Chapter 14 : Pangeran Vs Prajurit

Sehelai daun kering berwana coklat melayang-layang di udara tertiup angin yang pelan. Daun itu secara perlahan menuju ke bawah sambil terombang-ambing. Tepat saat daun kering itu jatuh di tengah-tengah jarak antara Kenway dan Radek, keduanya pun melesat cepat untuk saling menyerang dengan menggunakan pedang kayu masing-masing.

Kenway kalah cepat, saat mereka sudah berdekatan, Radek mendapatkan kesempatan untuk menyerang duluan. Ia menyerang Kenway dari kanan. Reflek tubuh Kenway yang sudah mulai terlatih dengan cepat bergerak sedikit ke belakang untuk menghindari tebasan pedang dari Radek. Kenway mundur sedikit dan langsung menyerang, membalas serangan Radek. Namun serangan tersebut bisa di tangkis oleh Radek dengan mudah menggunakan pedang kayu. Radek langsung berbalik menyerang lagi setelah berhasil mementalkan serangan Kenway, serangan tersebut nyaris mengenai pipi sebelah kirinya, untungnya Kenway berhasil menahan pedang Radek dengan pedang miliknya. “Nyaris saja, ia benar-benar serius menyerangku. Kalau saja serangan ini tak berhasil aku tangkis, mungkin tulang rahangku bisa retak.” Kenway berkata dalam hati, ia lebih berhati-hati lagi.

Sambil menahan serangan, senyum Kenway terukir. Ia menjadi lebih bersemangat setelah menerima serangan yang kuat dari Radek. “Bagus, sepertinya kau benar-benar serius melawanku.”

“Maaf pangeran, aku hanya melaksanakan perintah yang anda berikan.” Radek tersenyum penuh hormat.

Kenway lantas menghalau pedang kayu milik Radek dan bergerak cepat ke samping kiri Radek, lalu menyerangnya dengan sekuat tenaga dengan pedangnya. Tepat ketika Radek berhasil menangkis serangannya dengan cepat, Kaki kanan Kenway langsung menendang pinggang Radek dengan kuat hingga membuat Radek terpental beberapa meter.

Meskipun tubuh Kenway lebih pendek serta lebih kurus di banding dengan Radek, tenaga dari tendangan Kenway tadi cukup kuat, bahkan bagi orang yang bertubuh gempal dan besar sekalipun bisa terhempas.

Para prajurit yang menonton tak dapat mengatakan apapun untuk beberapa saat setelah melihat Kenway berhasil menendang Radek. Mereka hanya bisa saling berbisik dengan rekan yang ada di dekatnya, menomentari tendangan Kenway yang di ternyata sangat kuat. Suasana jadi sedikit tegang. Diiring suara bisik-bisik dari para prajurit yang berderet rapi di belakangnya, Radek yang tersugkur di rumput perlahan mulai bangkit lagi.

“Kau tak apa-apa,Radek?” Tanya salah satu prajurit yang ada di belakangnya.

Radek hanya merespon dengan gelengan kepala, menandakan kalau ia tak apa-apa. Walaupun tendangan Kenway barusan sangat keras, sepertinya hal itu tidak cukup untuk membuat Radek terluka, ia hanya merasakan sakit ringan di bagian pinggangnya.

Tangan kanan Radek memegangi pinggang ketika ia sudah berdiri tegak menatap Kenway, ia tersenyum. Tadi ia sempat memandang rendah Kenway, meremehkan kemampuannya karena tubuh Kenway yang kurus dan lebih pendek dari dia. Tapi kali ini sepertinya Radek jadi lebih waspada dengan Kenway akibat tendangan yang baru saja mengenainya.

Kenway kembali bersiap untuk melakukan serangan lagi ketika melihat Radek berdiri dengan keadaan baik-baik saja. Ia mulai berpikir kalau Radek benar-benar kuat, jadi Kenway merasa tak perlu ragu-ragu untuk menyerang Radek. Begitu juga dengan Radek, setelah rasa sakit di pinggangnya mulai reda, ia memasang kuda-kuda, bersiap untuk menyerang.

