Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Sore menjelang malam ini, Jaemin terus mondar-mandir pada koridor rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan Jisung. Laki-laki itu terus berdo'a supaya Jisung tidak apa apa. Namun hanya ada sedikit kemungkinan kalau Jisung tidak apa-apa.

"Na Jaemin?" panggil dokter yang baru saja keluar dari ruanga dimana Jisung ditangani.

"Bagaimana keadaan Jisung?" tanya Jaemin dengan raut muka panik.

Dokter laki-laki itu nampak menghela napas berat. "Jisung memerlukan donor sumsum tulang. Sumsum tulang pasien Jisung rusak dan tidak lagi mampu memprosuksi sel darah yang sehat," ujar dokter itu.

"Hanya ada dua pilihan. Mendapat donor sumsum tulang, atau kondisi pasien akan semakin memburuk, kemungkinan besar akan menyebabkan kematian," lanjutnya.

Jantung Jaemin seakan berhenti berdetak saat itu juga. Rasanya sangat sakit, Jaemin ingin menangis saat itu juga.

"Saya bersedia mendonorkan sumsum tulangsaya, dok," ujar Jaemin.

"Sumsum tulang harus cocok, maka dari itu harus memerlukan tes terlebih dahulu."

Jaemin mengangguk paham dengan apa yang dokter itu ucapkan.

...🌵🌵🌵...

Yoora duduk pada kursi di teras rumah Jaemin. Gadis itu tidak berani masuk ke dalam rumah Jaemin. Ia sungkan karena keduanya baru saling kenal.

Yoora dan Jaemin sudah tiga tahun bersama dalam satu kelas, namun keduanya baru pertama kali berinteraksi kemarin saat di parkiran sekolah.

Yoora terus mendecak kesal manakala ponsel sang papa tiri yang tidak bisa dibuka karena terdapat kunci berupa pola pada ponsel itu.

"Ya udah lah nggak apa-apa. Yang penting sekarang hp ini aman sama aku." Yoora menghela napas lega.

Langit sudah mulai gelap, namun Yoora tak kunjung mendapat tanda-tanda hadirnya Jaemin. Yoora ingin menelfon Jaemin, namun ia takut jika mengganggu, akhirnya ia memutuskan untuk menunggu saja. Sembari menunggu, Yoora berpikir keras untuk mencari tempat tinggal yang baru.

Pikiran Yoora kini tidak tenang. Ia terus terbayang-bayang sang papa, ia takut, rasa marah, takut, malu tercampur jadi satu.

Semenjak kepergian mama kandungnya yang pergi bekerja ke luar negri, Yoora hidup dengan sang papa tiri yang sangat kejam. Ia korban pelecehan papa tirinya sejak kepergian sang mama.

Sejak dulu, Yoora ingin sekali kabur, namun sang papa selalu mengancamnya dengan vidio itu jika Yoora berani kabur dan menceritakan semuanya kepada orang.

Yoora ingin berteriak mengucapkan terima kasih kepada Jaemin karena laki-laki itu berhasil membantu Yoora kabur dari papa tirinya. Yoora benar-benar ingin melakukan itu, ia berjanji akan melakukan itu kala Jaemin kembali nanti.

"Terima kasih, Jaemin." Gadis itu kini hanya bisa bersuara pelan, matanya memanas menahan tangis.

...🌵🌵🌵...

Jaemin mengehela napas berat kala dokter mengatakan bahwa sumsum tulang Jaemin tidak cocok dengan sumsum tulang milik Jisung. Jaemin bingung harus berbuat apa, laki-laki itu terus mengusap kasar wajahnya.

Mata Jaemin memanas kala melihat Jisung yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan alat alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya.

Jaemin melangkah masuk ke dalam ruangan Jisung. Tangannya terulur menggenggam tangan Jisung. Bibir Jaemin bergetar karena menahan tangis.

"Jisung, maafin kakak, ya?" Suara Jaemin bergetar dan terdengar begitu parau. Dadanya sesak melihat keadaan Jisung yang sangat pucat dan semakin kurus.

"Kakak janji akan segera mendapatkan donor sumsum tulang untuk kamu. Tapi kamu janji harus sembuh, ya?" Tangan besarnya itu lalu mengusap lembut surai sang adik semata wayangnya itu.

"Jangan sakit.." lirih Jaemin.

"Kakak jadi ikut sakit lihat kamu sakit. Kamu janji harus sembuh, ya? Nanti kakak ajarin kamu naik sepeda, oke? Harus sembuh tapi." Jaemin mengulas senyum kecil yang terkesan begitu menyakitkan.

Pertahanan Jaemin runtuh, laki-laki itu menangis sembari menggenggam erat telapak tangan Jisung. "Kenapa harus kamu yang sakit?"

"Jangan nangis, kak. Jisung juga sakit lihat kakak nangis. Jisung nggak apa-apa kok." Suara yang begitu pelan, Jaemin hanya mendengarnya sekilas saja.

Mata Jisung terbuka sedikit, laki laki itu tersenyum tipis, tangannya mengusap surai sang kakak. "Jisung janji bakal sembuh kok."

Tangis Jaemin semakin pecah, dadanya sangat sakit, ia benar benar tidak tega melihat Jisung. "Jisung?" panggil Jaemin.

"Hm?"

"Janji sama kakak, ya? Kamu harus sembuh."

Jisung mengangguk lemah. "Rambut Jisung mau botak ya, kak?" Jisung meraih helaian rambutnya yang semakin lama semakin tipis karena terus rontok.

"Kalau pun iya kamu tetap ganteng kok." Jaemin terkekeh pelan.

"Sakit, kak.." lirih Jisung.

"Apanya yang sakit, dek?" Suara Jaemin bergetar hebat, air matanya tiada hentinya berderai.

"Semua," jawab Jisung.

"Secepatnya kamu pasti akan sembuh. Bertahan, oke?" Jaemin memaksakan sebuah senyuman kecil. Itu menyakitkan.

Jisung mengangguk lemah. "Jisung tidur sebentar ya, kak?"

Jaemin mengangguk. "Iya. Kamu istirahat dulu. Kakak janji, kamu pasti akan sembuh. Semangat ya?" Jaemin mengusap lembut kening Jisung.

...🌵🌵🌵...

"Jaemin, gimana sama laki-laki tadi?" Yoora berdiri dari kursi kala melihat Jaemin datang.

Jaemin nampak menghela napas berat. "Dia adik aku, namanya Jisung. Jisung butuh transplantasi sumsum tulang. Dia terkena kanker darah," ujar Jaemin.

"Kamu belum makan, kan? Ini makan dulu." Tangan Jaemin terulur menyodorkan satu bungkus makanan yang sengaja ia beli untuk Yoora.

Yoora menerimanya. "Terus sekarang gimana? Apa udah dapat donor sumsum tulangnya?"

Jaemin menggeleng lemah. "Belum. Tadinya aku mau donorin sumsum tulang aku buat Jisung, tapi hasilnya ternyata nggak cocok."

"Oh iya, gimana? Udah kamu hapus kan vidionya?" tanya Jaemin.

Yoora menggeleng sembari menghela napas berat. "Hpnya nggak bisa dibuka. Ada kuncinya."

"Langsung kamu hancurin aja hpnya," ujar Jaemin. "Kamu istirahat sana. Udah malam. Aku mau balik lagi ke rumah sakit jagain Jisung."

Yoora mengangguk paham.

"Jisung ada di ruang nomor berapa, besok aku ke sana jenguk dia?" tanya Yoora.

"Nomor 165 lantai tiga," jawab Jaemin.

...🌵🌵🌵...

Saat ini Yoora tengah menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari ruangan Jisung. Tak berlangsung lama setelah ia kebingungan mencari tempat itu, akhirnya ia mendapati tempatnya.

Yoora menilik dari kaca jendela, ia melihat Jaemin yang tengah duduk di samping Jisung. Berarti benar ruangan ini adalah ruang tempat Jisung di rawat.

Hati Yoora nelangsa manakala ia melihat Jaemin yang nampak begitu sedih melihat kondisi adiknya yang sangat buruk.

Keputusan Yoora semalam ia bulatkan. Ia yakin akan mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk Jisung. Yoora kini mencari dokter untuk meminta mengetes apakah sumsum tulang belakangnya cocok dengan sumsum tulang milik Jisung.

"Permisi, dokter. Saya Kim Yoora, teman Na Jaemin kakak dari pasien bernama Na Jisung. Saya berniat untuk mendonorkan sumsum tulang belakang saya untuk Jisung," ujar Yoora pada dokter itu.

"Anda yakin?" tanya dokter itu.

Yoora mengangguk.

Dokter itu meminta Yoora megikutinya untuk menjalankan tes kecocokan sumsum tulang belakang Yoora dan Jisung.

...🌵🌵🌵...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!