Seperti di sambar petir, tubuh Kenway seketika menjadi kaku, pedang yang ada di tangannya pun terjatuh di antara rumput. Ia tak bisa mengatakan apapun, hati dan seluruh tubuhnya terasa berat, dadanya terasa sesak. Ia merasa terpukul sekali, seakan tak percaya akan apa yang di dengarnya. Tapi, perkataan itu keluar langsung dari penasehat, tak mungkin ia berbohong, Kenwaye juga tau kalau penasehat orang yang serius dan hampir tidak pernah bercanda, jadi wajar saja ia langsung mempercayai hal itu dan langsung membuat sekujur tubuhnya lemas.
Sarah yang memperhatikan dari jauh, tepatnya dari jendela ruang baca, ia merasa ada yang aneh pada kakaknya semenjak datangnya penasehat. Melihat kakaknya yang menjatuhkan pedang dan menjadi kaku, Sarah curiga sesuatu telah terjadi. “kenapa kakak terlihat kaku begitu?, sepertinya sesuatu telah terjadi.” Kata Sarah sambil melihat keluar jendela, ia masih bingung, belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kembali ke tempat latihan. Kenway yang masih kaku dan sedikit kehilangan pikiran, berusaha menanyakan sesuatu pada penasehat. “Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?”
“Menurut informasi yang aku terima, mereka di bunuh oleh seseoang.” Jawab penasehat.
“Di bunuh?!”
Penasehat hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu persis apa yang terjadi, panngeran sebaiknya anda tanyakan saja pada prajurit yang selamat dari kejadian itu. Saat ini ia sedang dirawat di ruang pengobatan...”
Kenway hanya terdiam. Kemudian bicara lagi, “Prajurit?”
Penasehat mengangguk.
Dengan ekpresi bingung, Kenway mengalihkan wajahnya ke arah komandan. “Komandan, apa kau menyuruh anak buahmu untuk mengawal ayah dan ibu?”
“Kurasa tidak...” Komandan berhenti sejenak kemudian melanjutkan. “Memang, aku sempat memberi saran kepada mereka berdua membawa beberapa prajurit untuk berjaga-jaga, namun raja dengan tegas menolaknya karena pertemuan tersebut sangat rahasia.”
“Begitu, ya?” Kenway mengangguk, karena dia juga sudah tahu tentang itu.
“Meskipun demikian, beberapa prajurit sempat mengawal sampai ke perbatasan. Tapi mereka semua kembali lagi ke istana atas perintah Raja.”
Setelah mendengarakan penjelasan dari komandan, Kenway menatap ka arah penasehat. “Baiklah, ayo kita temui dia.”
Kemudian penasehat dan Kenwaye berjalan menuju ke ruang pengobatan.
Jarak antara ruang baca dan tempat latihan lumayan jauh, jadi Sarah hanya bisa melihat gerak gerik mereka dari tempatnya tanpa mendengar apa yang mereka bicarakan. Melihat kakaknya dan penasehat kerajaan berjalan meninggalkan tempat latihan, Sarah yang dari tadi memperhatikan dari jendela ruang baca pun merasa semakin penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan di sana. Ia menutup bukunya kemudian beranjak dari tempat duduk. Dia berencana mengikuti kakaknya dan penasehat secara diam-diam.
Sampailah Fasutin dan Penashat di depan pintu ruang pengobatan. Penasehat mempersilahkan Kenwaye masuk dan berniat meninggalkan Kenwaye bersama dengan pelayan pribadi raja yang di rawat itu sendirian di ruangan tersebut.
“Aku mohon ijin untuk pergi pangeran.” Penasehat berkata dengan sopan, sambil sedikit membungkuk. “Sebaiknya aku tinggalkan kalian berdua untuk membicarakan hal penting ini. Aku akan menyuruh para prajurit untuk memperketat panjagaan istana.”
Fasutine hanya mengangguk, lalu masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya.
Prajurit yang terluka itu sudah sadar dengan balutan perban di beberapa bagian tubuh yang terluka. Ia terlihat sangat menderita dan lemah. Ada banyak kasur kosong di ruang medis yang cukup luas, namun hanya ada satu yang di tempati oleh pasien. Sepertinya beberapa bulan belakangan ini tidak ada yang terluka sampai-sampai ruang medis kerajaan pun sepi.
“Pangeran...” Kata si prajurit itu saat mengarahkan pandangannya ke arah Kenway yang baru memasuki ruangan.
Kenway kemudian duduk di kursi yang ada di situ dan mulai berbicara serius.
“Caritakan padaku tentang apa yang terjadi pada ayah dan ibu!”
Si prajurit terdiam sejenak. Memang itu yang ingin ia lakukan.
“Pasti kau tahu apa yang terjadi, kan?” Tanya Kenway lagi.
“Baiklah pangeran, aku akan menceritakan apa yang telah aku alami.” Dengan menahan rasa sakit di dada, si prajurit memulai cerita.
“Setelah mengantarkan raja dan ratu sampai di perbatasan kami, para prajurit memutuskan untuk kembali ke kerajaan atas perintah raja...” Si prajurit mengalihkan pandangannya ke langit-langit sebelum melanjutkan.
“Saat kami sedang melakukan perjalanan kembali ke istana, aku menyadari ada seseorang yang mencurigakan di dekat situ, tepatnya di jalan perbatasan...”
“Orang di mencurigakan?” Kenway menghentikan cerita dan bertanya.
“Betul, pangeran.” Si prajurit mengengguk dengan hati-hati, karena lehernya sakit. “Dia berpakaian serba hitam dan memakai topeng berwarna putih, kurasa dia sedang mengikuti kereta kuda milik raja dan ratu dengan tujuan memata-matai. Karena benar-benar mencurigakan.”