Melesat dengan cepat, Kenway maju ke depan untuk melancarkan serangan lagi pada Radek. Ketika tiba tepat di depan Radek, Kenway langsung mengayunkan pedangnya lagi. Tanpa ragu, ia mengincar leher, namun serangan tersebut berhasil di tangkis oleh Radek meskipun dengan sedikit kewalahan, Radek berhasil menahan serangan Kenway lagi. Pertahanannya hampir goyah, ia mundur selangkah ketika menahan serangan tiba-tiba dari Kenway.

Pandangan mata Kenway bergerak ke atas, Radek dapat melihat gerakan bola matanya dengan jelas. Radek lantas memprediksi kalau Kenway pasti akan menyerang dari arah atas, dan dugaannya tepat, Kenway mengayunkan pedangnya dari arah atas dengan cepat. Karena sudah terprediksi, Tangan kanan Radek yang memegang erat pedang kayu segera melindungi bagian atas yang menjadi titik incaran dari serangan Kenway, yaitu kepala.

Radek dapat melihat celah, pertahanan Kenway terbuka lebar saat ia menyerang dari arah atas seperti itu. Seakan tak mau kehilangan kesempatan, Radek dengan cepat meninju bagian dada Kenway dengan keras hingga membuat Kenway terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangan. Kenway dapat merasakan sakit di bagian dadanya, nafasnya sedikit sesak. Kenway terduduk karena tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya setelah menerima tinju dari Radek. Ia terbatuk-batuk, serangan Radek benar-benar menyakitkan baginya.

Tak berhenti sampai disitu, melihat Kenway yang terduduk lemas sambil batuk-batuk, Radek langsung melancarkan serangan lanjutan. Radek langsung melesat cepat ke arah Kenway, lalu melompat di udara sembari menyerang Kenway lagi.

Mengetahui Radek melanjutkan serangannya, Kenway langsung segera menghindari serangan susulan tersebut dengan melompat sekuat tenaga ke arah belakang. Nafasnya tak beraturan akibat pukulan Radek tadi, pun ia harus memaksakan diri untuk segera bergerak. Kenway duduk jongkok sambil terengah-engah memegangi pedang kayu yang ia tancapkan ke tanah sambil melihat ke arah Radek yang gagal mendaratkan serangan ke arahnya.

Tak peduli walaupun harus memaksakan dirinya setelah bangkit berdiri, Kenway berlari, lalu dengan cepat melakukan serangan balik. Ia menebaskan pedang kayunya ke arah Radek secara beruntun dan Radek berkali-kali berhasil menangkisnya, sesekali juga Radek balas menyerang. Pertarungan adu pedang terjadi sengit di area latihan prajurit.

Para prajurit yang menyaksikan pertarungan antara Radek melawan Kenway hanya bisa terdiam kagum melihat gerakan pedang keduanya yang tampak cepat.

“Benar-benar pertarungan yang hebat.”

“Ternyata, pangeran mampu menandingi Radek, ya.”

“Iya, kita sama sekali tak pernah melihat pangeran bertarung seperti ini.”

“Padahal, usianya baru tujuh belas tahun, tapi sudah sehebat itu.”

Para prajurit yang menonton saling bercakap-cakap membahas pertarungan yang sedang mereka saksikan tepat di depan mata mereka saat ini. Selama ini, mereka tak pernah melihat pangeran mereka itu berduel seperti saat ini, mereka tahunya pangeran sering berlatih pedang bersama komandan di area latihan di kala senja atau malam hari saat area latihannya sedang sepi, yang mereka tahu Kenway hanya di ajari gerakan-gerakan dasar dan beberapa teknik pedang saja oleh komandan. Jadi, wajar kalau mereka benar-benar tak menyangka serta kagum melihat kehebatan Kenway bertarung sangat sengit di tengah tempat latihan melawan Radek.

Menyaksikan pertarungan bersama dengan yang lain, komandan prajurit hanya menyimak dengan seksama. Meskipun tadi ketika pangeran terkena serangan ia sempat merasa cemas, tapi ia merasa tak perlu mengkhawatirkan Kenway secara berlebihan setelah melihatnya yang saat ini mampu mengimbangi salah satu prajurit terkuatnya, Radek.

Kini, ia malah menikmati pertarungan tersebut, padahal tadi sempat melarang Kenway untuk melakukan latih tanding.

Komandan prajurit bersama yang lainya, yang berdiri bersamanya di sekitaran situ tiba-tiba mendengar seseorang bicara dengan penuh wibawa.“Sepertinya, kau sudah melatih anakku dengan baik.”

Begitu suara tersebut masuk ke dalam telinganya, Komandan prajurit langsung merasa takluk, tak berkutik. Dengan perlahan, ia menengok ke arah sumber suara yang berasal dari sebelah kirinya.

“Ra-ratu?!” Komandan prajurit terbata-bata, menatap ke arah sang ratu.

Apa yang daritadi ia khawatirkan pun terjadi, ratu Caroline benar-benar datang ke tempat latihan bersama dengan suaminya, Raja Joel. Semua prajurit yang ada di dekat mereka berdua pun langsung memberi hormat pada raja-ratu mereka.

Sementara itu di tengah tempat latihan, Kenway dan Radek masih bertarung. Mereka saling serang dan menghindar. Mengayunkan pedang, menangkis, mencoba memukul, menghindar, keduanya berusaha untuk mencari celah, juga menjaga pertahanan diri. Suara pedang kayu yang saling berbenturan pun terdengar dengan tempo yang lumayan cepat.

Kenway secara tak sengaja melakukan kesalahan, ia mencoba menebas Radek dari samping kiri, dan mebiarkan sebuah celah terbuka di bagian dadanya lagi. “Gawat!!” Ucap Kenway dalam hati saat menyadari kesalahannya.

Radek lagi-lagi menangkis serangan Kenway menggunakan pedang kayunya yang ia pegang erat di tangan kiri, sementara tangan kanannya lagi-lagi meninju dada Kenway. Lagi-lagi, Kenway terpental sedikit ke belakang, ia terkena serangan yang sama dua kali.

Namun, kali ini ia tak tumbang seperti tadi. Kenway berusaha tetap berdiri sembari menahan rasa sakit bercampur sesak di dadanya. “Sial, aku terkena serangan yang sama, rasanya benar-benar sakit.” Kenway terbatuk usai berkata demikian.

Setelah menarik nafas panjang, Kenway langsung melempar pedang kayunya sekuat tenaga ke arah Radek. Pedang tersebut melesat dengan cepat seperti anak panah dengan ujung bilahnya mengarah ke Radek.

“Dia melempar pedangnya?!” Katanya Radek dalam hati. Radek terkejut dengan apa yang Kenway lakukan.

Pedang kayu melesat cepat mengarah ke kepala Radek. Bukanya menghindari pedang tersebut, Radek malah menepisnya dengan pedang kayu miliknya. Pedang kayu milik Kenway pun berputar-putar di udara setelah di tepis Radek menggunakan pedangnya.

Karena dari tadi perhatian Radek terfokus pada pedang kayu milik Kenway, ia jadi tak menyadari kalau Kenway sudah ada tepat di hadapannya. Karena Kenway lebih pendek, dia hanya perlu merendahkan badanya sedikit agar bisa menemukan celah pertahanan Radek.

Tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Kenway berniat melancarkan serangan ke Radek yang celah pertahanannya terbuka lebar. Tangan kanan Radek yang memegangi pedang masih mengarah ke atas karena tadi ia gunakan untuk menepis serangan pedang Kenway.

“Celahmu terbuka, prajurit.” Kata Kenway pada Radek sambil memukul rahang bawah Radek.

“Gerakannya cepat sekali!” Kata Radek dalam hati saat tubuhnya tumbang.

Kenway menggerakan tinjunya dari bawah ke atas dengan sekuat tenaga hingga Radek terangkat sedikit ke atas. Pukulannya benar-benar kuat hingga mampu membuat Radek yang bertubuh lebih besar darinya tumbang, setengah pingsan.

Kenway memandangi Radek yang telentang di hadapannya, kemudian mengambil pedang kayu milik Radek yang terlepas dari genggaman tangan. Kenway lantas mengarahkan bilah pedang kayu tersebut ke arah Radek yang tumbang di hadapannya. Pertarungan pedang kayu pun di menangkan oleh Kenway, pangeran kerajaan Matahari.

Tepuk tangan yang meriah pun terdengar di sana. Kenway mengangkat tangan dengan penuh kebanggaan sambil melihat sekeliling. Semua bertepuk tangan, termasuk komandan prajurit, Raja Joel dan Ratu Carolina, mereka semua bangga dengan pangeran Kenway.

“Ayah? Ibu?” Ekspresi wajah Kenway langsung berubah, dari senyum sombong penuh kebanggaan, menjadi bingung tak karuan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!