Chapter 3 : Berita Buruk

Angin berhembus kencang, terasa sedikit dingin menerpa tubuh siapapun, seluruh masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman bagian utara kerajaan Matahari beraktivitas seperti biasa. Berdagang, bertani, merajut kain sutra, dan beragam pekerjaan lain mereka lakukan dengan senang hati.

Angin hangat yang mengalir dari wilayah perbatasa berhembus ke seluruh wilayah kerajaan Matahari. Beberapa penduduk yang beraktivitas dapat merasakan hawa dingin dari aliran angin tersebut.

“Tiba-tiba dingin sekali.”

“Iya, entah kenapa perasaanku jadi sedikit tidak enak.”

Dua orang yang sedang melakukan kegiatan jual beli saling mengobrol setelah di terpa angin dingin. Yang lain pun beberapa ada yang merasakan hal yang sama, ada perasaan tak enak di hati mereka.

Langit biru tanpa batas membentang di atas istana kerajaan Matahari, matahari bersinar cerah, cahaya hangatnya menerpa seluruh area kerajaan. Kehidupan yang damai berjalan seperti biasa di sana, para prajurit sibuk berlatih, para pelayan sibuk membersihan istana, pengurus kuda sibuk memberi makan kuda-kuda istana dan para mentri sibuk mengurus dokumen-dokumen penting kerjaan.

Begitu juga dengan Kenway dan Sarah, pangeran dan putri dari kerajaan Matahari itu menjalani kegiatan harian mereka seperti biasa. Namun, ada yang sedikit berbeda untuk beberapa hari ini, mereka menjalaninya tanpa pengawasan raja dan ratu.

Di dalam istana, tepatnya di ruang baca, Sarah sedang melihat jadwal kegiatan yang diberikan ratu,yang tertulis di atas secarik kertas, sambil melangkah menyusuri rak-rak buku di sana, ia berkata “Belajar tentang keuangan sudah, strategi perang dan peralatan sudah... sejarah kerajaan, juga sudah Hmm... yang tersisa untuk hari ini hanya tentang ekonomi.” Sarah mengambil sebuah buku, kemudian duduk di tempat favoritnya yaitu di dekat jendela yang mengarah ke padang rumput tempat latihan, di mejanya tersedia cemilan dan minuman hangat yang menemaninya belajar.

Hari ini semua orang sangat sibuk, seuasai sarapan, Sarah sudah harus pergi ke beberapa tempat di istana untuk memeriksa pekerjaan para mentri dan para staff kerajaan lainya. Semua itu ia lakukan untuk menggantikan tugas sang ratu yang masih dalam kunjungannya.

Sebelum pergi meninggalkan istana, sang ratu sempat memberikan daftar tugas-tugas kerajaan yang sekiranya bisa di kerjakan Sarah. Menurut ratu, mungkin ini kesempatan yang bagus untuk Sarah mempraktekan ilmu yang ia pelajari selama beberapa tahun terakhir. Tentu saja saat melakukan tugas-tugasnya, Sarah di temani sang penasehat kerjaan karena biasanya memang si penasehatlah yang mengerjakan beberapa tugas kerajaan saat ratu sedang melakukan kunjungan. Tapi, sepertinya ratu tak perlu menghawatirkan keadaan istana, karena ternyata Sarah cukup cekatan dan pandai mengerjakan semua itu. Semuanya terkendali dengan baik, Penasehat juga kagum akan hal itu. Sarah memang anak yang pintar dan berbeda dengan gadis seusiannya.

Sarah yang saat ini sedang membaca buku di dekat jendela, sedikit merasa bosan, ia hanya membuka bukunya saja di atas meja, sementara pandangannya mengarah keluar jendela, ke arah lapangan latihan. Dari pandangan Sarah, terlihat Kenway yang sedang latihan pedang bersama Komandan prajurit. Sarah terlithat tersenyum, mengagumi kakaknya yang terlihat berlatih dengan sungguh-sungguh.

“Dia benar-benar berlatih dengan serius, aku juga tidak boleh kalah, harus semangat juga!” Gumam Sarah pada dirinya sendiri. Setelah memperhatikan kakaknya yang berlatih, rasa bosannya seakan hilang, ia kembali bersemangat dan melanjutkan belajarnya.

Sementara itu di tak jauh dari gerbang istana...

Seorang pria yang mengenakan seragam prajurit kerajaan Matahari berjalan dengan langkah kaki yang tertatih, di sertai darah yang menetes ke tanah. “Aku... harus segera melaporkannya ke istana. Tinggal se-dikit... lagi.. aku sampai” Sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat, orang itu nekad berjalan terseok-seok. Dia terluka parah.

Ia semakin mendekati gerbang, salah satu dari dua orang penjaga yang sedang bertugas menjaga gerbang mulai menyadari keberadaanya.

“Apa kau lihat, di depan sana sepertinya ada yang terluka...” Katanya kepada rekannya. Ia terlihat gugup dan sedikit panik saat mengatakan itu.

“Kau benar.. kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia salah satu prajurit istana ini...” Jawab rekannya.

Dengan segera, mereka berdua pun menghampiri orang terluka yang mereka lihat itu.

Sementara pria yang di duga kerajaan yang terluka parah itu masih terus berusaha mendekati gerbang, ingin rasanya ia berteriak, memberitahu tentang kejadian yang ia alami dan pristiwa yang ia lihat kepada para penjaga itu, namun ia tak punya cukup tenaga untuk melakukan hal itu. Otot-otot kakinya terasa lemas, darah terus mengalir dari beberapa bagian tubuhnya yang mulai mati rasa. Pandangannya mulai buram, sampai akhirnya ia pun tersungkur ke tanah sebelum dua orang prajurit itu sempat menolongnya.

“Hei, bertahanlah!! Apa yang telah terjadi padamu.” Kata salah satu prajurit yang sudah tiba di dekatnya.

Di Tubuh prajurit itu terdapat beberapa luka sayatan. Meskipun tubuhnya sudah mati rasa dan tersungkur di tanah, ia tetap berusaha mempertahankan kesadarannya.

“Pergilah ke ruang pengobatan, bawa tim medis kesini. Cepat!” Salah satu penjaga segera pergi melapor, sementara rekannya tetap berada di situ. Ia memposisikan prajurit yang terluka ke keadaan yang lebih nyaman. Si penjaga gerbang istana tak berani membopongnya karna ia tak tahu menahu tentang luka yang di alami si prajurit, ia khawatir, akan memperparah lukannya.

“Bertahanlahh, tim medis akan segera datang.” Penjaga gerbang kerajaan itu mencoba menenangkan.

Dengan sisa tenaga sedikit ia terus berusaha mempertahankan kesadarannya, si prajurit kerajaan yang terluka itu berkata pada penjaga gerbang, “Raja dan ratu... tewas di perjalanan... mereka di bunuh oleh kelompok penjahat misterius....”

Beralih ke tempat latihan. Disana Kenway yang sedang berlatih bersama komandan terlihat kelelahan, ia sudah berlatih sejak tadi pagi dan saat ini matahari sudah hampir sampai di posisi tertinggi nya. Kenway masih melakukan latihan, ia masih berlatih mengayunkan pedang.

“Pangeran, anda terlihat kelelahan, bukankah sebaiknya anda beristirahat sebentar, lagipula mataharinya sudah semakin meninggi, waktu latihan kita juga hampir selesai.”

Sambil terus melakukan gerakan, Kenway menjawab “Aku harus segera menguasai teknik yang di ajarkan ayah, agar aku bisa menunjukankannya saat ayah pulang nanti.”

Komandan prajurit tersenyum bangga “Anda memang keras kepala... baiklah, aku akan menemanimu latihan lagi.”

Keduanya pun memasang kuda-kuda sambil memegang pedang masing-masing, keduanya bersiap untuk saling menyerang.

Namun, belum sempat mereka melanjutkan latihan, penashat kerajaan melangkah mendekati meraka dari sisi tempat latihan.

“Pangeran, maaf aku mengganggu latiahan anda...” Kata penasehat sambil melangkah perlahan mendekati Kenway dan komandan prajurit. Segera setelah itu, Kenway berhenti.

“Ada apa penasehat, apa kau butuh bantuan?”

Wajah penasehat terlihat sedikit murung, matanya sayu dan sedikit datar... tampak sekali kalau ia sedang berusaha menyembunyikan kesedihan. Melihat wajah penasehat yang seperti itu, Kenway merasa ada yang tidak beres.

“Tidak pangeran, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu...”

“Ada apa?” Tanya Kenway lagi.

Penasehat berhenti melangkah setelah berada di hadapan Kenway dan komandan prajurit.

Kemudian, dengan sangat berat hati di sertai perasaan tak tega, Penasehat melajutkan perkataannya yang terpotong.

“Raja dan Ratu telah.... meninggal dunia....”

Angin kencang berhembus di sekitar, susasana menjadi hening sejenak.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!