakan di hari pernikahan nanti. Alina nampak tersenyum kecil saat melihat dirinya dari pantulan cermin di hadapannya.

Entah mengapa melihat dirinya sendiri membuat Alina menjadi teringat dengan kakak perempuannya. Ketika itu Alina sedang menemani Dewi untuk memilih baju pernikahannya, dan baju yang digunakan itu sangat mirip dengan yang Alina gunakan saat ini.

"Kakak suka yang ini, terlihat lebih indah layaknya bunga." Ucap Dewi dalam ingatan Alina.

Senyuman yang sebelumnya tergambar di wajah Alina dengan perlahan mulai memudar. Entah apa yang terjadi, perasaan sedih seketika menyelimuti dirinya sendiri.

Sementara itu dari samping Liam bisa melihat perubahan raut Alina yang sebelumnya tersenyum. Liam penasaran dengan apa yang terjadi, namun ia juga tak ingin bertanya alasannya apa.

"Ada apa dengannya? Apa ia tidak suka?" Tanya Liam dalam benaknya.

Melihat raut kesedihan Alina membuat Liam tak kuasa untuk menghampirinya, hingga akhirnya langkah kaki Liam bergerak untuk menghampiri Alina.

"Kenapa? Kamu tidak suka dengan gaun ini?" Tanya Liam.

Alina seketika langsung merubah ekspresi wajahnya dari sedih menjadi tersenyum dengan. Ia tak ingin Liam melihat raut sedihnya meski sebelumnya Liam sudah melihatnya.

"Aku suka!" Balas Alina berusaha tersenyum.

"Kau boleh menggantinya jika tidak suka."

Alina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, "tidak, aku suka gaun ini."

Liam hanya menurut membiarkan apa yang Alina pilih, ia tak memaksa jika memang Alina menyukainya. Lagi pula Liam juga suka melihat Alina menggunakan gaun itu, dan tak dapat di pungkiri jika memang Alina sangat cantik saat gaun itu menempel di tubuhnya.

***

Setelah menghabiskan waktu untuk memilih baju pengantin di butik sebelumnya. Kini keduanya kembali melanjutkan tempat tujuan selanjutnya, yaitu toko mas untuk mencari cincin pernikahan.

Dan setibanya di toko itu keduanya segera memilih mana cincin yang bagus dan cocok untuk dikenakan di jari keduanya.

"Apa ada yang kau suka?" Tanya Liam.

"Semuanya cantik aku jadi bingung ingin memilih yang mana?" Ucap Alina sambil memandang cincin dari balik kaca transparan.

Hampir beberapa menit Alina nampak masih kebingungan dengan apa yang akan ia pilih. Sementara itu Liam dapat melihat raut kebingungan dari wajah Alina.

"Saya pilih yang ini" ucap Liam sembari menunjuk sebuah cincin dengan hiasan permata dan ukiran kecil.

Karyawan itu mengangguk dan segera mengambil cincin yang Liam pilih sebelumnya.

"Tangan mu..." Pinta Liam

Alina menurut dan segera mengulurkan tangannya pada Liam. Dan tanpa basa-basi Liam segera memasangkan cincin itu di jari manis Alina.

"Hmm ... Ini cantik" puji Liam.

"Apa cincin nya cantik?" Tanya Alina berusaha memastikan ucapan Liam.

"Ya, cincin nya cantik sama seperti dirimu."

Alina mengangkat alisnya ia tak tersipu tapi terkejut mendengar Liam mengatakan kalimat itu barusan.

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Lanjut

2023-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!