Pangeran Jadi Bajak Laut

Pangeran Jadi Bajak Laut

Chapter 1 : Simbol Kalajengking

Seperti yang sudah di janjikan, keesokan harinya ketika matahari baru saja naik, raja Joel dan Kenway sudah berada di tengah padang rumput di sebelah gedung perpustakaan kerajaan. Di sana keduanya sudah saling berhadapan sambil memegang pedang kayu masing-masing. Tak hanya mereka berdua, Sarah juga turut hadir untuk menyaksikan latihan yang akan dilakukan oleh ayah dan kakaknya itu. Dia duduk tenang di bawah pohon yang ada di tepi area latihan, bersandar pada pohon tersebut sambil menopang dagu, menunggu keduanya mulai berlatih. Angin sejuk berhembus di antara mereka, perlahan matahari pun makin cerah, di barengi dengan kicauan burung yang terdengar merdu mengambang di langit biru. Pagi hari yang cocok untuk berlatih pedang.

Kenway tampak senang sekali bisa berlatih dengan ayahnya, jarang-jarang ia dapat kesempatan seperti ini.  Pedang kayu yang ia pegang di ayun-ayunkanya ke udara untuk melakukan pemanasan. Raja Joel pun demikian, mengayun-ayunkan pedangnya. Ia menatap ke arah Kenway yang terlihat tersenyum sambil melakukan pemanasan. Raja Joel menyadari perasaan senang Kenway yang  bisa berlatih bersama dengan dirinya. Ada sedikit rasa bersalah juga di hati raja Joel saat melihat senyum Kenway, ia akhirnya menyadari kalau dia kurang memberi perhatian kepada Kenway dan Sarah. Rasanya, raja Joel ingin punya banyak waktu untuk kedua anaknya setelah merasakan saat-saat bersama mereka di pagi ini. Kalau seandainya bisa di lakukan, raja Joel ingin memperlambat waktu untuk saat ini saja.

“Mungkin, setelah pulang dari pesta minum teh di Havana, sebaiknya aku harus menyisihkan waktu lebih banyak untuk anak-anakku.” Kata raja Joel dalam hati di sertai senyum di bibirnya.

Setelah beberapa menit pemanasan, raja Joel dan Kenway pun bersiap-siap untuk memulai latihan. Mereka berdua saling melangkah maju, mendekatkan jarak satu sama lain. Sarah yang dari tadi menyaksikan mereka berdua dari tepi area latihan terlihat sedikit bersemangat saat melihat kakak laki-laki dan ayahnya mulai saling mendekat. “Sepertinya latihan akan segara di mulai.” Gumam Sarah dengan antusias.

Di tengah area latihan, Kenway masih merasa bingung dengan apa yang akan mereka lakukan untuk sesi latihan kali ini. Kalau latihan dengan komandan prajurit, setelah melakukan pemanasan seperti tadi, Kenway akan di ajari teknik dasar pedang seperti menebas, menusuk, menangkis, menepis dan lain-lain. Kemudian, komandan menyuruh Kenway untuk mempraktekannya langsung dengan menggunakan sebuah pohon sebagai objek sasaran, atau mengajaknya latih tanding, dan biasanya komandan hanya akan menahan serangan-serangan Kenway tanpa memberikan serangan balik.

“Ngomong-ngomog, apa yang akan kita lakukan untuk latihan kali ini, ayah?” Kenway memasang ekspresi bingung di wajahnya. Wajar ia bertanya demikian karena ini pertama kalinya ia berlatih dengan sang ayah, jadi ia tak tahu metode latihan seperti apa yang ayahnya akan berikan.

“Hmm... ini pertama kalinya kita latihan bersama, ya?” Raja Joel juga bingung, ia memegangi dagunya sambil menatap Kenway. “Bagaimana kalau kau coba langsung menyerangku saja?”

“Menyerang ayah?”

“Ya. Ayah ingin tahu bagaimana kemampuan bertarungmu.”

Kenway berpikir sebentar kemudian berkata, “baiklah.” Lalu, bersiap-siap untuk melakukan serangan pada ayahnya.

“Serang aku, seakan kau ingin membunuhku, Kenway. Kerahkan seluruh kemampuanmu!” Raja Joel tersenyum penuh semangat, ia benar-benar penasaran dengan kemampuan anaknya. Hanya melihat pertarungan latih tanding kemarin tidak membuatnya cukup puas, ia yakin kalau Kenway bisa lebih hebat dari itu.

Kicauan burung masih mengambang di udara saling bersahutan. Kupu-kupu hinggap di bunga-bunga di sekitar ladang rumput, menghisap serbuk sari. Di bawah langit yang biru, Raja kerajaan Matahari sedang melatih anak laki-lakinya dengan penuh semangat.

Setelah berpamitan dengan kedua anaknya, ratu dan raja pun berangkat menuju ke kerajaan Havana. Perjalan ke saja cukup memakan waktu, mungkin sekitar lima atau tujuh hari perjalan darat dan laut. Mereka berjanji pada anak-anak dan semua orang yang ada di istana kalau mereka akan kembali dua-tiga minggu lagi.

Mereka berdua berangkat menuju ke pelabuhan kapal meniki kereta kuda yang mewah, terbuat dari kayu jati kualitas terbaik. Tempat duduknya pun empuk, jika melewati jalan yang tidak rata dan sedikit bergelombang di permukaannya raja dan ratu akan tetap merasa nyaman meski ada sedikit goncangan. Kerteta itu di cat dengan warnah hitam dan kuning, baik roda maupun badan keretanya. Cat itu terlihat mengkilap, tampak mewah di pandang mata. Siapapun yang melihat kereta tersebut melintas, pasti sebagian orang akan tahu kalau kereta tersebut milik kerajaan Matahari

Kereta kuda yang ditumpangi ratu Veronika dan raja Joel beserta rombongan disambut hangat masyarakat kala melintasi jalan utama kerajaan. Di tengah pemukiman penduduk dan mendapat banyak ucapan selamat jalan dari masyarakat sekitar. Diantaranya juga ada yang berdoa untuk keselamatan pemimpin mereka tersebut. Terlihat bahwa masyarakat kerajaan Matahari sangat menyayangi dan menghormati raja dan ratu mereka.

Raja Joel memang di kenal sebagai sosok yang baik namun terlihat tegas dan berkarisma di mata masyarakat. Tutur katanya yang mampu mempengaruhi banyak orang menundukan hati siapapun yang mendengarnya. Mampu bersikap adil dan sering memberikan bantuan pada yang kesulitan adalah salah satu kebaikan yang selalu diingat oleh masayarakat di sana.

“Lihatlah betapa makmur dan damainya kota ini, langit biru, angin terasa sejuk, anak-anak bermain, orang dewasa bekerja, tanaman tumbuh subur, sandang pangan terpenuhi... aku benar-benar senang bisa bekerja dengan baik sebagai raja.” Kata raja Joel, mengagumi daerah-daerah sekitar yang dia lewati.

Raja dan ratu menikmati perjalan mereka sembari mengobrol. Hingga kereta tiba-tiba berhenti ketika sampai di daerah hutan perbatasan yang sepi, dimana tidak ada rumah-rumah penduduk dan persawahan di kanan kiri.

“Kenapa kau menghentikan kereta kudanya?” Tanya Ratu kepada kusir. Namun sama sekali tidak ada jawaban, kusir itu hanya diam. Suasana menjadi hening. Raja mencoba menanyakan hal yang sama tapi tak menerima jawaban.

Insting raja Joel sebagai mantan komandan perang tak perlu di pertanyakan lagi, ia tiba-tiba saja merasakan sepertinya ada sekelompok orang jahat yang sedang mengepung dia dan istrinya di luar, di sekeliling kereta yang mereka naiki.

“Tetaplah di dekatku, Veronica, kita sedang dalam bahaya. Kereta ini sudah di kepung.” Kata Raja Joel pada istrinya dengan suara pelan.

Ratu terlihat panik, ia tidak penah menduga kunjungannya ke Havana akan mendapat serangan mendadak seperti ini.

Raja akhirnya mengeluarkan pedangya secara perlahan, bersiap melakukan perlawanan hidup mati, tentunya untuk melindungi sang istri tercinta. Suasana menjadi hening dan tegang.

Beberapa saat kemudian, secara tiba-tiba kusir yang duduk di atas kuda, di depan mereka, mengarahkan bilah pedang ke arah ratu dengan cepat, bermaksud menusuk bagian leher sang ratu. “Hya...” gumam si kusir. Mata raja secara reflek fokus melihat ke arah lengan kusir, seakan gerakan ayunan pedang si kusir seperti melambat di matanya. Raja Joel melihat sebuah tato kecil berbentuk kalajengking. “Simbol itu...” gumam raja dalam hati. Sepertinya ia tak asing lagi dengan simbol kalajengking tersebut.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!