Chapter 7 : Kegelisahan Sarah

Kenway dan rombongannya melakukan perjalanan kembali ke istana. Fokus menatap ke depan mengendarai kuda, air mata Kenway mengalir melewati pipinya sementara wajah masih tetap pada ekspresi datar.

Komandan yang mengendarai kuda tepat di sebelah Kenway, sempat berniat untuk mengajak Kenway bicara guna mencairkan suasana, namun ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk diam.

“Kasihan pangeran, saat ini pasti hatinya sedang hancur.” Kata komandan dalam hati, ia juga ikut merasakan kesedihan Kenway.

Mayat kedua orangtuanya tidak berhasil di temukan. Di tepi jurang, dimana mahkota milik raja di temukan, tak ada tanda-tanda sama sekali terkait keberadaan raja Joel maupun ratu Veronika. kereta kuda yang mereka gunakan pun tak di temukan, padahal, tadi prajurit yang di rawat di ruang medis berdalih kalau kereta tersebut di hancurkan oleh para bandit di lokasi kejadian.

Sempat terpikir oleh Kenway untuk meneruskan pencarian hingga ke dasar jurang tadi, namun komandan tidak mengiziinkannya karena terlalu berbahaya jika dilakukan di malam hari. Komandan berpendapat kalau nantinya jika pencarian nekad di lakukan, akan memakan banyak waktu. Ia khawatir kalau mereka terlalu lama berada di luar area kerajaan terlalu lama, musuh bisa saja menyerang ke istana. Kenway pikir kalau pendapat komandan ada benarnya, ia pun lantas mengikuti saran dari komandan dan memerintahkan para prajurit untuk kembali ke istana.

Angin malam berhembus di tengah dinginya malam, suara hentakan puluhan sepatu kuda terdengar menggema di sekitar. Kelompok prajurit berkuda dari kerajaan Matahari yang di pimpin oleh pangeran Kenway melaju cepat melewati jalan utama. Tak ada kata yang terucap di antara mereka, kesunyain menggantung di udara.

Beralih ke istana kerajaan Matahari, lebih tepatnya di ruangan dimana Sarah berada. Di depan ruangan tersebut ada beberapa orang penjaga berdiri sambil memegangi tombak dan perisai, mereka berjaga dekat pintu ruangan Sarah yang tertutup. Penjagaannya benar-benar di perketat, seperti perintah Kenway sebelum ia pergi. Penjaga yang bertugas menjaga ruangan putri sarah pun tampak berwajah serius, berbadan tegap sambil terus mengawasi sekitar. Mereka selalu waspada dengan situasi saat ini, bersiap memberikan perlawanan jika ada seseorang yang mencurigakan mencoba masuk ke dalam ruangan.

Sementara itu di dalam ruangan, Sarah tampak mondar-mandir kesana kemari, sambil memakan cemilan kesukaannya, sementara tiga orang berseragam pelayan kerajaan Matahari berada di situ, bersiap menerima perintah dari Sarah.

Suasana ruangan Sarah tampak tenang dan agak sunyi. Lampu gantung yang megah, serta pernak-pernik mewah khas kerajaan menghiasi ruang kamar pribadi Sarah. Selain itu, terlihat banyak cemilan di atas meja pribadi Sarah. Makanan manis mendominasi di situ, beberapa sisa makanan tampak berceceran di sekitaran mejanya.

“Tuan putri, bukankah sebaiknya anda makan sambil duduk dengan tenang, nanti anda bisa tersedak.” Ucap salah satu pelayan, memperingati.

Sarah tak menggubris peringatan itu, ia tetap melanjutkan mondar-mondar sambil memakan cemilan.

“Tuan Putri, cemilan yang anda makan itu tidak baik untuk kesehatan mu, itu bisa membuat badanmu gemuk.”

Mendengar hal itu, Sarah langsung menghentikan langkahnya lalu menatap kearah pelayan yang mengatakan kalimat tersebut.

“Kau ini sama saja seperti kakak, selalu bilang begitu kalau aku sedang makan cemilan favoritku, hum..” Sarah menggigit cemilannya.

Si pelayan sedikit mereasa bersalah setelah mendengar apa yang sarah katakan. Pelayan yang lain sebenarnya juga ingin mengatakan sesuatu pada Sarah, untuk sekedar memperingati.

“Maaf tuan putri, tapi itu demi kebaikan anda.” Pelayan yang berdiri di paling ujung, memberanikan diri untuk bicara pada putri.

“Justru demi kebaikanku, aku harus makan ini.” Fausta membantah. Ia lanjut mondar-mandir.

“Kalian tahu kan, kerajaan sedang memperketat keamanan, itu tandanya situasi sedang tidak baik-baik saja. Selain itu, ayah dan ibu juga belum kembali dari kunjungannya. Di tambah, kabar tentang di temukannya dua jasad yang diduga mirip ayah dan ibu.... bagaimana aku bisa duduk dengan tenang dalam situasi seperti ini?” Sarah mengoceh sambil mondar-mandir dan makan cemilan.

Hati Sarah sedang gusar, banyak hal yang dia pikirkan setelah mendengara informasi tentang penyerangan kedua orangtuanya. Ia sempat membuat para pelayan kerepotan karena dari tadi dia selalu meminta banyak cemilan untuk di antarkan ke ruangannya. Memang itulah yang sering Sarah lakukan ketika sedang dalam keadaan cemas, dia tak bisa berhenti makan cemilan.

Kadang ia berhenti mondar-mandir dan duduk di kursi dan berkata, “Pelayan, tolong bawakan aku susu.” Atau, “Tolong, bawakan aku roti manis,” dan “Apakah kita masih punya manisan, tolong bawa ke sini kalau ada.” Dia sering memerintah para pelayannya untuk membawakannya makanan manis. Setidaknya, memakan makanan kesukaannya dapat mengurangi gusar dan panik yang saat ini sedang Sarah rasakan.

Tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu ruangan. Sarah berhenti mondar-mandir, perhatiannya teralikhan pada suara ketukan pintu.

“Siapa?” Tanya Sarah kepada orang yang berada di balik pintu.

Pintu terbuka secara perlahan. kemudian penasehat masuk ke dalam ruangan Sarah dengan ekpresi wajah yang ramah, ia datang untuk berkunjung.

“Selamat malam tuan putri.”

“Oh, penasehat ya? Ada apa?” Kata Sarah.

“Aku hanya ingin memeriksa keadaan tuan putri, apakah anda baik-baik saja setelah mendengar kabar tadi..” Tanya penasehat yang masih berdiri di dekat pintu. Kemudian ia melangkah mendekati Sarah.

“Tentu saja, tidak ada yang perlu kau khawatirkan kok!” Kata Sarah tersenyum kepada penasehat, menutupi kegelisahan.

Penasehat tersenyum, lalu berkata “Aku tahu, anda berbohong. Saat ini, anda pasti sedang gelisah...” Penasehat berhenti bicara, ia mengambil cemilan dari tangan sarah secara perlahan sambil berkata. “Selain itu, cemilan ini tidak baik untuk anda, nanti badan anda bisa gemuk.”

Sarah cemberut, menggembungkan pipinya, kecewa cemilannya dirampas secara halus.

“Tenang saja...” Penasehat duduk di kursi terdekat dan lanjut berbicara, “pangeran, raja dan ratu beserta rombongannya pasti akan kembali ke istana dengan keadaan baik-baik saja.” Penasehat mencoba menenangkan Sarah.

“Kenapa kau bisa seyakin itu?” tanya Sarah.

“Aku sudah mengenal mereka cukup lama. Raja Joel dan Ratu Veronica adalah orang yang tangguh, yang penuh perhitungan, tanpa mereka, kerajaan Marie tidak akan sehebat sekarang. Ayah dan ibumu tak mungkin di kalahkan dengan mudah. Aku percaya sepenuhnya pada mereka.”

Sarah lantas tersenyum, kegelisahannya sedikit berkurang sekarang, hatinya terasa agak ringan. Namun, tetap saja, rasa khawatir tak lantas hilang sepenuhnya dari dalam hati Sarah, ia menggigit bibir bawahnya.

“Aku juga berfikir demikian...” Tangan kanan sarah bergerak ke arah roti kering di atas meja yang ada di dekatnya, meraih roti tersebut dan menggigitnya. “Namun, entah kenapa aku belum bisa sepenuhnya tenang sebelum mereka benar-benar kembali. Perasaanku tidak enak.”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!