Seperti yang sudah di janjikan, keesokan harinya ketika matahari baru saja naik, raja Joel dan Kenway sudah berada di tengah padang rumput di sebelah gedung perpustakaan kerajaan. Di sana keduanya sudah saling berhadapan sambil memegang pedang kayu masing-masing. Tak hanya mereka berdua, Sarah juga turut hadir untuk menyaksikan latihan yang akan dilakukan oleh ayah dan kakaknya itu. Dia duduk tenang di bawah pohon yang ada di tepi area latihan, bersandar pada pohon tersebut sambil menopang dagu, menunggu keduanya mulai berlatih. Angin sejuk berhembus di antara mereka, perlahan matahari pun makin cerah, di barengi dengan kicauan burung yang terdengar merdu mengambang di langit biru. Pagi hari yang cocok untuk berlatih pedang.
Kenway tampak senang sekali bisa berlatih dengan ayahnya, jarang-jarang ia dapat kesempatan seperti ini. Pedang kayu yang ia pegang di ayun-ayunkanya ke udara untuk melakukan pemanasan. Raja Joel pun demikian, mengayun-ayunkan pedangnya. Ia menatap ke arah Kenway yang terlihat tersenyum sambil melakukan pemanasan. Raja Joel menyadari perasaan senang Kenway yang bisa berlatih bersama dengan dirinya. Ada sedikit rasa bersalah juga di hati raja Joel saat melihat senyum Kenway, ia akhirnya menyadari kalau dia kurang memberi perhatian kepada Kenway dan Sarah. Rasanya, raja Joel ingin punya banyak waktu untuk kedua anaknya setelah merasakan saat-saat bersama mereka di pagi ini. Kalau seandainya bisa di lakukan, raja Joel ingin memperlambat waktu untuk saat ini saja.
“Mungkin, setelah pulang dari pesta minum teh di Havana, sebaiknya aku harus menyisihkan waktu lebih banyak untuk anak-anakku.” Kata raja Joel dalam hati di sertai senyum di bibirnya.
Setelah beberapa menit pemanasan, raja Joel dan Kenway pun bersiap-siap untuk memulai latihan. Mereka berdua saling melangkah maju, mendekatkan jarak satu sama lain. Sarah yang dari tadi menyaksikan mereka berdua dari tepi area latihan terlihat sedikit bersemangat saat melihat kakak laki-laki dan ayahnya mulai saling mendekat. “Sepertinya latihan akan segara di mulai.” Gumam Sarah dengan antusias.
Di tengah area latihan, Kenway masih merasa bingung dengan apa yang akan mereka lakukan untuk sesi latihan kali ini. Kalau latihan dengan komandan prajurit, setelah melakukan pemanasan seperti tadi, Kenway akan di ajari teknik dasar pedang seperti menebas, menusuk, menangkis, menepis dan lain-lain. Kemudian, komandan menyuruh Kenway untuk mempraktekannya langsung dengan menggunakan sebuah pohon sebagai objek sasaran, atau mengajaknya latih tanding, dan biasanya komandan hanya akan menahan serangan-serangan Kenway tanpa memberikan serangan balik.
“Ngomong-ngomog, apa yang akan kita lakukan untuk latihan kali ini, ayah?” Kenway memasang ekspresi bingung di wajahnya. Wajar ia bertanya demikian karena ini pertama kalinya ia berlatih dengan sang ayah, jadi ia tak tahu metode latihan seperti apa yang ayahnya akan berikan.
“Hmm... ini pertama kalinya kita latihan bersama, ya?” Raja Joel juga bingung, ia memegangi dagunya sambil menatap Kenway. “Bagaimana kalau kau coba langsung menyerangku saja?”
“Menyerang ayah?”
“Ya. Ayah ingin tahu bagaimana kemampuan bertarungmu.”
Kenway berpikir sebentar kemudian berkata, “baiklah.” Lalu, bersiap-siap untuk melakukan serangan pada ayahnya.
“Serang aku, seakan kau ingin membunuhku, Kenway. Kerahkan seluruh kemampuanmu!” Raja Joel tersenyum penuh semangat, ia benar-benar penasaran dengan kemampuan anaknya. Hanya melihat pertarungan latih tanding kemarin tidak membuatnya cukup puas, ia yakin kalau Kenway bisa lebih hebat dari itu.
