Chapter 17 : Hasil Rapat

Angin berhembus kencang menerpa wajah Kenway kala ia sedang berdiri di dekat tempat latihan. Disana tampak sepi, tak ada seorang prajurit pun yang berlatih. Pemandangan semacam ini jarang sekali terjadi, apa yang Kenway lihat terasa asing baginya.

Dengan menggunakan sebuah tongkat kayu, Kenway yang baru saja siuman berjalan perlahan di tepi padang rumput. Penampilannya tampak lusuh karena beberapa lama tak mandi dan menata diri, ia hanya mengenakan baju pasien saat jalan-jalan.

Dengan sedikit bersusah payah, pangeran kerajaan Matahari itu jalan pincang menuju ke pohon yang ada di tengah padang rumput tempat para prajurit berlatih. Di bawah pohon tersebut ia termenung sembari menatap ke arah batang pohon itu.

Ia teringat tentang ayah dan ibunya. Dulu waktu kecil ibunya selalu mendidiknya dengan keras. Kenway selalu mendapat porsi latihan pedang yang lumayan banyak. Ada hal-hal yang membuatnya sakit hati dengan cara didikan ibunya tapi disisi lain ia juga sadar kalau ibunya begitu baik padanya. Sekarang, setelah menyadari sang ibu tiada, perasaan rindu tak terbendung hinggap di hati hampir sepanjang waktu.

Suara perintah-perintah latihan dari ibunya terngiang-ngiang di dalam kepalanya, bercampur dengan kalimat-kalimat pujian yang disampaikan oleh ibunya ketika ia berhasil melakukan sesuatu yang diperintahkan ibunya. Kenway, larut dalam kenangan masa lalu.

Kenway memukul pohon yang ada di hadapannya dengan kepalan tangan kanan. Dalam diam, air matanya mengalir di kedua pipinya. Perasaan sedih begitu sesak ia rasakan saat teringat tentang ayah dan Ibunya.

Tak lama kemudian…

"Saat Sarah mengabari semua orang kalau, kau telah sadar, semua orang langsung ke ruang medis, ketika semua orang tiba diruang medis, kau malah tidak ada…"

Komandan Prajurit tiba-tiba saja sudah berada di belakang Kenway.

"Semua orang termasuk adikmu kini mencarimu ke beberapa bagian istana, ternyata kau disini, ya." Lanjut komandan prajurit.

Kenway agak sedikit terkejut mendengar suara Komandan prajurit yang tiba-tiba terdengar, ia segera menghapus air mata. Ia tak mau ada orang yang melihatnya menangis, karena itu memalukan.

Kenway berbalik badan dan kemudian berkata, "Nyamijan, kau mengagetkanku saja." Sambil berusaha tersenyum.

Nyamijan, adalah nama Komandan prajurit kerajaan Matahari. Ia sudah bekerja sebagai komandan prajurit di kerajaan Matahari selama sekitar tujuh belas tahun.

nyamijan, diangkat sebagai komandan di hari kelahiran Sarah dan Kenway. Kadang kalau ada waktu luang juga ia sering menyempatkan diri untuk bermain bersama Kemway kecil.

"Tubuhmu kuat juga ya, pangeran. Padahal baru sadar dari koma, tapi kau sudah bisa jalan-jalan sendiri tanpa pelayan."

Kenway hanya tersenyum menanggapi pujian Komandan prajurit.

"Apa kau mencemaskan sesuatu?" Kata Nyamijan lagi.

Kenway menggelengkan kepala. Kemudian menatap ke arah langit biru untuk beberapa detik sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak mencemaskan sesuatu, tapi merindukan sesuatu."

Semua orang keluar melewati pintu ruang rapat kerajaan Matahari, rapat telah selesai. Sarah benar-benar akan dinobatkan sebagai pemimpin berikutnya, itu adalah keputusan mutlak yang telah ditetapkan melalui hasil rapat para petinggi dan perwakilan masyarakat.

"Kau benar-benar berani mengambil resiko, ya." Ucap seorang yang tampak tua dan berjenggot panjang kepada Gustav si penasehat kerajaan.

Gustav tersenyum sembari mengimbangi langkah kaki orang tua yang mengajaknya bicara.

"Aku hanya mewujudkan keinginan Ratu Veronika saja, Tuan Faustin." Jawab Gustav.

Faustin, adalah kakak dari raja Joel yang berasal dari negeri seberang bernama Volvagia, dia adalah paman Kenway dan Sarah. Selain datang untuk melayat dan berduka atas kematian adiknya, Faustin juga berniat untuk berpartisipasi dalam rapat pemilihan pemimpin kerajaan Matahari. Dia sudah berada di kerajaan Matahari sekitar tiga hari lamanya.

