Chapter 13 : Kenway Ingin Latihan

Setelah mendarat ke tanah dengan sempurna, Kenway lantas berjalan menuju ke arah padang rumput tempat para prajurit berlatih. Rambutnya yang berwana perak terurai, melambai di terpa angin. Ia merapikan kerah lehernya sembari berjalan tegak. Di dalam kepalanya sudah terpikirkan tentang apa yang akan ia lakukan. Bibirnya tersenyum, tak sabar ingin segera bersenang-senang mengayunkan pedang pada prajurit terkuat di padang rumput itu.

Komandan prajurit masih mengawasi para anak buahnya dari tepi area latihan, ia dalam konsentrasi penuh. Namun, perhatian komandan prajurit terhadap para anak buahnya teralihkan ketika Kenway menepuk pundaknya secara tiba-tiba.

“Pangeran Kenway?!” Komandan Prajurit agak sedikit terkejut ketika menatap Kenway.

“...” Kenway hanya diam. Ia berdiri di samping komandan prajurit.

“Kenapa anda ada di sini, bukankah seharusnya saat ini anda masih belajar di perpustakaan?”

“Aku bosan di perpustakaan, tanganku gatal ingin berlatih teknik pedang.” Sambil berkata demikian, Kenway menatap lurus ke arah para prajurit yang sedang berlatih bertarung dengan pasangan masing-masing. Ia seakan sedang menganalisa.

Melihat Kenway ada di sebelahnya, komandan prajurit merasa gelisah. Dia khawatir kalau seandainya nanti raja dan ratu tiba-tiba datang ke tempat latihan untuk melakukan pengawasan secara mendadak seperti yang biasa mereka lakukan. Bisa gawat kalau mereka berdua tahu pangeran ada di tempat latihan.

“Emm... Pangeran, bukankah sebaiknya anda tetap berada di perpustakaan sampai waktu belajarnya selesai?”

“...” Kenway diam saja, masih menatap ke arah yang sama.

“Nanti bisa-bisa kita semua kena marah ratu kalau anda ketahuan ada di sini.” Komandan prajurit terlihat canggung berdiri di sebelah Kenway. Kedua telapak tangannya saling mengenggam, sesekali ia menggesek-gesekan kedua telapak tangan tersebut. Komandan melakukan gerakan tak beraturan untuk menyalurkan perasaan grogi.

Kenway berjalan sambil terus fokus menatap salah satu prajurit. Kenway tersenyum, merasa kalau prajurit itu adalah yang terkuat di antara yang lainnya. Tubuhnya tinggi, ototnya terlihat kekar meskipun menggunakan baju lengan panjang. Cara ia mengayunkan pedang kayunya ke musuh terlihat kencang, sangat terlatih.

Dengan santainya, Kenway menuju ke tempat dimana peralatan prajurit diletakan, ada tameng, pelindung lutut, pelindung kepala dan pedang kayu. Ia menatap ke arah peralatan tersebut, untuk kemudian memutuskan untuk mengambil sebuah pedang kayu.

Tangan kananya memegang bilah pedangnya, sementara yang kiri memegang ujung bawahnya yang di gunakan sebagai gagang. “Baiklah, aku pakai yang ini saja.” Kenway meluruskan pedang kayunya dengan mengarahkan mata pedangnya ke atas, lalu menebaskannya pelan ke udara satu kali. Kenway lantas berjalan mendekat ke arah komandan prajurit sambil membawa sebilah pedang kayu.

Komandan prajurit masih tampak khawatir melihat Kenway yang berjalan ke arahnya sambil membawa pedang kayu. “Pa-pangeran, anda yakin akan ikut latihan pedang?” Komandan prajurit menoleh ke kanan dan kiri, mengamati sekitar karena khawatir kalau raja dan ratu tiba-tiba muncul.

“Sudahlah komandan, tak perlu memasang wajah khawatir begitu...” Kenway menepuk pundak komandan, “Sebaiknya, kau izinkan aku untuk melakukan latih tanding dengan salah satu prajurit terkuatmu.” Lanjutnya.

“Pangeran, ini belum waktunya untukmu melakukan latih tanding, anda masih perlu berlatih bebrapa teknik lagi. Kalau anda nekat dan bertindak ceroboh, anda bisa terluka.” Komandan mencoba memperingati Kenway karena khawatir.

Kenway melangkah sedikit ke depan, mengambil beberapa jarak dari komandan. Ia terus mengawasi prajurit yang ingin ia ajak berduel. Prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot itu pada akhirnya berhasil membuat lawan latihannya tumbang. Prajurit tersebut lantas mengarahkan pedang kayu yang ia pegang ke arah lawan latihannya. Kenway tersenyum melihat hal itu, ia yakin tak salah dengan pilihan lawan latihan tandingnya kali ini.

kakinya perlahan melangkah ke depan, kedua tangannya memegangi erat pedang kayu, Kenway bersiap mengerang prajurit pilihannya itu dari tepi tempat latihan. Langkahnya makin lama makin cepat, senyumnya juga makin melebar, ia sangat bersemangat.

Komandan prajurit yang masih berdiri di tepi lapangan sempat hendak memperingati Kenway lagi agar ia tak ikut latihan bersama para prajurit, apalagi latih tanding, komandan belum sepenuhnya percaya dengan kemampuan Kenway. Tapi ia mengurungkan niatnya itu karena ia tahu kalau Kenway pasti tak akan mendengarkan peringatan darinya dan akan tetap bertindak sesuka hati, Kenway memang keras kepala.

“Percuma saja aku memperingati pangeran Kenway, dia itu keras kepala sekali.” Komandan prajurit menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. “Sepertinya, gajiku sedang dalam bahaya.” Lanjutnya sambil tersenyum menatap Kenway yang kini berlari pelan hendak menyerang salah satu prajurit.

Prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot itu belum sadar kalau ada Kenway yang hendak menyerangnya dari belakang. Prajurit tersebut tampak sedang mengulurkan tangan kananya pada rekannya yang baru saja ia kalahkan dalam latih tanding, keduanya saling melempar senyum. Namun, beberapa saat kemudian ekspresi wajah dari rekan yang ada di hadapannya itu seketika berubah sesaat setelah melihat Kenway yang terlihat melayang di udara sambil berpose akan menyerang prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot itu dari belakang. “Awass, dibelakangmu!” kata rekanya dengan sedikit berteriak.

Mata prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot itu mendadak menjadi tatapan tajam, instingnya mulai aktif, ia mulai merasakan kalau ada seseorang yang hendak menyerangnya dari belakang.

Kenyaw menebaskan pedang kayunya tanpa ragu ke arah punggung prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot. Namun serangan itu berhasil di tangkis dengan pedang kayu. Dengan mudahnya, target Kenway mampu berbalik badan dengan cepat dan melindungi dirinya dengan pedang kayu. Kenway tersenyum, “Cepat sekali ia berbalik badan.” Ujar Kenway dalam hati.

Begitu kedua kakinya mendarat di rumput, Kenway segera melancarkan serangan berikutnya. Ia lantas mengayunkan pedang kayunya lagi. Kali ini Kenway mengarahkan ke area pinggang lawan, namun, serangan tersebut tak berarti apa-apa bagi prajurit tangguh itu. Serangan Kenway berhasil di tangkis lagi.

“Hebat juga, sepertinya aku tak salah pilih lawan.” Kenway tersenyum, kemudian lanjut menyerang bagian atas,dan lagi-lagi serangan tersebut berhasil di tahan. Pedang kayu mereka kini saling menempel, saling mendorong sekuat tenaga satu sama lain.

“Siapa namamu?” Kenway bertanya.

“Radek, pangeran.” Prajurit bertubuh tinggi besar dan berotot itu menyebutkan namanya.

Komandan prajurit yang dari tadi mengawasi keadaan di area latihan dari tempatnya berdiri, ia tampak memegangi jidatnya. “Sepertinya, pangeran salah memilih lawan. Radek adalah salah satu prajurit terkuat, kenapa dia malah memilihnya. Ini gawat.”

Dengan hati penuh ke khawatiran, komandan prajurit berjalan cepat menuju ke area latihan agar dapat melihat pangeran Kenway dan Radek, atau lebih tepatnya agar suaranya dapat di jangkau oleh orang-orang di situ karena ia akan berpesan sesuatu pada Radek.

“Radek, jangan terlalu serius melawan pangeran Kenway, dia sangat pemula, masih perlu belajar banyak hal.”

Radek menatap komandan prajurit dalam diam, lalu mengangguk dan melihat fokus ke arah Kenway, bersiap – siap dengan serangan selanjutnya.

“Tak usah dengarkan apa yang di katakan komandan, lawan aku dengan seluruh kemampuanmu.” Kenway malah menantang, ia tersenyum dengan penuh percaya diri.

“Tapi pangeran, kalau terjadi sesuatu pada anda, hamba bisa dikenai sanksi yang berat.” Kata Radek, ia tampak tak se rileks tadi, mulai khawatir karena menyadari kalau ia hanya seorang prajurit biasa, ia bisa saja di pecat dari pekerjaanya jika tak sengaja melukai pangeran Kenway.

“Sudahlah jangan khawatir, aku tidak selemah itu, jangan meremehkanku!” Kenway memperkuat kuda-kuda kakinya, bersiap untuk menyerang. “Tenang saja, kau tidak akan di pecat hanya karena melukai ku, justru jika kau tidak melawanku dengan sungguh-sungguh, kau yang akan babak belur dan aku yang akan memecatmu sendiri.”

Mendengar apa yang pangeran Kenway katakan padanya membuat Radek si prajurit terkuat tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia lantas mengambil jarak, mundur beberapa langkah. Radek tersenyum, bersiap menyerang Kenway.

“Baiklah pangeran, hamba akan bertarung dengan anda dengan sekuat tenaga.”

Keduanya saling bersiap untuk menyerang, baik Kenway maupun Radek terlihat serius bersiap mengayunkan pedang. Para prajurit yang ada di area latihan mulai menepi, memberikan ruang untuk Kenway dan Radek agar mereka bisa leluasa melakukan latih tanding.

Suasana sekitar terasa menegangkan, para prajurit saling berbicara satu sama lain dengan suara yang pelan, membicarakan tentang Radek dan pangeran Kenway. Beberapa juga ada yang bertaruh.

Angin yang berhembus terasa hangat, membuat rambut panjang Kenway yang berwarna perak melambai, sedikit berkilau di saat terkena biasan sinar matahari. Di bawah langit biru yang cerah, pertarungan latih tanding antara pangeran dan prajurit terkuat kerajaan Matahari pun berlangsung.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!