Namun, serangan itu berhasil di tangkis oleh raja Joel dan secepat kilat ia melakukan serangan balik dengan cepat menusuk ke bagian dada kusir hingga tewas.
Keadaan semakin menegangkan, Raja memutuskan untuk mengajak ratu keluar dari kereta kuda. “Sebaiknya kita turun saja!” Ajaknya kepada ratu Veronika.
Seperti yang sudah ia duga, saat raja Joel dan Ratu Veronika turun dari kereta, ada sekitar sepuluh sampai lima belas orang sudah mengepung mereka. Semuanya bersiap untuk menyerang raja dan Ratu.
Mareka semua mengenakan pakaian serba hitam. Beberapa ada yang memakai cadar dan hanya matanya saja yang terlihat, sisanya memakai topeng berwarna putih dengan dua lubang di bagian mata.
Raja Joel memperhatikan satu persatu bagian tangan para penjahat misterius itu. “Ditangan mereka, kenapa ada simbol itu? Sepertinya aku pernah melihatnya di tangan seseorang...”
Salah satu dari mereka kemudian menyerang Ratu secara tiba-tiba, tapi serangan tersebut berhasil di tangkis oleh raja. Dengan cekatan, Raja berhasil meliindungi Ratunya. Kemudian dari arah lain, ada seseorang yang menyerangnya lagi. Ratu Veronica terdorong ke belakang karena raja sengaja mendorongnya agar jaraknya tidak terlalu dekat dengan serangan dari musuh. Punggung ratu Veronica menjetuh bagian samping kereta kuda akibat di dorong raja. Berdiri tegak sambil mengarahkan pedang ke para penjahat misterius, Raja Joel bersiap mempertaruhkan nyawa untuk melindungi istrinya.
Sepertinya pemimpin kelompok penjahat ini sangat tahu kalau penumpang kereta kuda adalah seorang mantan komandan perang yang tangguh di masa lalu, sehingga ia membawa lima belas orang untuk membunuh dua orang saja.
Bentrokan pedang antara raja Joel dan lima belas orang penjahat pun terjadi. Seakan tak memiliki rasa takut, raja dengan gagah berani menghadapi lima belas orang sendirian. Satu per satu para penjahat pun berhasil ia kalahkan dengan berbagai teknik pedang hebat yang ia kuasai.
Sekitar tiga puluh menit berlalu. Peratarungan sengit antara raja Joel yang melindungi ratu Veronica melawan para kelompok penjahat misterius. Raja berhasil membunuh kurang lebih 7 orang dari anggota mereka. Ia terlihat kelelahan dan terluka, di bajunya terdapat noda darah beberapa bagian “Huft...huft...huff.. mereka terlalu banyak.” Tubuh raja terlihat bergetar, seakan tangnnya tak mampu mengangkat pedangnya lagi. “Tetaplah berada di dekatku, aku akan melindungimu.” Ucap raja pada ratu yang terlihat tenang meski dalam situasi seperti itu.
“Ya, aku percaya padamu.”
Tiba-tiba salah satu dari musuh yang menggunakan penutup wajah, berhasil menusuk ratu dari belakang, raja lengah. Pedang musuh menusuk pinggang bagian belakang ratu, hingga tembus ke perut bagian depan, ratu pun tewas dihadapan raja.
Di akhir waktu kematiannya, ratu menatap langit. Ia melihat samar-samar sosok Sarah yang duduk di singgasana ratu istana kerajaan Matahari didampingi kakaknya yang terlihat gagah mengenakan baju kerajaan serta membawa sebilah pedang. Wajah Sarah terlihat lebih dingin dan tegas.
Ratu merasa lega dengan imajinasinya sendiri, seakan ia melihat putri kesayangannya itu tumbuh menjadi sosok yang ia idam-idamkan. “Sayang sekali... padahal aku ingin punya umur yang panjang agar bisa melihat kedua anak kembarku dewasa... aku benar-benar ingin hidup lebih lama lagi...” Kata ratu Veronika dalam hati. Ratu terlihat tersenyum, dan kemudian mati dalam keadaan damai.
Raja yang tak mampu berkata apa-apa lagi kemudian marah besar. Mata raja tiba-tiba berubah menjadi lebih tajam.
“HYAA!!!” Teriak raja saat mengayunkan pedang ke arah musuhnya. Namun, ketika pandangan mata mereka saling bertemu, raja yang hendak menebas leher musuh tiba-tiba saja berhenti, dia tersadar akan sesuatu “Kau... seorang wanita...” Gumam raja dengan suara yang pelan.
Saat kondisi raja sedang lengah, musuh yang lain menusuknya dari belakang. Raja dan ratu pun tewas dalam pertempuran itu. Dengan pedang yang masih menancap dan sisa tenaga yang tersisa raja mencoba melakukan sesuatu, jari telunjuk kirinya seakan sedang membuat sebuah pola di bagian baju yang tak terkena bercak darah.
Ia tiba-tiba teringat tentang simbol kalajengking itu. “Sial... aku lengah.... padahal aku sudah mengingatnya...” Diingatannya terlintas sebuah ingatan tentang simbol kalajengking itu, ia mengingat tangan seseorang yang memiliki tato yang sama dengan milik para penjahat itu. Ia yakin tangan yang diingatnya itu adalah tangan milik orang yang bekerja dalam kerajaan Matahari.
Seketika, terlintas ingatannya saat melatih Kenway teknik pedang. Kemudian beralih dengan ingatan bersama Sarah. Raja dulu sering mengajarinya menunggangi kuda secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ratu Veronika dan mengajarinya tentang buku-buku yang sulit di pahami oleh Sarah.
“Sarah, Kenway... syukurlah jika mereka kelak tumbuh menjadi orang yang hebat. Dengan begini, aku bisa mati dengan tenang.... Kenway... kuharap dia bisa menjadi pelindung kerajaan yang tangguh...”
Jari telunjuk raja sepertinya sudah berhenti bergerak, ia selesai membuat sebuah pola di bagian bajunya yang bagian kainya berwarna putih, jadi simbol kalajengking yang ia buat terlihat cukup jelas. Ia menggunakan darahnya sendiri saat menggambar. “Kurasa... ini sudah cukup...
Raja dan ratu pun gugur di pertempuran.
Para penjahat yang masih hidup pun membatu yang luka-luka untuk berdiri. “Tugas kita sudah selesai. Sekarang saatnya kembali ke markas untuk melapor.
Beberapa hari kemudian...
Di suatu bagian daerah hutan dekat kerajaan Matahari, seseorang dengan penampilan yang sederhana sedang berjalan melewati jalan utama penghubung antar kerajaan, ia berjalan di tepian. Pria itu sepertinya baru saja pulang dari berdagang. Ia tampak sedang menghitung keuntungan hasil jualannya. Sambil berjalan, ia berkata “Semenjak Ratu Veronika membuka jalur menuju kerajaan Baron, hasil penjualan para pedagan kecil sepertiku semakin meningkat...” Ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Pria itu adalah seorang pedagang kain tenun yang tinggal di daerah pedesaan di wilayah kerajaan Matahari. Hari ini, untuk pertama kalinya si pedangang pulang menemui keluarganya setelah sekitar dua minggu berdagang di negeri seberang.
Awalnya, beberapa pedangan miskin di kerajaan Matahari mengeluh kepada ratu, terutama para pedagang kain tenun. Kurangnya serat kayu dan sutra di kerajaan Matahari membuat pengerajin kain tenun menganggur, karena bahan-bahan dasarnya berkurang. Di samping itu, masyarakat di sana memiliki minat yang kurang terhadap kain tenun. Mereka sudah terbiasa dengan benda itu, tidak menganggapnya sebagai barang mewah lagi. Alhasil, para pedagan kain tenun di sana banyak yang hidup dalam kemiskinan.
Namun, Ratu Veronica yang cekatan dalam menghadapi masalah di berbagai bidang, termasuk ekonomi, membuka kerja sama dengan daerah yang memiliki banyak sumber serat kayu dan sutra. Dengan strategi politiknya yang hebat, ratu mampu berbicara untuk membuat pihak lain segan dan mau membuka kerjasama degannya. Setelah bahan dasar sutra tercukupi, ratu membuka akses jalur ke kerajaan Baron, di mana sebelumnya kerajaan tersebut merupakan kerjaaan yang tertutup dari dunia luar karena suatu hal.
Setelah melakukan kerjasama, akhirnya ratu mengirim beberapa jenis pedagang untuk berjualan di kerajaan Baron, sekaligus meningkatkan ekonomi warganya.
Jadi wajar saja kalau orang-orang di kerajaan Baron sangat tertarik dengan barang-barang yang di jual pedagang dari kerajaan Matahari, karena memang sebelumnya mereka menutup wilayah mereka untuk beberpa pihak.
“Orang-orang di sana sangat sangat ramah, masyarakatnya menyukai kain tenun buatanku, terutama para bangsawan di sana, mereka sangat mengagumi kain tenun buatanku seakan kain tenun adalah emas haha...” Lanjut si pedagang bicara pada dirinya sendiri, kali ini ia tak bisa menahan rasa senangnya sampai-sampai pedagang itu sedikit tertawa.
Puas menghitung keuntungan, si pedagang memasukan uangnya ke dalam kantung kecil yang ia bawa, dan fokus pada langkahnya. Tak lama kemudian, ia melihat sesuatu yang aneh di kejauhan.
“Hmm?!” Gumamnya, sambil mengerenyitkan dahi, tampak bingung.
Ia pun mendekat perlahan kearah sesuatu yang dilihatnya itu, semakin ia mendekat, makin ia sadar dengan apa yang dilihatnya. Langkah kakinya di percepat seraya dengan nafas yang cepat.
Ketika tiba di dekat situ, wajahnya terlihat panik, memucat. Perutnya terasa mual melihat darah yang berlumuran di sekitar.
Terlihat dua mayat yang berpakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah tergeletak di tanah dengan berlumuran darah serta pedang yang tertancap di masing-masing bagian dada mereka mereka. Pemandangan itu tentu saja bukanlah hal biasa bagi si pedangang, perutnya semakin mual saat mencium aroma darah yang menyengat.
Jalan perbatasan ini sangat memang jarang di lewati orang, jadi tak ada satu orang pun yang ada di sekitar. Si pedangang yang kebingungan hanya bisa menoleh ke kanan dan kiri. Kebingungan.
Pada akhirnya ia pun muntah karena tak tahan dengan bau mayat tersebut.
“Apa yang yang telah terjadi di sini?” Katanya sambil mengamati. “Siapa mereka, sepertinya telah terjadi pertarungan hebat disini.” Lanjutnya sambil terus melihat mayat-mayat itu dengan rasa panik.
Si pedagang lantas memandang sekeliling.
Ia terus memandang sekeliling, sejauh mata memandang yang dilihatnya hanya bercak darah kering yang ada di tanah serta beberapa senjata yang juga di penuhi bercak darah yang telah mengering juga.
Tak jauh dari sana, saat matanya memandang ke arah yang lain, ia menemukan satu mayat lagi yang tergeletak beberapa langkah dari kedua mayat itu. Mayat tersebut juga berpenampilan sama dengan dua mayat sebelumnya, yaitu pakaian serba hitam. Pedagang itu kemudian buru-buru mendekatinya.
Begitu tiba di dekat mayat yang tergeletak itu, ia mengamati sejenak lalu menempelkan telinga kananya ke bagian dada dari mayat tersebut karena sepertinya ada yang lain dari mayat itu. Si pedangan merasa, orang itu masih hidup.
Setelah beberapa detik menempelkan telinganya pada bagian dada orang yang tergeletak itu, si pedangang berkata “Dia masih hidup!” Kemudian mengangkat kembali kepalanya “Aku harus segera menolongnya dan melapor ke istana.” Lanjutnya.
Si pedagang kemudian menggendong orang yang tersebut di belakang, lebih tepatnya di bagian punggung. Sebelum pergi, si pedagang menengok ke arah belakang, memperhatikan kedua mayat yang ia tinggalkan itu.
“Maaf, aku hanya bisa membawa satu orang...” Kata si pedagang dengan ekspresi kecewa bercampur takut. “Aku akan melapor dan mereka pasti akan segera menuju ke sini, tunggu saja.” Lanjut si pedagang kepada kedua mayat itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments