Mariana memilih untuk melakukan semua pekerjaan yang diinginkan oleh suaminya, meskipun pada dasarnya dirinya merupakan seorang wanita yang suka membantah Tapi entah mengapa urusan dengan elang membuat dirinya begitu lemah.
Apapun pekerjaan di rumah itu terpaksa dilakukannya hanya karena tetap ingin menuruti gengsi, dan berpikir kalau suaminya suatu saat pasti akan menerima kehadirannya.
wanita itu sampai lupa dan juga sadar sebenarnya uang itu hanya terpaksa untuk menikahinya, karena ingin mencari babu gratis San yang tidak perlu dibayar tetapi dengan sukarela melakukan kerjaan.
Sudah siang sedikitpun makanan belum masuk ke dalam lambungnya karena mulutnya terasa begitu pahit, dirinya bekerja pun dengan hati-hati takutnya nanti bakalan menghancurkan barang mewah milik rumah itu.
Mariana merasa bahwa dirinya seorang istri tapi babu artinya statusnya di kertas adalah istri sah tapi di dunia nyata hanyalah seorang babu, pantasnya diperintah dan diperlakukan dengan begitu buruk dan juga pantasnya tidak ada yang peduli dengan keberadaannya.
kalau semua orang menganggap bahwa keadaannya ini memang wajar tetapi baginya tidak wajar sama sekali, soalnya hubungannya dengan elang itu baru terbina dan juga baru Sah kenapa malah diperlakukan dengan begitu buruk?
Naima terlihat begitu frustasi di kampung halamannya karena tidak bisa menghubungi Marina sama sekali, sangat tidak masuk akal kalau misalnya alasannya di kota itu sinyalnya susah maka dari itu tidak akan pernah nyambung.
Ningsih yang kebetulan hari ini melewati rumah Naimah terlihat merasa heran dengan keadaan wanita itu, di mana Dari tadi semenjak dirinya pergi sampai kembali wanita yang sudah paruh baya itu hanya duduk di teras sambil memegang ponselnya.
" Tante Naimah, kenapa? Apakah ada masalah dengan Mariana di kota atau tante sendiri yang ada masalah di sini, ngomong dong Siapa tahu mungkin Ningsih bisa bantu Soalnya kan ini sih pengangguran jadi tidak melakukan pekerjaan apapun? "tawar Gadis itu yang selalu perhatian kepada Naima.
Sebenarnya dulu sebelum Mariana mengenal yang namanya gadget dirinya dan juga Ningsih itu berteman dekat, apapun yang mereka lakukan selalu bersama-sama Tetapi semenjak pergaulan Mariana itu sudah pada orang jauh ya hasil akhirnya mereka bermusuhan.
sebab alasannya Mariana tidak ingin berhubungan dengan Ningsih Karena Wanita itu tidak satu level pergaulan dengan dirinya, kemudian Ningsih itu selalu melarang ketika dirinya ingin mencoba hal baru dan lebih sering mengadukan perbuatan di luar sana kepada Naimah.
Naima tersenyum ketika melihat Lagi Dan Lagi Ningsih selalu perhatian kepadanya seperti ini, Padahal anaknya saja belum tentu memberikan perhatian yang kebanyakan lebih memilih untuk malas tahu dan tidak peduli.
"Apakah jarak dari kampung ini ke kota tempat tinggal Mariana itu sangat jauh ya, dan mungkin di sana lagi susah jaringan atau apa sih sampai-sampai dia tidak bisa dihubungi sama sekali? "tanya Naima.
Ningsih terlihat hanya menghela nafasnya kasar karena di mana-mana itu dari dulu sampai sekarang peraturannya pembangunan selalu dari kota ke kampung, Jadi kalau misalnya di kampung mereka saja sudah ada jaringan Ya otomatis di kota lebih bagus lagi.
" ya jangan sampai mungkin ponselnya mati gitu belum sempat di charger, soalnya kan kebiasaan Mariana itu karena sebuah masalah baru tentu dia akan melupakan hal yang lama kan? " ujar Ningsih berharap agar kekhawatiran wanita yang ada di hadapannya ini sudah sedikit menghilang.
Naima menggelengkan kepalanya karena dirinya yakin alasannya tidak seperti itu, pasti di sana anaknya sedang menghadapi masalah dan di sini dirinya tidak bisa membantu sedikitpun.
"mariana itu sedetikpun tidak bisa meninggalkan ponselnya, Jadi kalau misalnya sudah lowbat tentu saja bakalan langsung di charger! maka dari itu tante sangat tidak yakin kalau misalnya dia sampai memilih Abai dengan ponselnya, sepertinya anak tante itu sedang menghadapi masalah dan kita semua tidak tahu apa yang sedang dihadapinya."Naima adalah wanita yang melahirkan Mariana jadi tentunya paham dengan masalah anaknya itu.
tidak tahu harus bersikap Bagaimana sebab dirinya juga tidak bisa menghubungi Mariana dari kemarin, dirinya tidak pernah mempermasalahkan sikap wanita itu sebab menurutnya setiap manusia itu kan bisa berubah.
"Ya sudah kalau bisa Tante positive thinking aja deh! maksudnya jangan terlalu cemas berlebihan dan juga berpikir yang tidak tidak, jangan sampai memang di sana dia lagi ingin bersama suaminya dan juga tidak ingin diganggu oleh siapapun? "saran Ningsih untuk membuat suasana di sini lebih nyaman dan juga aman.
Naima terpaksa mengganggu kan kepala meskipun hatinya benar-benar berkata bahwa anaknya dalam keadaan tidak baik-baik saja, namun balik lagi kalau misalnya dirinya orang kaya tentu saja sudah bisa membayar mata-mata untuk mencari tahu keberadaan Mariana.
sangat masuk akal jika wanita tersebut berpikiran seperti ini, pasalnya anaknya itu adalah harta yang paling berharga Meskipun tidak pernah dihargai layaknya orang tua tetapi Bukankah darah itu lebih kental daripada air?
"semoga saja di sana memang di dalam keadaan baik-baik saja tidak terjadi apapun yang mengkhawatirkan Dan intinya rumah tangganya berjalan baik, Kalau tidak bingung juga harus bersikap bagaimana untuk masalah seperti ini? " gumam Naimah.
"Ya ampun Astaga , Ningsih! ditungguin dari tadi di rumah malah ada di sini, ngapain sih terlalu sibuk dengan urusan orang lain? " tanya Siti yang tidak suka dengan anaknya yang terlalu peduli dengan orang lain seperti Naimah.
" Selamat pagi, Mbak Siti! maaf ya Jika tadi sedikit mengganggu waktunya Ningsih, tapi urusannya sudah selesai kok dia juga mau pulang, "jelas Naimah maksudnya berharap agar tidak ada kesalahpahaman di tempat ini.
Ningsih menatap tidak suka ke arah ibunya karena bisa-bisanya pergi setelah diajak bicara oleh Naimah, harusnya sebagai tetangga itu kan mereka tidak boleh saling bermusuhan seperti itu.
"maafkan Ibu ya, Tante! soalnya orangnya seperti begitu hobinya marah-marah tidak jelas, aku Sama Bapak saja kadang-kadang merasa capek dengan kelakuan Ibu, "ujar Ningsih yang tidak enak hati.
" Ya ampun Ningsih, jangan diambil pusing deh dengan semua ini Lihatlah tante biasa saja kok! "sahut wanita itu sambil tersenyum.
Mariana tetap saja tidak bisa dihubungi meskipun sekarang sudah siang hari, membuat perasaan Imah tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata antara merasa cemas dan juga pusing di waktu yang bersamaan.
Kalau misalnya Semua terlihat biasa saja Ya tidak masalah tetapi kalau sudah luar biasa Seperti ini yang akan menjadi permasalahannya.
Naima sudah kehilangan suaminya dan tentunya dirinya tidak ingin kehilangan Anaknya lagi, meskipun sebenarnya Mariana itu sudah menikah dan otomatis menjadi hak milik orang lain bukanlah menjadi hak miliknya lagi.
Sundari hari ini merasa begitu santai karena pekerjaan rumah otomatis sudah ada yang mengurusnya, dan dengan begitu dirinya tidak perlu lagi harus mencari babu untuk dibayar gajinya dan membuat keuangan keluarga mereka kembali tidak stabil.
Masuk akal jika wanita itu melakukan semua ini karena di dunia zaman modern ya segala sesuatu pengeluaran kita harus ada perhitungan, biar nantinya tidak akan ada penyesalan dalam hidup ketika semua sudah habis berantakan dan tidak jelas.
" Aku perhatikan kayaknya semakin ke sini kamu semakin glowing dan juga bahagia, Apa karena kerjaan anak kamu sudah semakin sukses sekarang? " tanya Mahira yang merupakan teman ngobrol dari Sundari dan juga sekaligus teman untuk arisan.
" Ya jelas dong karena Biar bagaimanapun Aku tidak mau diperlakukan dengan begitu buruk, Apalagi sudah Setua ini Masa harus dibuat tertekan terus, "ujar Sundari sambil tersenyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments