BAB 8

Setelah sebelumnya keduanya di sibukkan dengan baju pengantin serta cincin pernikahan. Hari ini keduanya kembali di buat sibuk dengan beberapa administrasi pernikahan, serta tidak lupa dengan tempat tinggal keduanya nanti.

"Bagaimana menurut mu?" Tanya Liam sembari memperlihatkan sebuah rumah megah di layar laptopnya.

Alina menyimak dengan seksama rumah yang Liam perlihatkan. Meski ukuran rumah itu besar seperti istana, namun rasanya itu terlalu besar untuk dua manusia yang akan tinggal di dalamnya.

"Bagus tapi ... Rumah ini terlalu besar untuk kita" balas Alina.

"Memang rumah ini terlalu besar, tapi bukankah ini akan bagus dengan taman serta beberapa tempat yang luas?" Tanya Liam

Meski Liam sebelumnya seolah tak perduli dengan pernikahan ini, tapi tetap saja ia perlu memikirkan kenyamanan Alina yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Ia tak bisa hanya memikirkan semuanya sendiri, ia juga perlu untuk membagi pendapatnya.

"Bisakah aku membantu untuk memilihnya?" Tanya Alina berusaha meminta Izin.

Liam mengangguk ia segera menggeser laptop di hadapannya kearah Alina yang tengah duduk di hadapannya saat ini.

Alina segera mengambil laptop itu dan bergegas mencari tempat tinggal yang layak untuk keduanya. Ada sedikit rasa tidak enak dalam diri Alina, tapi mengingat Liam adalah seorang direktur yang pastinya mempunyai uang banyak, Alina segera menghilangkan perasaan tidak enaknya itu.

"Bagaimana dengan yang ini?"

Alina memperlihatkan rumah yang ia pilih. Liam memandanginya dengan teliti dan cermat sembari melihat seluk beluk ruangan yang di foto.

Ukuran rumah memang terbilang lebih kecil dari sebelumnya, namun bukan berarti rumah sangat kecil untuk sebuah keluarga tinggal. Hanya saja rumah itu yang membuat Alina tertarik.

Selain mempunyai ukuran yang lumayan, serta taman yang tidak terlalu besar, dan garasi yang terlihat cukup luas. Serta dengan kamar yang tidak terlalu besar dan tidak kecil.

"Apa kau menyukainya?" Tanya Liam memandang Alina di hadapannya.

Alina mengangguk, " tapi bagaimana pendapat mu? Jika kau tidak suka aku akan mengikuti pilihan mu?"

Sama seperti Liam, Alina juga tak ingin menyimpulkan semuanya sendiri, ia juga butuh pendapat Liam. Karena Alina merasa apa yang mereka lakukan saat ini semuanya berada di tangan Liam sebagai seorang pria sekaligus Suami.

"Jika kau suka, maka aku juga suka. Aku akan meminta asisten ku untuk mengurusnya." Ucap Liam dengan tenang.

Alina senang mendengarnya, entah mengapa rasanya Liam adalah seorang pria yang tidak terlalu ribet hidupnya, dan bisa dibilang lebih simpel dalam beberapa hal. Meski dalam urusan sifat Liam nampak begitu dingin dan acuh.

***

Setelah rasanya sudah cukup Alina dan Liam kembali melanjutkan aktivitas berikutnya seperti biasa yaitu kembali bekerja.

Keduanya hanya akan pergi jika ada yang hendak di urus. Namun dikarenakan sebagian urusan di serahkan pada orang tua maka Liam dan Alina hanya bisa bersantai setelahnya, meski nanti mereka harus pergi jika ada yang hendak di urus lagi.

"Bagaimana urusan mu?" Tanya Nina

"Semuanya berjalan lancar Nin. Untung nya dia pria yang tidak banyak menuntut." Balas Alina.

Nina menyipitkan matanya mendengar cerita yang Alina katakan, meski sebelumnya ia terkejut saat Alina menceritakan kalau ia akan menikah dengan atasannya sendiri.

"Apa pria itu punya dua kepribadian?"

Alina tertawa kecil mendengarnya, "entah tapi bisa saja?"

"Oh ya Lin. Kamu tau beberapa hari ini Ellen nampak sering keluar masuk perusahaan ini!" Jelas Nina.

"Mungkin mencari pria idamannya pergi kemana?" Jawab Alina acuh sambil melihat beberapa dokumen di tangannya.

"Yang kamu katakan sepertinya benar, apalagi saat dia kemari selalu menanyakan keberadaan Pak Liam." Nina kembali meneruskan ucapannya, " ngomong-ngomong apa kamu tidak masalah dengan semua ini?"

Alina menghentikan aktivitasnya, "entahlah jika di tanya seperti itu, namun sebenarnya itu sebuah masalah. Hanya saja tergantung sikap Liam bagaimana menanggapinya, aku tidak bisa memintanya untuk menjauhi Ellen, lagipula semua keputusan ada di tangannya." Balas Alina dengan ekspresi datar.

"Tapi kuharap Pak Liam dapat mengerti perasaan mu Lin."

"Hah ... Aku tidak perduli mau dia mengerti atau tidak, selama tidak merugikan ku tidak masalah." Alina mengangkat pundaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!