“Atas dasar kecurigaan itu, kau memutuskan untuk mengikutinya?” Kenway penasaran.
Si prajurit mengangguk, “Awalnya aku berencana mengajak seorang rekan untuk mengikuti orang mencurigakan itu, namun setelah kupikir-pikir lebih baik aku lakukan sendiri saja agar tak terlalu mencuri perhatian musuh.
“Karena aku berada di paling belakang dari barisan prajurit berkuda, tak ada seorang pun yang menyadari kalau aku memisahkan diri dan mengarahkan kudaku ke arah yang berlawanan.”
“Kau benar-benar prajurit yang nekat.” Kenway mengukir senyum tipis di wajahnya.
“Aku mengikuti orang mencurigakan itu hingga ke area hutan. Namun sialnya, ternyata aku masuk dalam perangkap mereka.”
“...” Wajah Kenway nampak serius. Menyimak lebih seksama.
“Dengan menunggangi kuda, dua orang yang juga berpakaian putih dan memakai topeng tiba-tiba muncul dari samping kanan dan kiri, mereka berdua berusaha mengimbangi kecepatan kuda yang aku tunggangi, lantas beberapa saat kemudian mereka berdua tiba-tiba saja mengeluarkan pedang dan mulai menyerangku secara bersamaan. Sepertinya mereka adalah rekan.”
Si prajurit mencoba mengingat. “Aku berhasil menghindarinya, dan mulai melakukan serangan ke mereka berdua, kita beradu pedang sambil menunggangi kuda. Tapi...”
Si prajurit tiba-tiba saja menghentikan ceritanya.
“Tapi apa?”
Sambil melihat tubuhnya yang penuh luka, prajurit itu lanjut berkata, “Aku terkena serangan pedang mereka beberapa kali, dan kehilangan konsentrasi ketika tiba-tiba saja orang yang mencurigakan yang ada di depanku tiba-tiba saja melempar bom asap...”
“...” Kenway hanya terdiam.
“Mereka kemudian menyerang kudaku sehingga membuatku terjatuh dan tak bisa mengejar mereka lagi. aku kehilngan jejak mereka. Dengan rasa sakit akibat sayatan pedang, aku mencoba bangkit dan berurasa mengikuti mereka mereka dengan berjalan kaki karena kudaku tak mampu berlari lagi. Aku mengikuti tetesan darah dari salah satu orang yang berhasil aku lukai.”
Si prajurit berusaha menceritakan seluruh kejadian yang ia alami. Usaha dia mengikuti orang-orang misterius itu sampai cerita tentang terbunuhnya raja dan ratu.
“Ketika sampai di area tengah hutan, aku melihat dari jauh kereta kuda yang tadi membawa raja dan raut telah di hancurkan oleh beberapa orang yang juga berpakaian serba hitam. Aku juga dapat melihat orang yang tadi sempat aku lukai kakinya.”
Si prajurti terdiam lagi, kali ini nafasnya cukup berat. Ia bingung untuk meneruskan ceritanya atau tidak. Tapi, ia harus menceritakannya sampai selesai.
Setelah menghela nafas, dia melanjutkan, “Sambil bersembunyi di balik pohon sambil menahan rasa sakit, aku mengamati sekitar dan menemukan mayat raja dan ratu tegeletak di sekitar situ bersama dengan mayat orang-orang yang bepakaian serba putih. Sepertinya raja berhasil melakukan perlawanan dan membunuh beberapa dari anggota mereka sampai akhirnya tewas.
Kenwaye mendengarkan dengan seksama semua cerita yang keluar dari mulut pelayan itu. Sesekali Kenwaye emosi dan merasa kesal saat mendengarnya. Tentu saja hatinya merasa sangat berat, penuh duka.
Fasutin berdiri setelah mendengar cerita dari prajurit yang terluka itu. Bagaimana pun juga, ia adalah saksi hidup yang dapat menuntun Kenway kepada si pelaku.
“Tunggu pangeran, ada satu hal yang hampir terlupakan.”
Kenway berhenti melangkah ketika hampir membuka pintu, “Apa?” Katanya, tampa menatap ke arah lawan bicaranya.
“Aku melihat ada tato berbentuk kalajengking di bagian pergelangan tangan mereka. Mungkin saja informasi ini berguna nantinya.” Lanjut si prajurit.
“Terimakasih, aku akan meminta kepada komandan agar kau tidak di hukum karena memisahkan diri tanpa ijin.” Jawab Kenway sebelum membuka pintu.
Sekitar lima belas menit berlalu, Kenway akhirnya keluar dari ruang pengobatan, ia berjalan linglung, menunduk, memasukan kedua tanganya kedalam saku celana. Kenway terlihat sedih.
“Kakak...” Tiba-tiba, Sarah muncul di hadapannya. Hal itu membuat Kenway kaget.
“Sarah... kau...” Kata Kenwaye yang tidak menduga kalau adiknya akan muncul di hadapannya.
Air mata terlihat mengalir di kedua pipi Sarah,
“Apa kau mendengar semuanya?” Tanya Kenway.
Sarah hanya mengangguk.
Sarah segera memeluk kakaknya dan menangis. Ia meluapkan kesedihan yang ada di hatinya di pelukan kakanya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan, setelah diam-diam mendengar pembicaraan kakaknya dan pelayan pribadi raja dari luar ruangan, hatinya benar-benar hancur. Kedua saudara kembar itu sedang tenggelam dalam kesedihan.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments