Sundari memilih untuk tidak terlalu terbebani dengan apa yang terjadi ,karena itu sama saja dengan membuat dirinya jadi stres sendiri karena ulah Mariana sekarang.
Apalagi melihat Elang yang bingung harus bagaimana bersikap,akhirnya Sundari yang ambil alih untuk hal ini.
"Dea,ambil air segelas sekarang!" perintah Sundari.
"Untuk apa Mah? Masa iya orang pingsan dikasih minum,memangnya bagaimana cara dia telan nantinya?" Tanya Dea heran.
"Eh bocah,disuruh malah banyak tanya?" omel Sundari kesal.
Akhirnya Dea mengikuti apa yang dikatakan oleh Mamanya,daripada nanti dirinya kena omel kan tidak enak rasanya.
Setelah Dea membawakan air segelas,lalu tanpa banyak bicara Sundari langsung menyiramkan cairan bening itu kewajah Mariana.
Byurrr
Mariana langsung membuka matanya ketika merasakan air itu mengenai wajahnya,dan hal ini membuat dirinya bingung ketika ada keluarga suaminya yang berada di sekitarnya.
"Kalian...
"Cepat bangun,Jangan cengeng!" Sarkas Elang kasar.
"Tapi Mas,aku sakit kepalaku pusing," lirih Mariana perlahan.
"Yang suruh kamu sakit itu siapa? Lagian baru kerja segitu saja kamu sudah cengeng,apalagi nanti kalau harus melakukan pekerjaan rumah tiap hari." Elang sangat emosi karena dirinya pasti akan terlambat ke kantor.
"Tapi...
Lagi dan lagi perkataan Mariana itu terhenti ketika mendengar bentakan dari suaminya,padahal dirinya benar benar sakit bukan sedang akting berbohong.
"Ah sudahlah aku telat ke kantor karena kamu,pokoknya ingat mau apapun yang terjadi aku tidak mau tahu kalau sudah sore kamu harus masak," ujar Elang kasar.
"Ya kalau begitu bagi duit dong,Mas!" sahut Mariana yang memaksa bangun.
Sundari tertawa saat mendengar permintaan dari sang menantu,karena mungkin wanita Itu tidak tahu soal peraturan dalam rumah ini.
"Eh soal keuangan dirumah ini,semuanya saya yang atur jadi jangan cerewet," omel Sundari garang.
Elang akhirnya pergi dengan keadaan wajah ditekuk dan perut keroncongan,habisnya dirinya tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama lagi.
"Dasar istri payah,lebih baik aku jadi duda kalau setiap hari seperti ini." Elang benar benar merasa emosi.
Kata orang rumah tangga ketika baru pertama itu lebih harmonis dan juga romantis serta lagi panas panasnya,tapi lihatlah apa yang dialami oleh Mariana dan juga Elang benar benar sangat berbeda sekali.
"Ya sudah ayo bangun dan masak sarapan pagi untuk kami,jangan hanya tidur saja soalnya kamu lihat sendiri akibat malas hari ini Elang pergi kerja tanpa makan!" perintah Sundari lagi lalu segera pergi dari situ.
Dea belum berpindah tempat barang sedikitpun karena ia sedikit cemas dengan keadaan Mariana,wanita itu merasa kalau takdir terlalu kejam kepada Mariana.
"Kamu baik baik saja kan? Nanti aku kasih obat turun panas ya biar kondisi kamu segera pulih,tapi jangan bilang kepada siapapun ya," tawar Dea.
Mariana memicingkan matanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Dea tadi,karena berpikiran jika semua orang rumah itu memiliki sifat yang sama saja.
"Kamu kenapa?" tanya Mariana heran.
"Ih sudahlah jangan banyak bertanya,ini obat turun panas jangan lupa diminum sesuai dosis biar kamu tidak koit," omel Dea..
Mariana sedikit merasa terhibur dengan kehadiran Dea karena menurutnya wanita itu tidak terlalu kejam seperti yang lain,mungkin karena takut jika dirinya mati konyol disini?
Wanita itu memilih untuk bangun dan mencuci wajahnya dikamar mandi yang ada di samping dapur,ia tertawa miris saat melihat keadaan dapur yang masih berantakan dengan tidak ada satupun orang yang berniat membereskan hal itu.
"Ah kupikir aku bakal menjadi Ratu dirumah suamiku,ternyata dia hanya mencari babu berkedok seorang istri biar dibilang harus berbakti," batin Mariana.
Elang setengah berlari menuju keruang kerjanya karena ia bekerja dibagian staff pemasaran,pria itu tampak sedikit lemas karena belum makan apapun dari pagi ditambah harus berlari seperti tadi.
"Woiii,kamu ini gimana sih? Sudah cuti seminggu terus giliran masuk mana telat lagi,kalau telatnya beberapa menit sih tidak masalah tapi ini 30 menitan lho?" Tanya Bian heran.
"Aduh Yan,tolong ya jangan tambah masalahku lagi ya," jawab Elang frustasi.
Bian hanya mengangkat kedua bahunya pertanda bahwa dirinya tidak ikut campur untuk masalah apapun,karena takutnya kepala divisi pemasaran yang terkenal galak itu akan bertambah murka.
Elang mulai mencoba untuk konsentrasi meskipun sebenarnya sangat susah untuk dilakukan, habisnya mau bagaimana lagi ketika perutnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.
"Elang, kamu ikut ke ruangan saya sekarang! " perintah Pak Bima yang merupakan kepala bagian divisi pemasaran di mana ada Elang juga sebagai stafnya.
Elang menghembuskan nafasnya kasar karena sepertinya perasaannya kurang enak untuk masalah ini , takutnya jangan sampai hanya karena dirinya minta izin cuti selama seminggu terus Atasannya itu marah-marah tidak jelas.
Sesampainya di ruangan Bima terlihat Elang hanya berdiri soalnya sang empunya ruangan belum menyuruhnya duduk, sebagai seseorang yang diundang ya tentu saja pria itu sadar diri dan tidak bisa bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
" urusan kamu selama seminggu ambil dia itu Sudah kelar atau belum, sampai-sampai Tadi kamu harus datang terlambat lebih dari 30 menit? Kalau memang masih merasa ragu untuk pergi ke kantor ya sudah sekalian resign saja kan, karena sekarang itu bibit-bibit pemula banyak berkeliaran di luar sana dan ini." Pak Dimas sengaja menekan perkataannya tidak peduli dengan perasaan dari stafnya itu.
"saya masih mau bekerja di sini pak , dan maaf jika sudah membuat anda merasa tidak nyaman dan juga terganggu dengan kinerja saya! Percayalah kalau ini adalah hari terakhir saya datang terlambat seperti itu , karena kebetulan ada urusan yang tidak bisa saya tinggalkan makanya saya sedikit lambat datang ke kantornya!"Elang sepenuhnya tidak berubah karena memang kenyataannya seperti itu jika tadi pagi dirinya sempat mengurus Mariana.
" Ya sudah lain kali jangan seperti ini lagi dan juga Jangan dijadikan kebiasaan, dan kalau misalnya terulang lagi ya sudah siapkan diri saja untuk segera angkat kaki dari tempat ini, "tegas Pak Bima.
Elang kembali ke ruangannya dengan wajahnya yang ditekuk membuat Bian merasa heran dengan tingkah pria itu, karena setahunnya siapapun yang dipanggil ke ruangan Pak Bima tentu saja ada sesuatu yang tidak beres dan juga melanggar peraturan perusahaan.
" nah tuh kan, tadi aku sudah bilang kalau kamu pasti nanti dapat teguran Lihatlah ngomongnya baru 1 menit 2 menit kamu langsung dipanggil." Bian hanya bisa menggelengkan kepala melihat apa yang dialami oleh Elang saat ini dan dirinya tentu tidak bisa membantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments