Chapter 5 : Penyusup

Di area hutan.

Menyusuri jalan utama yang sepi, si pedagang dengan susah payah menggendong pria berpakaian serba hitam yang sedang terluka parah, ia tak tahu kalau pria tersebut adalah salah satu dari anggota kelompok bandit misterius yang telah menyerang raja dan ratu kerajaan Matahari. Karena kebaikan hatinya, si pedagang itu benar-benar berniat ingin menyelamatkan nyawa orang yang bahkan tidak ia kenal. “Aku harus bergegas, sebelum orang ini benar-benar tewas.” Katanya dalam hati sambil terus berlari.

Ia terus memaksakan dirinya untuk berlari meski kakinya sudah lelah. Nafasnya sudah terasa berat, ia terus berlari.

Pedagang itu sempat berfikir untuk berhenti sejenak agar dapat beristirahat di bawah salah satu pohon besar yang sejuk di tepi jalan. Namun, tak ada waktu untuk itu, karena bisa saja nyawa orang yang sedang ia bawa tak dapat di selamatkan karena ia terlalu lama.

“Orang ini terluka parah, dia benar-benar membutuhkan pertolongan serius,” nafas si pedagan terengah-engah ketika bicara sambil berlari. “Aku tak bisa seenaknya beristirahat.”

Namun seketika langkah kaki yang cepat dari pedagang itu terhenti. “Ugh...!!” Rasa sakit yang luar biasa tiba-tiba saja ia rasakan di bagian perutnya. Ia lalu melihat perlahan ke arah bagian perut yang terasa sakit. Betapa terkejutnya si pedagang saat melihat sebuah pisau menancap di perut dan darah mengalir, membasahi bajunya. Tubuhnya perlahan melemah.

Orang berbaju hitam yang di gendong oleh si pedagang menusuk perut si pedagang menggunakan pisau. “Maaf saja, padahal kau sudah berbaik hati ingin menolongku.” Si bandit menekan pisau itu lebih dalam lagi di perut si pedagang sembari tersenyum jahat.

“Kenapa... kau...” Kesadaran si pedagang perlahan menghilang seiring dengan tubuhnya yang mati rasa. Dia pun tewas.

Dari awal ternyata si bandit itu hanya pura-pura sedang terluka parah dan membunuh si pedagang saat ia lengah.

Bandit itu lalu menyeret tubuh pedagang yang baru saja ia bunuh ke semak-semak secara perlahan sembari melihat ke segala arah, memastikan kalau tak ada orang lain yang melihatnya.

Keluar dari semak-semak yang lebat, si bandit yang tak di ketahui namanya itu sudah mengganti pakaiannya. Ia memakai pakaian yang tadi di pakai oleh si pedagang.

Sambil merapikan pakaian dan memegang sekantung uang yang ia curi dari pedagang, si bandit berkata, “dengan begini, aku bisa menyusup ke kerajaan Matahari dengan leluasa.” Katanya, lalu tertawa. Bandit itu berencana untuk menyusup ke kerajaan Matahari. Sambil berjalan menuju ke sana, ia memikirkan nama palsu yang cocok untuknya.

Di tengah perjalannya, seorang pengantar barang yang menunggangi kereta kuda sederhana yang penuh dengan barang bawaan melintas melewatinya. Si bandit yang sudah menyamar itu lantas segera menghentikanya sebelum kereta kuda pengangkut barang itu menjauh dari pandangan.

“Hei!!” Si bandit sedikit berteriak ke arah kereta kuda yang menjauh perlahan.

Setelah beberapa kali berteriak, kereta kuda itu berhenti. Si bandit segera menghampirinya dengan tergesah – gesah.

“Halo pak, aku ingin pergi ke kerajaan Matahari, bisakah aku ikut denganmu?” Tanya si bandit ketika sampai di dekat kusir. “Sepertinya akan melelahkan jika aku terus berjalan kaki.” Ia berbicara dengan ramah dan sopan.

Sambil memegangi tali yang di gunakan untuk mengendalikan kudanya, kusir melirik tempat kosong di sebelahnya, kemudian memperhatikan si bandit yang menurutnya terlihat seperti orang baik.

“Hari sudah hampir sore dan sepertinya aku akan orang terakhir yang melintasi jalan ini.” Si kusir berhenti bicara sejenak, kemudian melanjutkan. “Baiklah kau boleh ikut denganku.”

“Terimakasih banyak, pak.” Kata bandit itu sembari naik ke kereta kuda. Karena di dalam keretanya di penuhi banyak barang bawaan, jadi ia duduk di sebelah kusir.

Setelah memerintahkan kudanya untuk berjalan, si kusir menyempatkan diri untuk menanyakan nama orang yang saat ini duduk di sebelahnya.

Si bandit agak sedikit gugup ketika di tanya soal namanya. “Hemm... namaku William, panggil saja Willam.” Katanya sambil tersenyum.

“Baiklah, William. Kau tampak begitu kelelahan, sepertinya kau baru saja melakukan perjalan jauh.” Si kusir bicara secara ramah.

“Ya, begitulah.” Si bandit alias William, terlihat canggung.

Kereta kuda pengangkut barang melaju perlahan menuju ke kerajaan Matahari.

Dengan memilih ‘William’ sebagai nama samaran, salah satu anggota dari kelompok bandit misterius yang terlibat dalam pembunuhan raja dan ratu kerajaan Matahari, sepertinya akan berhasil menyusup ke daerah kekuasan kerajaan Matahari.

Matahari mulai tenggelam perlahan, malam hari pun tiba.

Kabar buruk telah sampai di istana kerjaan, Sarah yang semula ceria kini menjadi kelabu. Sementara Kenway tetap pada sifat tenangnya. Keamanan istana di perketat setelah kehadiran prajurit yang terluka di depan gerbang istana yang membawa kabar buruk tentang penyerangan terhadap raja Joel dan ratu Veronica. Sarah terlihat menunduk murung di dekat Kenway, tangannya memegang erat lengan kakaknya.

Setelah mendapatkan informasi mengenai lokasi penyerangan raja dan ratu dari prajurt yang selamat, komandan langsung memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menuju ke lokasi yang di maksud, untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

“Pangeran, kami menunggu perintah untuk mendatangi lokasi kejadian. Berdasarkan keterangan lanjut dari prajurit yang selamat itu, peristiwa penyerangan raja dan ratu terjadi di area perbatasan hutan.”

“Iya, dia sempat bercerita padaku.” Kata Kenway. “Ia bercerita padaku panjang lebar.”

Komandan berfikir sejenak sebelum lanjut mengatakan “Prajurit yang bertugas juga sempat bertanya ke prajurit yang selamat itu lebih lanjut tentang kereta kuda kerajaan, namum ia bilang tak melihatnya di lokasi. Padahal menurut informasi yang yang kita dapat, kereta kudanya di hancurkan oleh para bandit itu.”

Kenway berkata. “Iya, dia juga berkata seperti itu padaku.” Kemudian terdiam, dia makin khawatir.

“Apa mungkin para bandit itu menculik ayah dan ibu?” Sarah tiba-tiba ikut berpendapat, ia mulai berani biacara lagi, di benak Sarah, kedua orang tuanya masih hidup, dan dia berharap itu benar.

“Kami juga berharap demikian putri, semoga saja mereka berdua masih selamat.” Kata Komandan.

“Itu sudah pasti mereka masih hidup, ayah kan sangat hebat, dia pasti akan melindungi ibu.” Kata Sarah penuh harap dan percaya diri.

“Itu benar.” Kenway mencoba menyetujui pendapat adiknya.

“Ayah itu kesatria yang hebat di masa lalu, dia pernah menyelamatkan sebuah negeri dari penjajahan. Berkat kehebatannya itu, dia bisa menikah dengan seorang tuan putri elit seperti ibu” Sarah membanggakan ayahnya. “Saat ini mereka berdua pasti sedang dalam perjalanan menuju istana” Lanjut Sarah yang saat ini terlihat sedikit bersemangat.

“Sebaiknya kita fokus saja pada pemeriksaan mayat di lokasi. Mungkin, itu bukanlah mayat ayah dan ibu, hanya mirip saja.” Dalam keadaan seperti ini Sarah mencoba bersikap tenang, namun sebenarnya ia sangat khawatir.

“......” Kenway terdiam memikirkan sesuatu. “Baiklah, aku akan ikut ke lokasi kejadian untuk memastikan semuanya.”

“Apa anda yakin pangeran?” Tanya Komandan dengan perasaan sedikit bingung, pasalnya Kenway tak pernah ikut campur dalam hal semacam ini.

Kenway lanjut bicara, kali ini ia bicara kepada Sarah. “Ayah pernah berkata padaku untuk menjagamu dan istana selagi dia pergi, dan inilah saatnya.”

“Baiklah kalau begitu, saya akan memanggil yang lain dan memimpin pasukan.” Kata Komandan.

“Biar aku sendiri saja yang akan memimpin para pasukan. Kau akan jadi pendampingku saja.” Kata Kenway.

Komandan terlihat tersenyum bangga.

Kenway berfikir sejenak, ia akan mengambil suatu keputusan namun tak begitu yakin dengan hal itu. Ia memejamkan matanya, lalu membukanya lagi,

“Sarah, perintahkan beberapa pengawal untuk menjagamu di ruangan ini.”

“Memangnya kenapa?” Sarah bingung.

“Lakukan saja.” Tegas Kenway.

“Baiklah.” Sarah menurut

Kenway kemudian berkata dengan lantang dan tegas.

“Komandan, siapkan pasukan ! Kita menuju ke lokasi!”

“Siap laksanakan!!!” Jawab Komandan dengan lantang.

Sarah terlihat terkagum-kagum melihat punggung kakaknya yang saat ini sedang mengenakan jubah, putri kerajaan Matahari itu tersenyum bangga.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!