Chapter 6 : Mahkota Berdarah

Dengan menunggangi kuda berwarna hitam, Kenway memimpin puluhan pasukan menuju ke lokasi yang di maksud. Hatinya tak tenang meskipun ekspresi di wajah menunjukan sebaliknya. Berbagai macam pertanyaan mengenai orang tuanya terus bermunculan di kepala, namun ia berusaha menyingkirkan pikiran itu agar tetap tenang dan tidak gegabah jika nanti menemui musuh di tengah jalan.

Di usianya yang masih sangat muda, ia sudah terlihat sangat berwibawa di depan para prjurit yang di pimpinnya. Beberapa prajurit ada yang saling berbincang diatas kuda masing-masing, mengagumi Pangeran Kenway.

Setelah menempuh perjalan yang cukup jauh, Kenway dan para prajurit akhirnya tiba di lokasi.

Seperti yang sudah di laporkan, terlihat beberapa mayat tergeletak di sana. Setelah mengamati beberapa detik dan melihat sekeliling, ia hanya melihat mayat-mayat yang berpakaian serba hitam, tak ada tanda-tanda keberadaan mayat ayah dan ibunya seperti yang di ceritakan oleh prajurit di ruang medis tadi.

“Aneh, tak ada mayat ayah dan ibu di sekitar sini. Semoga, mereka masih selamat.” Kata Kenway dalam hati.

Kenway turun dari kuda dan menghadap ke arah para prajurit berkuda yang sudah berbaris, dan siap menerima perintah.

“Sebagian dari kalian, lakukan penyusuran keseluruh area hutan ini, cari ayah dan ibu beserta kereta kudanya. Sisanya, tetap bersamaku.” Kenway memerintah para prajurit dengan lantang.

“Baik, pangeran!” Mengikuti perintah Kenway, sebagian pasukan kemudian menyebar ke segala penjuru, mencari keberadaan raja dan ratu.

Di tempat itu kini Kenway bersama dengan komandan dan prajurit yang tersisa. Ketika ia bermaksud untuk mengamati mayat-mayat itu lebih dekat, komandan prajurit yang sepertinya sudah berpengalaman mencegah Kenway saat ia mulai melangkah.

“Tunggu dulu pangeran.” Kata komandan dengan tegas.

“Ada apa?” Jawab Kenway, bingung.

“Sebaiknya anda tidak mendekati mayat-mayat itu dulu.”

“...” Kenway diam sambil berfikir.

“Kita harus tetap waspada. Berdasarkan pengalaman saya, bisa saja ini adalah jebakan...”

“Apa maksudmu?”

“Kita tak bisa sepenuhnya mempercayai apa yang ada di depan mata begitu saja, kan? Mungkin saja ada sesuatu yang sudah di persiapkan oleh musuh?”

Kenway bertanya lagi, “Apa kau yakin?”

Komandan mengangguk. “Jebakan seperti bom asap beracun, ranjau atau panah bisa saja sudah mereka persiapkan. Sebaiknya suruh beberapa prajurit untuk memeriksanya dulu.”

“Baiklah!” Ucap Kenway.

Setelah di beri perintah, dua orang prajurit kemudian bergegas mendekati mayat-mayat itu dengan sangat hati-hati untuk memastikan keadaan. Tentu saja prajurit yang di suruh untuk memeriksa sudah ahli dalam hal tersebut. Beberapa detik memeriksa, ternyata tak ada tanda-tanda adanya jebakan seperti yang dikatakan komandan. Keadaan di sana aman.

“Semua aman, tidak ada satupun jebakan.” Kata Salah satu prajurit.

Kenway mulai melangkah mendekatimayat-mayat itu, kemudian bertekuk lutut di dekat salah satu mayat itu, memulai pengamatan. Ini adalah pertama kalinya ia melihat mayat korban pertempuran tepat di depan mata, selama ini dia hanya membacanya dari buku. Dengan pengetahuan yang di miliknya, Kenway terlihat tenang ketika memeriksa mayat-mayat tersebut.

Kenway dan komandan sibuk memeriksa mayat, sementara yang lainya hanya melihat mereka sambil tetap waspada, bersiap jika sewaktu-waktu ada serangan mendadak.

“Tak kusangka hal seperti ini bisa terjadi.” Gumam komandan pada dirinya sendiri. Ia sedang memeriksa mayat di sebelah Kenway.

“Ketua dari kelompok bandit yang melakukan penyerangan ini pasti bukan orang sembarangan. Setahuku, raja adalah orang pilihan yang sangat terlatih dalam pertarungan.” Komandan lanjut memeriksa kemudian berkata. “Raja tidak akan membiarkan dirinya di kalahkan begitu saja, dia pasti sudah bertarung sekuat tenaga. Tapi, sampai hal ini bisa terjadi... pasti pelakunya memiliki level bertarung yang seimbang dengan raja!”

Kenway hanya terdiam mendengarkan penjelasan komandan, ia mengelola informasi itu dalam diam sambil terus melanjutkan memeriksa mayat.

Kenway, tiba-tiba saja mencabut pedang yang menancap pada salah satu mayat. Komandan terheran-heran melihatnya.

“..!??”

“Sudah kuduga...” Gumam Kenway.

“Ada apa pangeran, apa anda menemukan sesuatu?”

Kenway melihat dengan seksama kearah pedang yang baru saja ia cabut.

“Ini adalah pedang milik ayah...” Pungkas Kenway. “Aku rasa pedang ini sudah di gunakan untuk membunuh banyak orang, bekas darah yang mengering di pedang ini sangat kental.”

Bulan yang saat ini sedang pada fase paling terang memantulkan cahaya, menerpa seluruh area hutan tempat Kenway dan yang lainya melakukan pencarian. Meskipun malam hari, biasan cahaya bulan yang cukup terang mampu menyingkirkan gelapnya malam.

Setelah mendengar pernyataan pangeran, para prajurit beserta komandan mereka terkejut. Berbagai macam dugaan buruk muncul di benak masing-masing dari mereka.

“Hah?!”

“Tidak Mungkin...”

“Pedang raja katanya?”

“Apa yang sebenernya terjadi...”

“Ini buruk....”

“Apakah raja benar-benar mengalahkan banyak musuh seorang diri?”

Para prajurit saling bergumam bersautan. Komandan merasa risih mendengar semua ocehan anak buahnya itu. Bagaimanapun, ia juga merasa malu pada Kenway yang saat ini sedikit terganggu dengan ocehan para prajurit yang cukup berisik, hal itu terlihat dari raut wajah Kenway. Sebenarnya Kenway tidak begitu peduli dengan apa yang mereka katakan, hanya saja suara berisik mereka mengganggunya dalam berkonsentrasi memikirakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Kalian semua, diam!!” Kata Komandan dengan tegas.

“Baik!!” Seketika suasanan menjadi hening, para prajurit terdiam.

Kenway kembali menatap pedang ditanganya yang diduga milik raja Joel.Kalau di perhatikan dengan jelas, itu memang pedang kesayangan raja Joel yang sempat di gunakan untuk melatih Kenway sebelum berangkat. Karena memang hanya raja yang memiliki pedang seperti itu.

Ia kemudian lanjut memperhatikan sekitar, berharap menemukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai petunjuk.

“Kalau ini adalah penyerangan yang melibatkan banyak orang, kenapa tidak ada bekas-bekas pertarungan di sekitar sini. Paling tidak, pasti ada bekas darah bercecer atau jejak- jejak kaki di rerumputan,. Pasti para bandit itu bertindak cepat” Kenway berdiskusi dengan dirinya sendiri dalam hati.

Saat Kenway sibuk menganalisa sekitar, tiba-tiba saja komandan menemukan sesuatu pada mayat yang di periksannya.

“Pangeran, coba lihat ini!”

“Hm?!” Kenway tersadar dari lamunannya, kemudian mengalihkan perhatiannya pada komandan prajurit yang masih memeriksa mayat.

Kenway bertekuk lutut di sebelah komandan, kini keduannya memeriksa mayat yang sama.

“Coba perhatikan ini.” Kata komandan prajurit sembari menunjukan sesuatu yang terdapat pada bagian lengan mayat laki-laki berambut orange itu.

Terlihat sebuah luka bakar, seperti tersentuh benda panas berbentuk simbol misterius.

“Apa maksud dari simbol ini.” Tanya komandan yang merasa aneh.

Melihat apa yang di tunjukan oleh komandan, Kenway jadi teringat dengan apa yang di katakan oleh prajurit yang selamat dari peristiwa penyerangan, yang di ruang medis, dan sempat ia introgasi tadi. “Ternyata benar apa kata prajurit di ruang medis tadi, mereka memiliki simbol aneh di lengan.” Jawab Kenway.

Karena merasa penasaran, Kenway memerikasanya lebih lanjut, dan menarik sebuah kesimpulan. “Ini adalah luka bakar.”

“Luka bakar?!” setelah memperhatikan sedikit, komandan lanjut berkata. “Benar juga.”

Kenway kemudian memeriksa mayat wanita berambut hitam yang tadi ia periksa. simbol serupa juga ada di mayat itu, yang juga tercetak di bagian pergelangan tangan.

Tiba-tiba saja, Kenway teringat sesuatu yang pernah ia ketahui dari sang ayah saat mereka berlatih pedang sebelum raja Joel berangkat ke Havanna. Raja Joel sempat bercerita tentang sebuah organisasi penjahat misterius yang dikabarkan sangat hebat.

“Sebelum ayah pergi, ayah sempat bercerita padaku tentang keberadaan organisasi penjahat yang menggunakan simbol untuk menunjukan keberadaan mereka. Mungkin simbol ini adalah yang di maksud oleh ayah.” Kenway berhenti bicara sejenak sebelum melanjutkan. “Prajurit yang di rawat di ruang medis juga sempat menyinggung tentang simbol kalajengking ini.” Katanya lagi.

Para prajurit yang masih berdiri di sekitar bingung mendengarkan penjelasan Kenway. Mereka tak pernah mendengar hal itu sebelumnya.

“Saya juga pernah mendengar tentang rumor tersebut dari orang-orang yang bekerja di bagian informasi dan data. Kelompok mereka sangat misterius, tak banyak informasi tentang mereka yang bisa di dapat.” Komandan menambah informasi Kenway. “Jadi, bisa di simpulkan, kalau raja Joel sebenarnya sudah tahu kalau penyerangan ini akan terjadi?” Lanjut komandan, untuk sekedar meyakinkan diri.

“Untuk sementara, kita bisa menyimpulkan demikian. Pelaku bukan orang sembarangan, kuharap ayah dan ibu baik-baik saja.”

Di tengah-tengah diskusi Kenway dengan komandan, tiba-tiba saja seorang prajurit yang tadi di perintah untuk menyusuri hutan datang kembali dengan menunggangi kuda nya. Manyadari ada yang datang, Kenway dan komandan mengalihkan perhatian.

Setelah berada di dekat Kenway dan komandan, prajurit itu turun dari kuda, ia mambawa sesuatu di tanganya yang terbungkus dengan kain.

“Lapor pangeran, saya menemukan sebuah mahkota di tepi jurang di arah utara dekat sini.” Ia menyerahkan benda terbungkus kain yang di bawanya sambil berkata “Saya yakin ini adalah milik paduka raja...”

Kenway menerimanya, dan membuka bukusan kain itu. Memang benar, seperti yang di katakan si prajurit, itu adalah mahkota milik raja yang penuh dengan bercak darah di bagian-bagiannya. Hatinya terasa berat melihat mahkota berdarah itu, ia semakin khawatir dengan keadaan kedua orang tuanya.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!