Kicauan burung masih mengambang di udara saling bersahutan. Kupu-kupu hinggap di bunga-bunga di sekitar ladang rumput, menghisap serbuk sari. Di bawah langit yang biru, Raja kerajaan Matahari sedang melatih anak laki-lakinya dengan penuh semangat.
Setelah berpamitan dengan kedua anaknya, ratu dan raja pun berangkat menuju ke kerajaan Havana. Perjalan ke saja cukup memakan waktu, mungkin sekitar lima atau tujuh hari perjalan darat dan laut. Mereka berjanji pada anak-anak dan semua orang yang ada di istana kalau mereka akan kembali dua-tiga minggu lagi.
Mereka berdua berangkat menuju ke pelabuhan kapal meniki kereta kuda yang mewah, terbuat dari kayu jati kualitas terbaik. Tempat duduknya pun empuk, jika melewati jalan yang tidak rata dan sedikit bergelombang di permukaannya raja dan ratu akan tetap merasa nyaman meski ada sedikit goncangan. Kerteta itu di cat dengan warnah hitam dan kuning, baik roda maupun badan keretanya. Cat itu terlihat mengkilap, tampak mewah di pandang mata. Siapapun yang melihat kereta tersebut melintas, pasti sebagian orang akan tahu kalau kereta tersebut milik kerajaan Matahari
Kereta kuda yang ditumpangi ratu Veronika dan raja Joel beserta rombongan disambut hangat masyarakat kala melintasi jalan utama kerajaan. Di tengah pemukiman penduduk dan mendapat banyak ucapan selamat jalan dari masyarakat sekitar. Diantaranya juga ada yang berdoa untuk keselamatan pemimpin mereka tersebut. Terlihat bahwa masyarakat kerajaan Matahari sangat menyayangi dan menghormati raja dan ratu mereka.
Raja Joel memang di kenal sebagai sosok yang baik namun terlihat tegas dan berkarisma di mata masyarakat. Tutur katanya yang mampu mempengaruhi banyak orang menundukan hati siapapun yang mendengarnya. Mampu bersikap adil dan sering memberikan bantuan pada yang kesulitan adalah salah satu kebaikan yang selalu diingat oleh masayarakat di sana.
“Lihatlah betapa makmur dan damainya kota ini, langit biru, angin terasa sejuk, anak-anak bermain, orang dewasa bekerja, tanaman tumbuh subur, sandang pangan terpenuhi... aku benar-benar senang bisa bekerja dengan baik sebagai raja.” Kata raja Joel, mengagumi daerah-daerah sekitar yang dia lewati.
Raja dan ratu menikmati perjalan mereka sembari mengobrol. Hingga kereta tiba-tiba berhenti ketika sampai di daerah hutan perbatasan yang sepi, dimana tidak ada rumah-rumah penduduk dan persawahan di kanan kiri.
“Kenapa kau menghentikan kereta kudanya?” Tanya Ratu kepada kusir. Namun sama sekali tidak ada jawaban, kusir itu hanya diam. Suasana menjadi hening. Raja mencoba menanyakan hal yang sama tapi tak menerima jawaban.
Insting raja Joel sebagai mantan komandan perang tak perlu di pertanyakan lagi, ia tiba-tiba saja merasakan sepertinya ada sekelompok orang jahat yang sedang mengepung dia dan istrinya di luar, di sekeliling kereta yang mereka naiki.
“Tetaplah di dekatku, Veronica, kita sedang dalam bahaya. Kereta ini sudah di kepung.” Kata Raja Joel pada istrinya dengan suara pelan.
Ratu terlihat panik, ia tidak penah menduga kunjungannya ke Havana akan mendapat serangan mendadak seperti ini.
Raja akhirnya mengeluarkan pedangya secara perlahan, bersiap melakukan perlawanan hidup mati, tentunya untuk melindungi sang istri tercinta. Suasana menjadi hening dan tegang.
Beberapa saat kemudian, secara tiba-tiba kusir yang duduk di atas kuda, di depan mereka, mengarahkan bilah pedang ke arah ratu dengan cepat, bermaksud menusuk bagian leher sang ratu. “Hya...” gumam si kusir. Mata raja secara reflek fokus melihat ke arah lengan kusir, seakan gerakan ayunan pedang si kusir seperti melambat di matanya. Raja Joel melihat sebuah tato kecil berbentuk kalajengking. “Simbol itu...” gumam raja dalam hati. Sepertinya ia tak asing lagi dengan simbol kalajengking tersebut.
Bersambung ...
Namun, serangan itu berhasil di tangkis oleh raja Joel dan secepat kilat ia melakukan serangan balik dengan cepat menusuk ke bagian dada kusir hingga tewas.
Keadaan semakin menegangkan, Raja memutuskan untuk mengajak ratu keluar dari kereta kuda. “Sebaiknya kita turun saja!” Ajaknya kepada ratu Veronika.
Seperti yang sudah ia duga, saat raja Joel dan Ratu Veronika turun dari kereta, ada sekitar sepuluh sampai lima belas orang sudah mengepung mereka. Semuanya bersiap untuk menyerang raja dan Ratu.
Mareka semua mengenakan pakaian serba hitam. Beberapa ada yang memakai cadar dan hanya matanya saja yang terlihat, sisanya memakai topeng berwarna putih dengan dua lubang di bagian mata.
Raja Joel memperhatikan satu persatu bagian tangan para penjahat misterius itu. “Ditangan mereka, kenapa ada simbol itu? Sepertinya aku pernah melihatnya di tangan seseorang...”
Salah satu dari mereka kemudian menyerang Ratu secara tiba-tiba, tapi serangan tersebut berhasil di tangkis oleh raja. Dengan cekatan, Raja berhasil meliindungi Ratunya. Kemudian dari arah lain, ada seseorang yang menyerangnya lagi. Ratu Veronica terdorong ke belakang karena raja sengaja mendorongnya agar jaraknya tidak terlalu dekat dengan serangan dari musuh. Punggung ratu Veronica menjetuh bagian samping kereta kuda akibat di dorong raja. Berdiri tegak sambil mengarahkan pedang ke para penjahat misterius, Raja Joel bersiap mempertaruhkan nyawa untuk melindungi istrinya.
Sepertinya pemimpin kelompok penjahat ini sangat tahu kalau penumpang kereta kuda adalah seorang mantan komandan perang yang tangguh di masa lalu, sehingga ia membawa lima belas orang untuk membunuh dua orang saja.
Bentrokan pedang antara raja Joel dan lima belas orang penjahat pun terjadi. Seakan tak memiliki rasa takut, raja dengan gagah berani menghadapi lima belas orang sendirian. Satu per satu para penjahat pun berhasil ia kalahkan dengan berbagai teknik pedang hebat yang ia kuasai.
Sekitar tiga puluh menit berlalu. Peratarungan sengit antara raja Joel yang melindungi ratu Veronica melawan para kelompok penjahat misterius. Raja berhasil membunuh kurang lebih 7 orang dari anggota mereka. Ia terlihat kelelahan dan terluka, di bajunya terdapat noda darah beberapa bagian “Huft...huft...huff.. mereka terlalu banyak.” Tubuh raja terlihat bergetar, seakan tangnnya tak mampu mengangkat pedangnya lagi. “Tetaplah berada di dekatku, aku akan melindungimu.” Ucap raja pada ratu yang terlihat tenang meski dalam situasi seperti itu.
“Ya, aku percaya padamu.”
Tiba-tiba salah satu dari musuh yang menggunakan penutup wajah, berhasil menusuk ratu dari belakang, raja lengah. Pedang musuh menusuk pinggang bagian belakang ratu, hingga tembus ke perut bagian depan, ratu pun tewas dihadapan raja.
Di akhir waktu kematiannya, ratu menatap langit. Ia melihat samar-samar sosok Sarah yang duduk di singgasana ratu istana kerajaan Matahari didampingi kakaknya yang terlihat gagah mengenakan baju kerajaan serta membawa sebilah pedang. Wajah Sarah terlihat lebih dingin dan tegas.
Ratu merasa lega dengan imajinasinya sendiri, seakan ia melihat putri kesayangannya itu tumbuh menjadi sosok yang ia idam-idamkan. “Sayang sekali... padahal aku ingin punya umur yang panjang agar bisa melihat kedua anak kembarku dewasa... aku benar-benar ingin hidup lebih lama lagi...” Kata ratu Veronika dalam hati. Ratu terlihat tersenyum, dan kemudian mati dalam keadaan damai.
Raja yang tak mampu berkata apa-apa lagi kemudian marah besar. Mata raja tiba-tiba berubah menjadi lebih tajam.
“HYAA!!!” Teriak raja saat mengayunkan pedang ke arah musuhnya. Namun, ketika pandangan mata mereka saling bertemu, raja yang hendak menebas leher musuh tiba-tiba saja berhenti, dia tersadar akan sesuatu “Kau... seorang wanita...” Gumam raja dengan suara yang pelan.
Saat kondisi raja sedang lengah, musuh yang lain menusuknya dari belakang. Raja dan ratu pun tewas dalam pertempuran itu. Dengan pedang yang masih menancap dan sisa tenaga yang tersisa raja mencoba melakukan sesuatu, jari telunjuk kirinya seakan sedang membuat sebuah pola di bagian baju yang tak terkena bercak darah.
Ia tiba-tiba teringat tentang simbol kalajengking itu. “Sial... aku lengah.... padahal aku sudah mengingatnya...” Diingatannya terlintas sebuah ingatan tentang simbol kalajengking itu, ia mengingat tangan seseorang yang memiliki tato yang sama dengan milik para penjahat itu. Ia yakin tangan yang diingatnya itu adalah tangan milik orang yang bekerja dalam kerajaan Matahari.
Seketika, terlintas ingatannya saat melatih Kenway teknik pedang. Kemudian beralih dengan ingatan bersama Sarah. Raja dulu sering mengajarinya menunggangi kuda secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ratu Veronika dan mengajarinya tentang buku-buku yang sulit di pahami oleh Sarah.
“Sarah, Kenway... syukurlah jika mereka kelak tumbuh menjadi orang yang hebat. Dengan begini, aku bisa mati dengan tenang.... Kenway... kuharap dia bisa menjadi pelindung kerajaan yang tangguh...”
Jari telunjuk raja sepertinya sudah berhenti bergerak, ia selesai membuat sebuah pola di bagian bajunya yang bagian kainya berwarna putih, jadi simbol kalajengking yang ia buat terlihat cukup jelas. Ia menggunakan darahnya sendiri saat menggambar. “Kurasa... ini sudah cukup...
Raja dan ratu pun gugur di pertempuran.
Para penjahat yang masih hidup pun membatu yang luka-luka untuk berdiri. “Tugas kita sudah selesai. Sekarang saatnya kembali ke markas untuk melapor.
Beberapa hari kemudian...
Di suatu bagian daerah hutan dekat kerajaan Matahari, seseorang dengan penampilan yang sederhana sedang berjalan melewati jalan utama penghubung antar kerajaan, ia berjalan di tepian. Pria itu sepertinya baru saja pulang dari berdagang. Ia tampak sedang menghitung keuntungan hasil jualannya. Sambil berjalan, ia berkata “Semenjak Ratu Veronika membuka jalur menuju kerajaan Baron, hasil penjualan para pedagan kecil sepertiku semakin meningkat...” Ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Pria itu adalah seorang pedagang kain tenun yang tinggal di daerah pedesaan di wilayah kerajaan Matahari. Hari ini, untuk pertama kalinya si pedangang pulang menemui keluarganya setelah sekitar dua minggu berdagang di negeri seberang.
Awalnya, beberapa pedangan miskin di kerajaan Matahari mengeluh kepada ratu, terutama para pedagang kain tenun. Kurangnya serat kayu dan sutra di kerajaan Matahari membuat pengerajin kain tenun menganggur, karena bahan-bahan dasarnya berkurang. Di samping itu, masyarakat di sana memiliki minat yang kurang terhadap kain tenun. Mereka sudah terbiasa dengan benda itu, tidak menganggapnya sebagai barang mewah lagi. Alhasil, para pedagan kain tenun di sana banyak yang hidup dalam kemiskinan.
Namun, Ratu Veronica yang cekatan dalam menghadapi masalah di berbagai bidang, termasuk ekonomi, membuka kerja sama dengan daerah yang memiliki banyak sumber serat kayu dan sutra. Dengan strategi politiknya yang hebat, ratu mampu berbicara untuk membuat pihak lain segan dan mau membuka kerjasama degannya. Setelah bahan dasar sutra tercukupi, ratu membuka akses jalur ke kerajaan Baron, di mana sebelumnya kerajaan tersebut merupakan kerjaaan yang tertutup dari dunia luar karena suatu hal.
Setelah melakukan kerjasama, akhirnya ratu mengirim beberapa jenis pedagang untuk berjualan di kerajaan Baron, sekaligus meningkatkan ekonomi warganya.
Jadi wajar saja kalau orang-orang di kerajaan Baron sangat tertarik dengan barang-barang yang di jual pedagang dari kerajaan Matahari, karena memang sebelumnya mereka menutup wilayah mereka untuk beberpa pihak.
“Orang-orang di sana sangat sangat ramah, masyarakatnya menyukai kain tenun buatanku, terutama para bangsawan di sana, mereka sangat mengagumi kain tenun buatanku seakan kain tenun adalah emas haha...” Lanjut si pedagang bicara pada dirinya sendiri, kali ini ia tak bisa menahan rasa senangnya sampai-sampai pedagang itu sedikit tertawa.
Puas menghitung keuntungan, si pedagang memasukan uangnya ke dalam kantung kecil yang ia bawa, dan fokus pada langkahnya. Tak lama kemudian, ia melihat sesuatu yang aneh di kejauhan.
“Hmm?!” Gumamnya, sambil mengerenyitkan dahi, tampak bingung.
Ia pun mendekat perlahan kearah sesuatu yang dilihatnya itu, semakin ia mendekat, makin ia sadar dengan apa yang dilihatnya. Langkah kakinya di percepat seraya dengan nafas yang cepat.
Ketika tiba di dekat situ, wajahnya terlihat panik, memucat. Perutnya terasa mual melihat darah yang berlumuran di sekitar.
Terlihat dua mayat yang berpakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah tergeletak di tanah dengan berlumuran darah serta pedang yang tertancap di masing-masing bagian dada mereka mereka. Pemandangan itu tentu saja bukanlah hal biasa bagi si pedangang, perutnya semakin mual saat mencium aroma darah yang menyengat.
Jalan perbatasan ini sangat memang jarang di lewati orang, jadi tak ada satu orang pun yang ada di sekitar. Si pedangang yang kebingungan hanya bisa menoleh ke kanan dan kiri. Kebingungan.
Pada akhirnya ia pun muntah karena tak tahan dengan bau mayat tersebut.
“Apa yang yang telah terjadi di sini?” Katanya sambil mengamati. “Siapa mereka, sepertinya telah terjadi pertarungan hebat disini.” Lanjutnya sambil terus melihat mayat-mayat itu dengan rasa panik.
Si pedagang lantas memandang sekeliling.
Ia terus memandang sekeliling, sejauh mata memandang yang dilihatnya hanya bercak darah kering yang ada di tanah serta beberapa senjata yang juga di penuhi bercak darah yang telah mengering juga.
Tak jauh dari sana, saat matanya memandang ke arah yang lain, ia menemukan satu mayat lagi yang tergeletak beberapa langkah dari kedua mayat itu. Mayat tersebut juga berpenampilan sama dengan dua mayat sebelumnya, yaitu pakaian serba hitam. Pedagang itu kemudian buru-buru mendekatinya.
Begitu tiba di dekat mayat yang tergeletak itu, ia mengamati sejenak lalu menempelkan telinga kananya ke bagian dada dari mayat tersebut karena sepertinya ada yang lain dari mayat itu. Si pedangan merasa, orang itu masih hidup.
Setelah beberapa detik menempelkan telinganya pada bagian dada orang yang tergeletak itu, si pedangang berkata “Dia masih hidup!” Kemudian mengangkat kembali kepalanya “Aku harus segera menolongnya dan melapor ke istana.” Lanjutnya.
Si pedagang kemudian menggendong orang yang tersebut di belakang, lebih tepatnya di bagian punggung. Sebelum pergi, si pedagang menengok ke arah belakang, memperhatikan kedua mayat yang ia tinggalkan itu.
“Maaf, aku hanya bisa membawa satu orang...” Kata si pedagang dengan ekspresi kecewa bercampur takut. “Aku akan melapor dan mereka pasti akan segera menuju ke sini, tunggu saja.” Lanjut si pedagang kepada kedua mayat itu.
Bersambung...
Angin berhembus kencang, terasa sedikit dingin menerpa tubuh siapapun, seluruh masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman bagian utara kerajaan Matahari beraktivitas seperti biasa. Berdagang, bertani, merajut kain sutra, dan beragam pekerjaan lain mereka lakukan dengan senang hati.
Angin hangat yang mengalir dari wilayah perbatasa berhembus ke seluruh wilayah kerajaan Matahari. Beberapa penduduk yang beraktivitas dapat merasakan hawa dingin dari aliran angin tersebut.
“Tiba-tiba dingin sekali.”
“Iya, entah kenapa perasaanku jadi sedikit tidak enak.”
Dua orang yang sedang melakukan kegiatan jual beli saling mengobrol setelah di terpa angin dingin. Yang lain pun beberapa ada yang merasakan hal yang sama, ada perasaan tak enak di hati mereka.
Langit biru tanpa batas membentang di atas istana kerajaan Matahari, matahari bersinar cerah, cahaya hangatnya menerpa seluruh area kerajaan. Kehidupan yang damai berjalan seperti biasa di sana, para prajurit sibuk berlatih, para pelayan sibuk membersihan istana, pengurus kuda sibuk memberi makan kuda-kuda istana dan para mentri sibuk mengurus dokumen-dokumen penting kerjaan.
Begitu juga dengan Kenway dan Sarah, pangeran dan putri dari kerajaan Matahari itu menjalani kegiatan harian mereka seperti biasa. Namun, ada yang sedikit berbeda untuk beberapa hari ini, mereka menjalaninya tanpa pengawasan raja dan ratu.
Di dalam istana, tepatnya di ruang baca, Sarah sedang melihat jadwal kegiatan yang diberikan ratu,yang tertulis di atas secarik kertas, sambil melangkah menyusuri rak-rak buku di sana, ia berkata “Belajar tentang keuangan sudah, strategi perang dan peralatan sudah... sejarah kerajaan, juga sudah Hmm... yang tersisa untuk hari ini hanya tentang ekonomi.” Sarah mengambil sebuah buku, kemudian duduk di tempat favoritnya yaitu di dekat jendela yang mengarah ke padang rumput tempat latihan, di mejanya tersedia cemilan dan minuman hangat yang menemaninya belajar.
Hari ini semua orang sangat sibuk, seuasai sarapan, Sarah sudah harus pergi ke beberapa tempat di istana untuk memeriksa pekerjaan para mentri dan para staff kerajaan lainya. Semua itu ia lakukan untuk menggantikan tugas sang ratu yang masih dalam kunjungannya.
Sebelum pergi meninggalkan istana, sang ratu sempat memberikan daftar tugas-tugas kerajaan yang sekiranya bisa di kerjakan Sarah. Menurut ratu, mungkin ini kesempatan yang bagus untuk Sarah mempraktekan ilmu yang ia pelajari selama beberapa tahun terakhir. Tentu saja saat melakukan tugas-tugasnya, Sarah di temani sang penasehat kerjaan karena biasanya memang si penasehatlah yang mengerjakan beberapa tugas kerajaan saat ratu sedang melakukan kunjungan. Tapi, sepertinya ratu tak perlu menghawatirkan keadaan istana, karena ternyata Sarah cukup cekatan dan pandai mengerjakan semua itu. Semuanya terkendali dengan baik, Penasehat juga kagum akan hal itu. Sarah memang anak yang pintar dan berbeda dengan gadis seusiannya.
Sarah yang saat ini sedang membaca buku di dekat jendela, sedikit merasa bosan, ia hanya membuka bukunya saja di atas meja, sementara pandangannya mengarah keluar jendela, ke arah lapangan latihan. Dari pandangan Sarah, terlihat Kenway yang sedang latihan pedang bersama Komandan prajurit. Sarah terlithat tersenyum, mengagumi kakaknya yang terlihat berlatih dengan sungguh-sungguh.
“Dia benar-benar berlatih dengan serius, aku juga tidak boleh kalah, harus semangat juga!” Gumam Sarah pada dirinya sendiri. Setelah memperhatikan kakaknya yang berlatih, rasa bosannya seakan hilang, ia kembali bersemangat dan melanjutkan belajarnya.
Sementara itu di tak jauh dari gerbang istana...
Seorang pria yang mengenakan seragam prajurit kerajaan Matahari berjalan dengan langkah kaki yang tertatih, di sertai darah yang menetes ke tanah. “Aku... harus segera melaporkannya ke istana. Tinggal se-dikit... lagi.. aku sampai” Sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat, orang itu nekad berjalan terseok-seok. Dia terluka parah.
Ia semakin mendekati gerbang, salah satu dari dua orang penjaga yang sedang bertugas menjaga gerbang mulai menyadari keberadaanya.
“Apa kau lihat, di depan sana sepertinya ada yang terluka...” Katanya kepada rekannya. Ia terlihat gugup dan sedikit panik saat mengatakan itu.
“Kau benar.. kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia salah satu prajurit istana ini...” Jawab rekannya.
Dengan segera, mereka berdua pun menghampiri orang terluka yang mereka lihat itu.
Sementara pria yang di duga kerajaan yang terluka parah itu masih terus berusaha mendekati gerbang, ingin rasanya ia berteriak, memberitahu tentang kejadian yang ia alami dan pristiwa yang ia lihat kepada para penjaga itu, namun ia tak punya cukup tenaga untuk melakukan hal itu. Otot-otot kakinya terasa lemas, darah terus mengalir dari beberapa bagian tubuhnya yang mulai mati rasa. Pandangannya mulai buram, sampai akhirnya ia pun tersungkur ke tanah sebelum dua orang prajurit itu sempat menolongnya.
“Hei, bertahanlah!! Apa yang telah terjadi padamu.” Kata salah satu prajurit yang sudah tiba di dekatnya.
Di Tubuh prajurit itu terdapat beberapa luka sayatan. Meskipun tubuhnya sudah mati rasa dan tersungkur di tanah, ia tetap berusaha mempertahankan kesadarannya.
“Pergilah ke ruang pengobatan, bawa tim medis kesini. Cepat!” Salah satu penjaga segera pergi melapor, sementara rekannya tetap berada di situ. Ia memposisikan prajurit yang terluka ke keadaan yang lebih nyaman. Si penjaga gerbang istana tak berani membopongnya karna ia tak tahu menahu tentang luka yang di alami si prajurit, ia khawatir, akan memperparah lukannya.
“Bertahanlahh, tim medis akan segera datang.” Penjaga gerbang kerajaan itu mencoba menenangkan.
Dengan sisa tenaga sedikit ia terus berusaha mempertahankan kesadarannya, si prajurit kerajaan yang terluka itu berkata pada penjaga gerbang, “Raja dan ratu... tewas di perjalanan... mereka di bunuh oleh kelompok penjahat misterius....”
Beralih ke tempat latihan. Disana Kenway yang sedang berlatih bersama komandan terlihat kelelahan, ia sudah berlatih sejak tadi pagi dan saat ini matahari sudah hampir sampai di posisi tertinggi nya. Kenway masih melakukan latihan, ia masih berlatih mengayunkan pedang.
“Pangeran, anda terlihat kelelahan, bukankah sebaiknya anda beristirahat sebentar, lagipula mataharinya sudah semakin meninggi, waktu latihan kita juga hampir selesai.”
Sambil terus melakukan gerakan, Kenway menjawab “Aku harus segera menguasai teknik yang di ajarkan ayah, agar aku bisa menunjukankannya saat ayah pulang nanti.”
Komandan prajurit tersenyum bangga “Anda memang keras kepala... baiklah, aku akan menemanimu latihan lagi.”
Keduanya pun memasang kuda-kuda sambil memegang pedang masing-masing, keduanya bersiap untuk saling menyerang.
Namun, belum sempat mereka melanjutkan latihan, penashat kerajaan melangkah mendekati meraka dari sisi tempat latihan.
“Pangeran, maaf aku mengganggu latiahan anda...” Kata penasehat sambil melangkah perlahan mendekati Kenway dan komandan prajurit. Segera setelah itu, Kenway berhenti.
“Ada apa penasehat, apa kau butuh bantuan?”
Wajah penasehat terlihat sedikit murung, matanya sayu dan sedikit datar... tampak sekali kalau ia sedang berusaha menyembunyikan kesedihan. Melihat wajah penasehat yang seperti itu, Kenway merasa ada yang tidak beres.
“Tidak pangeran, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu...”
“Ada apa?” Tanya Kenway lagi.
Penasehat berhenti melangkah setelah berada di hadapan Kenway dan komandan prajurit.
Kemudian, dengan sangat berat hati di sertai perasaan tak tega, Penasehat melajutkan perkataannya yang terpotong.
“Raja dan Ratu telah.... meninggal dunia....”
Angin kencang berhembus di sekitar, susasana menjadi hening sejenak.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!