"Apa kau yakin ini seperti yang istri adikku inginkan?"

"Aku ini sudah lama bekerja untuk Raja Joel dan Ratu Veronika, bisa dibilang aku ini setia pada mereka, jadi aku paham apa yang mereka inginkan." Kata Gustav.

"Ya kalau dipikir-pikir, kau juga sudah ku anggap seperti kluarga sendiri…"

"Trimakasih, tuan Faustin, aku sangat menghargai itu."

"Hanya saja, kalau boleh jujur, aku rasa Kenway lebih layak dijadikan pemimpin."

Setelah mengobrol sedikit tentang hasil keputusan rapat tadi, Gustav dan Faustin beralih mengobrol santai membahas tentang Volvagia, tempat tinggal Faustin. Kebetulan Gustav belum pernah berkunjung ke sana.

Di padang rumput tempat latihan, Kenway dan Komandan Prajurit, Nyamijan mengobrol sambil berjalan santai di tepian. Mereka berdua hendak kembali ke ruang medis.

Topik yang mereka bahas adalah tentang kejadian saat pencarian. Mereka saling berbagi informasi, Nyamijan bercerita pada Kenway kalau Mayat Raja Joel dan Ratu Veronika ditemukan dalam keadaan tragis. Mayat keduanya tertancap di sebuak pohon besar dengan pedang panjang yang menusuk dari bagian perut hingga tembus ke bagian belakang sampai ke pohon.

Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Kenway merasa kecewa dan sakit hati. Dendam mulai tersulut saat itu juga, bersiap untuk membara.

"Lantas, Bagaimana sosok yang saat itu menyerangmu secara tiba-tiba? Apa kau mengingat wajahnya?" Tanya Nyamijan.

Kenway menggelengkan kepala.

"Dia menggunakan topeng berwarna putih dan pakaian serba hitam, jadi aku tidak bisa mengenalinya." Kata Kenway sambil berjalan menggunakan tongkat.

"Sudah pasti dia adalah salah satu anggota kelompok penjahat yang melakukan penyerangan pada raja dan ratu."

Kenway mengangguk dengan pasti, "Yang jelas, dia sangat kuat sekali, satu tendangannya saja mampu membuatku terpental cukup jauh."

"Kekuatan Fisik yang diluar nalar, ya?"

"Iya, dia kuat sekali, padahal badannya tidak begitu berotot dan cenderung agak kurus."

Entah kekuatan seperti apa yang dimiliki oleh pria misterius yang menyerang Kenway malam itu. Nyamijan yang seorang komandan prajurit yang sudah lumayan berpengalaman dalam pertarungan saja tidak tahu menahu soal kekuatan itu.

Nyamijan sendiri antara percaya dan tidak, dia juga lupa-lupa ingat apakah dia pernah bertarung melawan orang yang memiliki kekuatan semacam itu atau tidak.

"Kalau tidak salah ingat aku pernah bertemu seseorang dengan kekuatan fisik semacam itu, tapi entahlah, ingatanku benar-benar buruk, maaf." Ucap Nyamijan.

Kenway dan Nyamijan hampir tiba di ruang medis. Sambil jalan, Kenway mengingat sesuatu. Saat ia sudah tumbang, sebelum benar-benar pingsan, malam itu dia mengingat ada seseorang yang menyelamatkan dirinya dan bertarung melawan pria misterius itu sendirian.

"Ngomong-ngomong, Nyamijan."

"Ada apa, pangeran?" Tanya Nyamijan.

"Kalau tak salah ingat, malam itu sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri, sepertinya ada orang yang membantuku, dia juga bertarung melawan si pria misterius."

Komandan Prajurit diam sejenak, tersenyum dan pada akhirnya berkata, "Jadi, kau tidak tahu ya?"

Kenway menggelengkan kepala.

"Radek, dia tak sengaja melewati lokasi pertarungan kalian dan menamukanmu sudah tak berdaya sementa si pria bertopeng hampir membunuhmu." Jelasnya.

"Oh, Jadi, Radek ya? apa dia berhasil mengalahkannya?"

Nyamijan menggeleng. "Radek kalak telak, dia juga dihajar habis-habisan sampai tangannya patah."

"Di mana dia sekarang? aku tak menemukan siapapun selain diriku di ruang medis." Kenway penasaran.

"Dia ijin cuti dan pergi ke rumah neneknya untuk menyembuhkan tangannya. Dia itu benar-benar sederhana dan lebih percaya dengan pengobatan tradisional dari neneknya."

Mendengar jawaban dari Nyamijan, Kenway tersenyum lega. Setidaknya dia tak kehilangan rival duel-nya. Mereka janji akan bertarung lagi dilain kesempatan.

Bersambung ….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!