Naima hanya bisa mengelus dada saat mendengar jawaban yang diberikan oleh anaknya itu barusan, sebagai orang tua tentu saja ada rasa penyesalan dan juga kecewa Di mana anak satu-satunya yang dimiliki olehnya tidak bisa menunjukkan rasa sopan santun kemudian menyayanginya serta tidak ingin berpisah darinya.
kalau saja Naima itu suaminya masih hidup Ya mungkin dirinya tidak akan pernah meminta hal itu, tapi ini hidupnya sudah sendirian saja Kemudian kebahagiaannya susah dan juga senangnya itu hanyalah bersama dengan Mariana Tetapi kalau jawabannya sudah seperti ini dirinya bisa apa?
Mariana ketika menyatakan protes tidak pernah memikirkan Bagaimana perasaan Dari mamanya ketika mendengarkan hal itu nantinya, sebab menurutnya tanggung jawab dari Naimah yaitu membahagiakan dirinya kemudian memenuhi semua kebutuhannya tanpa terkecuali dan juga intinya bertanggung jawab dengan apapun yang akan dilakukan serta yang diinginkannya ke depannya seperti apa.
"mama yang tinggal memikirkan resikonya, Bagaimana caranya agar aku tetap menikah tetapi dengan pesta yang meriah? selama ini aku tidak pernah menuntut banyak jadi lebih baik jual saja tanah peninggalannya Papa Lalu setelah itu dipakai biaya untuk pernikahanku, kalau untuk soal apa yang akan Mama lakukan ke depannya aku tidak peduli sama sekali bukannya kan sudah hidup sendirian jadi kalau mau makan ataupun tidak juga kayaknya tidak ada yang bakalan emosi? " tegas Mariana tanpa peduli jika perkataannya Itu benar-benar menyakiti sampai dasar relung hati dari Naimah sendiri.
Naima memilih Hanya berdiam diri sebab tadi sebenarnya dirinya sudah mengharapkan kalau misalnya ya menjual harta peninggalan suami satu-satunya yaitu tanah yang ukurannya tidak seberapa itu, maka setelah itu dirinya bisa mengikuti anaknya itu ke kota soalnya tinggal di kampung pun sudah tidak ada yang bisa diharapkan kecuali rumah yang berdindingkan papan kemudian beratapkan seng bekas itu pun dulu ada tetangga yang mau memberikannya soalnya mereka merasa kasihan dengan Imah yang selalu saja kebocoran saat hujan besar.
" kalau misalnya Mama menjual tanah milik papa kamu yang ukurannya sudah tidak seberapa karena selama ini kita selalu menjualnya sedikit-sedikit karena keinginan kamu yang ingin memiliki ini itu, terus nanti mama bakalan cari makan dari mana sedangkan tubuh sudah Setua ini tidak mungkin kan menjadi kuli di kebunnya orang lain? mau mengikuti kamu ke kota pun kamu tidak mau sama sekali jadi tolonglah nak boleh mau membuat sebuah acara tapi harus sesuaikan dengan ekonomi bukan ingin terlihat meriah tapi pada hasil akhirnya bakalan ngutang, Kamu tidak kasihan sama Mama nanti bakalan dengan apa mengembalikan hutang yang sudah dipinjam itu? "lirih Naimah penuh permohonan sebab dirinya yakin ikatan batin antara seorang ibu dan anak itu begitu kuat tentunya anak itu pasti bakalan mengerti dengan segala macam keluhan yang diberikan olehnya barusan.
mariana mendengung kesal dan juga menatap tidak suka ke arah Mamanya itu yang sepertinya memang tidak bisa diandalkan dalam segala hal apapun, masa iya hanya untuk biaya pernikahan saja susahnya minta ampun padahal dirinya juga tidak meminta banyak hanya cukup demikian saja yang penting intinya hidupnya bisa terjamin.
"dasar orang tua tidak berguna sama sekali! Kalau tahu kayak begini mendingan dari awal tidak usah melahirkan anak ke dunia biar jangan dibuat sengsara, masa iya hanya minta dibuatkan pesta pernikahan saja susahnya minta ampun Memangnya selama ini bisanya apa? Kenapa sih tidak jual diri sekalian biar kita kaya dari dulu, terlalu banyak gengsi maka hasil akhirnya menjadi gembel?" omel Mariana yang benar-benar emosi dengan keadaannya yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah ada perubahan.
Elang yang tadi sempat meminta uang kepada mamanya dan bersyukur wanita itu mau mengirimnya Lalu setelah itu pergi mengambilnya di ATM yang jaraknya 2 Kampung dari kampungnya Mariana sekarang sudah kembali, pria itu terlihat membawa kebaya yang biasa saja tidak terlalu berlebihan karena dirinya yakin Mariana yang merupakan wanita kampung itu pasti tidak akan terlalu meminta berlebihan karena kebaya pernikahan yang dilihatnya di TV yang biasa dipakai oleh orang kampung ya seperti begini saja tidak terlalu yang kayak bagaimana gitu.
mariana terlihat berbinar di matanya saat calon suaminya itu menyerahkan bungkusan ke arahnya, setelah dicek ternyata itu merupakan kebaya yang dulu pernah dilihatnya waktu itu dipakai oleh anak lurah di tempat itu.
"ya ampun Mas, jadi kamu menghilang dari tadi itu untuk menyiapkan pakaian pernikahanku untuk besok? Astaga kenapa tidak bilang dulu sih biar Maksudnya kita berdua pergi sama-sama Soalnya aku dari tadi di sini itu suntuk loh, soalnya tidak ada yang bisa diharapkan boro-boro mau berpikiran untuk menyiapkan pakaianku untuk makan ku Besok saja dia tidak tahu mau memberikanku apa? "ujar Mariana dengan tatapan sengitnya ke arah Naimah yang hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa dipermalukan oleh anaknya sendiri di depan calon menantunya tetapi karena memang itulah kenyataannya wanita tua itu bisa apa?
"oh untuk acara besok tadi aku sudah pergi ke warung di depan sana menyuruh dia untuk membuatkan nasi kotak berjumlah 100 buah kemudian sudah aku bayar, jadi tidak perlu ada yang masak-masak lagi di sini kan nanti hanya akan membuang-buang waktu soalnya setelah akad kita bakalan langsung pergi ke kota karena orang tuaku sudah menelpon untuk segera kembali, "jelas Elang membuatnya Imah menatap heran ke arah pemuda itu sebab ini sepertinya dirinya tidak diharapkan dan juga tidak dihormati sama sekali di tempat ini padahal jelas-jelas Mariana itu anak yang dilahirkan olehnya bukan anak pungut ataupun anak orang lain yang sengaja dititipkan.
" jadi besok saat kalian menikah orang tua kamu dari kota tidak bakalan datang, Jadi ceritanya kamu melamar anaknya Mama tidak langsung melamar di depan Mama tetapi langsung begitu saja? "tanya Naimah dengan suaranya yang meninggi sebab Biar bagaimanapun kodrat orang tua itu lebih tinggi dari apapun apalagi ini anak gadis satu-satunya yang di punya.
Elang terdiam tapi sebenarnya dalam hatinya merasa dongkol dengan perkataan yang dilontarkan oleh wanita yang ada di hadapannya saat ini, Lagian mana mau orang tuanya datang ke tempat kumuh dan juga kampungan yang ada nantinya mereka bakalan langsung terkena virus.
mariana benar-benar tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh mamanya barusan karena bisa-bisanya mempermasalahkan hal yang tidak perlu dipermasalahkan, karena dirinya yang mau menikah saja merasa biasa saja kenapa jadi Mamanya itu yang terlihat begitu heboh dan juga terlalu banyak menuntut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments