Chapter 12 : Surat Dari Havana

“Aneh, kenapa dia mondar-mandir begitu? Buang-buang energi saja.” Ucap Sarah ketika memperhatikan kakaknya yang terus mondar-mandir di dekat jendela.

“Bukannya seharusnya dia itu membaca buku ya, belajar tentang strategi perang, ini kan belum waktunya istirahat. Apa dia menemukan materi yang sulit di pelajari, sampai-sampai membuatnya mondar-mandir seperti itu?” Sarah masih bergumam menatap ke arah kakaknya yang masih mondar-mandir tak jelas.

Beberapa saat kemudian, Kenway sadar kalau dirinya sedang di perhatikan oleh Sarah. Tapi dia memilih untuk tidak begitu memperdulikannya dan tetap mondar-mandir karena resah ingin segera keluar dari ruang perpustakaan yang lama-lama membuatnya muak.

Kenway tak tahan lagi, tanpa mengatakan sepatah kata pun, pangeran kerajaan Matahari itu membuka pintu jendela yang ada di dekatnya, lalu mengambil jarak beberapa langkah.

“Pangeran, anda sedang apa?” Pelayan yang ada di sekitar situ terlihat bingung menyaksikan Kenway yang berjalan mundur, seakan-akan sedang mengambil ancang-ancang.

Kenway hanya menoleh ke arah pelayan tersebut dalam diam. Ia mempersiapkan dirinya untuk melompat keluar jendela yang ada di lantai dua. Jaraknya kira-kira tujuh meter dari permukaan tanah, lumayan tinggi.

Melihat apa yang di lakukan kakaknya, Sarah berdiri dan bertanya. “Kakak, kau sedang apa? Kenapa berjalan mundur seperti itu?” Sarah bingung, ia sedikit memiringkan kepalanya.

Menoleh ke belakang dan menatap ke arah Sarah, Kenway berkata, “Sarah, jangan bilang-bilang pada ibu, ya. Aku janji akan mengajarimu berkuda jika kau tutup mulut.” Kenway tersenyum, lalu mengarahkan pandangan ke arah para pelayan yang juga masih bingung dengan apa yang akan di lakukan Kenway. “Kalian juga tutup mulut, ya!”

Kenway mulai berlari pelan ke arah jendela yang berjarak sekitar tiga meter tepat di hadapannya. “Aku pergi dulu, Sarah. Selesaikan buku bacaanmu, oke.” Kata Kenway sambil berlari.

“Kau mau apa... eh, jangan melompat dari jendela, nanti kau bisa terluka!” Sarah terlihat panik melihat kakaknya yang berlari menuju jendela yang terbuka.

“Pangeran, jangan lompat dari jendela!”

“Hati-hati pangeran!”

“Jangan ceroboh seperti itu!”

Ucap para pelayan secara bergantian saat menyaksikan Kenway yang sudah hampir melompati jendela.

“Kalian semua berisik!” Kata Kenway yang kemudian melompat keluar jendela yang berada di ketinggian sekitar tujuh meter. Ia tersenyum lebar saat tubuhnya terjatuh dari ketinggian.

Tubuh Kewnay turun dari atas ke bawah dengan sangat cepat, sehingga membuatnya harus berfikir cepet pula, mempersiapkan pendaratan. Saat berada di udara, Kenway mengencangkan otot-otot kaki untuk menyangga berat tubuhnya ketika nanti mendarat ke tanah. Dia memasang kuda-kuda terbaik yang ia ketahui.

Setelah jatuh dan mengambang di udara selama beberapa detik, kedua kaki Kenway pun menyentuh tanah secara bersamaan. Tubuhnya sedikit membungkuk dan telapak tangan kanannya menyentuh tanah. Ia dapat merasakan nyeri di sekujur tulang pergelangan kakinya.

“Sial, ada sedikit kesalahan teknik. Harusnya, kaki kanan ku sedikit kedepan. Kakiku ngilu.” Kenway bergumam dalam hati, menahan nyeri di pergelangan kaki. Walaupun ada sedikit kesalahan teknik saat mendarat, tetap saja Kenway berhasil mendarat ke tanah dengan selamat setelah melompat dari ketinggian tujuh meter lebih berkat teknik kuda-kuda yang ia pelajari entah dari siapa.

“Sarah, aku pergi latihan pedang dulu, aku sudah muak belajar di perpustakaan, sampai jumpa!” Dengan setengah berteriak, Kenway berkata demikian sambil mendongak ke atas menatap ke arah Sarah yang sudah menengok ke bawah dari jendela atas, tempat Kenway melompat tadi.

“Aku tidak mau tahu, kalau sampai ketahuan ibu, aku tidak mau ikut campur!” Jawab Sarah yang sedikit kesal dengan kelakuan kembarannya itu.

Kenway terlihat tak peduli dengan ocehan Sarah, ia malah berjalan menjauh, kemudian berlari pelan menuju ke padang rumput tempat komandan melatih para anak buahnya teknik pedang.

Sarah menghela nafas panjang, tak habis pikir dengan kelakuan kakaknya. “Hufft... dia itu benar-benar menyebalkan.” Sarah memegangi keningnya.

“Bagaimana ini tuan putri? Apa kita harus lapor pada ratu?” Ucap salah satu pelayan yang juga kebingungan.

“Jangan, jangan lapor ke ibu. Biarkan saja dia!” Kata Sarah.

Sarah berkata seperti itu bukan bermaksud untuk melindungi Kenway dari amarah ibunya, akan tetapi ia mencoba memikirkan apa yang Kenway katakan sebelum melompat keluar jendela. Kenway bilang kalau dia akan mengajari Sarah berkuda kalau mau tutup mulut, tidak melaporkan kejadian barusan kepada ibunya.

Dari dulu, Sarah ingin sekali bisa naik kuda, namun ia hampir tak pernah berkunjung ke kandang kuda karena larangan ibunya. Padahal, Sarah sangat suka sekali dengan kuda, ia penasaran sekali bagaimana rasanya menunggangi kuda. Selama enam belas tahun hidupnya, Sarah sama sekali tak pernah punya kesempatan untuk menunggangi kuda, padahal dia terlahir dari keluarga kerajaan yang notabene punya ratusan kuda.

Ratu Veronica hanya ingin Sarah menjadi putri yang feminim dan berwibawa. Ratu berfikir, kalau seandainya dia membebaskan seluruh kegiatan Sarah, bisa saja dia malah akan sering ke kandang kuda dan tidak mau belajar di perpustakaan. Ratu Veronica juga tahu kalau Sarah sangat terobsesi dengan kuda.

Di altar istana, Raja dan Ratu masih duduk dengan sabar menunggu penasehat yang tak kunjung datang. Keduanya masih sibuk membicarakan tentang anak-anak mereka. Mereka sedikit berdebat prihal cara mendidik mendidik ratu yang menurut raja terlalu ketat.

“Seharusnya kau tak usah memberi peraturan yang terlalu ketat pada mereka, sampai harus membuat jadwal kegiatan segala, bukankah itu terlalu berlebihan?” Sambil memandangi lembar jadwal kegiatan Kenway dan Saha, raja berkata demikian.

Ratu memasang wajah kesal ketika menatap ke arah suaminya, ia menjawab, “Aku melakukannya agar mereka menjadi lebih disiplin, bisa memanfaatkan waktu mereka untuk mengembangkan potensi masing-masing.”

“Belajar di perpustakaan selama dua jam, latihan berkuda, latihan bicara di depan umum, berlatih pedang dari sore hingga larut malam...” Raja mengalihkan pandangannya dari lembar kertas, ke arah wajah ratu. “Bukankah semua ini berlebihan, terutama bagi Kenway?”

“Kurasa tidak, justru dia yang mau menambah porsi latihan pedangnya, dia benar-benar bersemangat saat melakukan latihan pedang dan berkuda.”

“Hmm... begitu,ya?” Raja mengangguk-anggukan kepalanya, tanda dia baru tahu tentang apa yang di katakan istrinya. Raja Joel senang mendengar anak laki-lakinya bersemangat saat berlatih pedang, karena memang itu yang ia harapkan.

“Ngomong-ngomong, kenapa tidak ada jadwal latihan berkuda bagi Sarah? Bukankah dia sangat menyukai kuda, dia juga sudah cukup umur untuk naik kuda.” Raja lanjut komplain.

“Kalau kita membiarkannya berkuda, Sarah pasti akan malas belajar di perpustakaan dan lebih memilih untuk berkunjung ke kandang kuda.” Keluh sang ratu.

Tak lama, orang yang di nanti-nanti pun akhirnya datang. Terlihat seorang pria yang berusia sekitar tiga puluhan tahun datang memasuki altar kerajaan di dampingi oleh dua orang pengawal di samping kiri dan kananya.

Orang itu adalah penasehat kerajaan yang bernama Gustav. Setelah memegangi ujung kumisnya, ia lantas bertekuk lutut di hadapan raja dan ratu untuk memberi penghormatan. Beberapa detik kemudian raja Joel menyuruh Gustav untuk kembali berdiri.

“Paduka raja, saya menghadap untuk memberikan surat undangan dari kerjaan Havana.” Kata Gustav dengan sopan.

“Surat undangan?” Raja Joel mengerenyitkan dahi. “Aku pikir, kau datang untuk membawakanku sebuah berkas laporan kerja sama kerajaan kita dengan kerjaan Havana dalam sektor ekonomi.”

Gustav menggelengkan kepala, ia tak tahu soal itu. “Entahlah paduka, raja Bara si pemimpin kerajaan Havana itu hanya memberi saya sebuah amplop undangan tanpa memberi penjelasan apapun.” Jelasnya

Raja Joel tak menyangka kalau dia akan menerima surat undangan dari Havana, padaha pagi ini ia sangat mengharapkan dokumen laporan yang berisi data stok jagung dan gandum di Havana supaya dia tahu seberapa banyak penurunan stok gandum dan jagung di sana, agar ia bisa segera mengirim bantuan seperti yang sudah di bahas dalam rapat beberapa minggu yang lalu di ruang pertemuan kerajaan Havana.

“Apakah dia membatalkan rencana kerjasama antar kerajaan Matahari dan Havana?” Raja Joel terlihat kesal. “Berani-beraninya kerajaan yang sedang di landa krisis itu menolak tawaranku.” Lanjutnya.

“Haha... saya juga tidak menyangka kalau beliau malah menyerahkan surat undangan ini pada saya.” Gustav tertawa canggung sambil menyerahkan sebuah amplop warna putih dengan cap lilin warna merah di bagian tengah penutupnya.

Raja Joel membuka amplop tersebut, lalu membaca isi suratnya dengan seksama.

“Sialan, si raja tukang mabuk itu malah mengirimiku undangan acara minum teh.” Ucap Raja Joel usai membaca isi dari surat tersebut.

Ratu Veronika memegangi kepalanya karena merasa heran dengan tindakan kerajaan Havana yang terkesan tidak serius untuk menjalin kerjasama.

“Dasar raja Bara, dari dulu selalu saja tak pernah serius menanggapi hal semacam ini.” Keluh sang Ratu.

Gustav memandangi Raja Joel, lalu bertanya. “Apakah anda berminat untuk menghadiri acara pesta minum teh di Havana?”

Tanpa menjawab pertanyaan dari penasehatnya, Raja berdiri dan berkata lantang. “Nanti sore, siapkan kereta kuda, bekal dan beberapa perlengkapan lainya. Besok kita berangkat ke Havana.”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!