NOT ME

Pagi ini, Jaemin pergi ke supermarket untuk bekerja sebagai orang yang bersih bersih di sana. Jaemin mengepel lantai depan supermarket. Hari ini masih sangat pagi, jadi supermarket masih sangat sepi.

Berulang kali Jaemin menghela nafasnya, laki laki itu terlihat sangat kelelahan karena semalam ia tidak tidur sama sekali. Jaemin terus menangis semalam karena sangat khawatir dengan keadaan Jisung yang kian hari kian memburuk.

Kalau bisa, Jaemin ingin dirinya saja yang merasakan sakit yang diderita Jisung. Jisung masih terlalu kecil untuk menerima rasa sakit yang tidak biasa.

Selesai sekitar setengah jam mengepel lantai dan menyapu, Jaemin lantas berpamitan untuk pulang dan segera berangkat ke sekolah.

Jaemin lalu menuju kedai kimchi yang ada di dekat lampu lalu lintas. Ia mengisi perutnya sebentar, kemudian kembali ke rumah, setelah itu sekolah dan bekerja lagi untuk bisa membayar uang rumah sakit untuk Jisung.

Setelah membayar uang kepada pemilik kedai kimchi itu. Jaemin lalu berjalan kaki untuk segera menuju rumahnya. Sebenarnya hatinya masih tidak tenang karena terus memikirkan Jisung yang sampai ini masih tak sadarkan diri, namun ia harus tetap berangkat sekolah pagi ini. Lagi lagi ia teringat akan sang bunda.

"Jaemin dan Jisung tidak boleh membolos sekolah, oke? Kalo kalian bolos sekolah, nanti bunda marah sama kalian."

Ucapan sang bunda itu terus mengalun pada pikiran Jaemin. Sampai saat ini pun ia masih terus mengingat ucapan itu. Jaemin akan selalu hadir di sekolah walaupun semendesak apapun keadaanya.

Sampai pada rumah, Jaemin buru buru membersihkan diri lalu bersiap berangkat ke sekolah.

...🌵🌵🌵...

Sampai pada parkiran sekolah, Jaemin memarkirkan sepedanya di sana. Saat hendak menuju kelas, langkah Jaemin terhenti kala mendapati Jeno dan gerombolannya sedang merokok di area parkiran.

Jaemin bukan tipe manusia yang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Laki laki itu memilih abai dan melewati geromobolan Jeno dan teman temannya begitu saja.

Jeno yang panik, ia lantas menahan Jaemin dengan menarik kasar lengan laki laki itu. "Woi, berhenti lo!" bentak Jeno. Jaemin lantas menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Jeno.

"Awas aja kalo lo ngadu sama guru!" Jeno menatap Jaemin dengan sorot mata mengintimidasi.

Jaemin yang tak merasa terintimidasi pun hanya menatap Jeno dengan tatapan datarnya.

"Terlihat kurang kerjaan kalo gue ngadu sama guru." Jaemin menghempaskan tangan Jeno.

"Dih. Sok banget lo!" kesal Jeno. "Lo kira lo siapa, ha?!" bentak Jeno.

Felix, teman Jeno yang juga tengah merokok bersamanya itu kini melangkah menghampiri Jaemin. Laki laki dengan surau blonde itu menghembuskan asap rokok pada wajah Jaemin.

Jaemin mendecak kesal. Ia sangat benci dengan asap rokok.

"Awas aja kalo sampe lo ngadu!" ujar Felix dengan menekan seluruh ucapannya. "Sana pergi!" Felix mendorong Jaemin. Jaemin pun langsung pergi meninggalkan area itu.

...🌵🌵🌵 ...

Jam istirahat ini, Jaemin malas untuk pergi ke kantin. Sedari tadi ia terus memandangi ponselnya, menunggu panggilan telfon dari pihak rumah sakit untuk pemberitahuan kondisi Jisung.

Jaemin duduk di kursinya sembari terus menanggil nama Jisung dalam hatinya. Sejujurnya, hatinya sangat tidak tenang saat ini. Ia terus kepikiran dengan Jisung.

Sepersekian detik setelah itu, dering telfon berbunyi pada ponsel Jaemin. Buru buru Jaemin mengangkatnya karena itu adalah panggilan telfon yang ia tunggu tunggu.

"Halo, suster? Bagaimana keadaan Jisung?" tanya Jaemin melalui sambungan telfon itu.

"Halo, kak Jaemin? Apa anda bisa datang ke sini sekarang? Pasien Jisung sudah sadar dan terus menggumamkan nama kakak Jaemin. Badannya panas menggigil. Kalau bisa kakak ke sini, ya?" ucap suster di sebrang sana.

"Baik. Saya ke sana sekarang." Setelah menutup sambungan telfon. Jaemin berlari keluar kelas, sampai tidak sengaja ia menabrak Felix saat di ambang pintu.

"Punya mata gak sih lo, anjir!" bentak Felix. Kala mengetahui yang menabraknya adalah Jaemin, Felix langsung menarik kerah seragam laki laki itu.

"Maksud lo apaan, ha?!" bentak Felix.

"Maaf. Gue gak sengaja," ujar Jaemin sembari berusaha melepaskan tangan Felix yang menarik kuat kerah seragamnya.

"Maksud lo apaan aduin kita ke guru bk, ha?! Lo bilang lo gak akan ngadu, tapi ini apa?! Dasar, bajingan!" Felix menghempaskan Jaemin hingga laki laki itu tersungkur di atas lantai.

Jaemin diam sesaat, sebelum akhirnya ia buka suara. "Gue gak ada aduin kalian," ujarnya.

"Gak usah bohong deh lo!" Felix menarik lagi kerah seragam Jaemin. "Gara gara lo, Jeno jadi kena masalah, goblok! Bukan cuma Jeno, gue dan yang lainnya juga!" bentak Felix dengan deru nafas yang tak beraturan akibat kemarahannya.

"Gue berani sumpah!" ujar Jaemin yang tak kalah meninggikan nada bicaranya.

Felix menyunggingkan satu sudut bibirnya. "Berani lo sama gue, ha?!"

"Lepasin gue!" Jaemin mendorong Felix hingga laki laki itu berhasil terjatuh.

Jaemin berlari, namun pergerakannya kalah cepat dengan Felix. Felix sudah duluan menahan lengan Jaemin.

"Lo kabur. Berarti beneran lo kan yang aduin kita, ha?!" bentak Felix.

Felix lalu menarik dengan kasar lengan Jaemin, membawanya entah kemana. Yang pasti tenaga Felix sangat kuat, hingga Jaemin tidak bisa melawannya.

...🌵🌵🌵...

Sementara di sini, Jisung terus memanggili nama Jaemin. Keringat dingin terus keluar. Tangannya gemetar hebat.

"Jisung, kamu makan dulu, ya?" Suster yang menjaga Jisung sedari tadi pun kewalahan sendiri. Jisung tidak mau makan, sementara jika ia tidak makan, kondisinya pasti akan semakin drop.

"Jisung mau makan sama kakak," lirih Jisung.

"Suster?" panggil Jisung dengan nada pelan karena saking lemasnya dia.

"Hm? Kenapa, Jisung?" tanya Suster itu.

"Rambut Jisung kenapa rontok gini, ya?" tanya Jisung yang menyadari saat ia memegang rambutnya, ia mendapati helaian rambut yang rontok. "Apa sebentar lagi Jisung akan botak?"

Suster itu menggeleng. "Jangan dipikirin. Ayo makan dulu. Kak Jaemin sedang perjalanan kesini." Suster itu menyuapkan satu sendok bubur pada Jisung. Namun lagi lagi Jisung menggeleng sembari menutup mulutnya.

"Buburnya gak enak, suster."

"Tapi Jisung harus makan. Jisung mau sembuh, kan?"

Jisung menggeleng. "Jisung gak bisa sembuh." Kala mengatakan itu, hati Jisung rasanya sakit. Bayang bayang akan kematian selalu mengalun.

"Jisung kok bicara seperti itu? Jisung pasti bisa sembuh. Makannya Jisung makan, ya? Biar sembuh."

"Suster. Bagaimana rasanya disayang oleh ayah?" Pertanyaan Jisung barusan membuat sang suster terdiam beberapa saat.

"Sebelum Jisung pergi nyusul bunda, Jisung pengen disayang sama ayah dulu," lanjut Jisung.

"Jisung jangan ngomong yang aneh aneh gini. Ayo makan dulu, setelah itu minum obat. Oke?" Suster menunjukkan senyum kecilnya. Walau sebenarnya di hati rasanya sakit ketika melihat kondisi Jisung.

Kondisi yang memilukan. Tubuhnya sangat kurus, rambutnya juga mulai rontok, dan seiring berjalannya waktu, pasti Jisung akan mengalami kebotakan.

"Sakit banget," rintih Jisung yang mulai menjatuhkan air matanya kala merasakan sakit yang sangat pada sekujur tubuhnya.

...🌵🌵🌵...

Jaemin dihadang oleh Felix dan geng-nya di gudang belakang sekolah. Saat ini Jeno sedang berada di ruang bk bersama dengan orang tuanya untuk diintrogasi karena merokok di area sekolah. Dan Felix yang notabenenya adalah sahabat dekat Jeno, ia tidak terima karena Jaemin mengadukannya kepada guru bk.

Padahal Jaemin sama sekali tidak mengadukan itu.

Felix mengikat tangan Jaemin pada kursi tua yang ada di dalam gudang ini. Sementara Changbin, ia dengan usilnya menggelitiki perut Jaemin. Felix yang melihat itu jelas kesal, ia menatap Changbin dengan tatapan mengintimidasi.

Changbin yang paham pun lantas menghentikan aksinya, lalu diam dan berdiri di belakang Felix dan Hyunjin. Membiarkan mereka menghajar Jaemin habis habisan.

"Sekarang Jeno dalam bahaya tau gak?!" bentak Hyunjin. "Kalo sampe bokapnya dia ngajak dia keluar dari sekolah ini gimana, ha?!" lanjut Hyunjin.

"Bukan gue!" teriak Jaemin. "Lepasin gue! Gue gak laporin kalian semua ke guru bk! Emang kalian tahu apa? Kalian gak ada bukti kenapa asal asalan nuduh gini, ha?!" Jaemin terus berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat kedua tangannya. Walau itu percuma dan tidak akan ada hasilnya.

"Diem lo! Gak usah banyak alesan!" bentak Felix.

"LEPAS!" Jaemin terus berteriak. Ia benar benar khawatir dengan keadaan Jisung sekarang.

"Jangan harap!" ujar Hyunjin sembari tertawa meremehkan.

...🌵🌵🌵...

Renjun, Mark, Chenle dan Haechan saat ini sedang berada di kantin. Mereka menyantap ramen dan juga camilan lainnya.

"Katanya si Jeno ngerokok lagi, ya?" tanya Haechan di sela sela menyantap makananya.

"Emang iya?" tanya Renjun.

"Gue nanya, anjir!" Haechan mendengus.

"Iya, dia ngerokok lagi." Itu suara Haruto yang tiba tiba datang dan duduk pada kursi dekat Mark sembari membawa nampan berisikan makanan pesanannya.

"Emang kenapa sih kalo ngerokok? Ya biarin aja emang kenapa?" sahut Chenle.

Haruto mendecak kesal. "Ya gak boleh lah, anjer! Masa ngerokok di area sekolah," lanjutnya.

"Udah biarin aja. Gak penting. Gak usah bahas dia. Ayo makan." Mark menyomot minuman milik Haechan. Haechan kesal, lantas ia menepuk pelan paha Mark.

Mark yang tak merasa bersalah pun hanya nyengir tanpa dosa.

"Ya asal kalian tahu aja, ya. Si Jeno berhasil masuk bk pas tadi gue ngaduin dia. Puas banget sih gue. Tapi si Hyunjin, Felix sama Changbin gak dipanggil orang tuanya, tapi tadi udah kena marah. Gue puas banget," ujar Haruto dengan senyum yang mengembang.

Haruto memang dikenal dengan sosok yang ceplas ceplos dan tidak menyukai orang yang melanggar tata tertib sekolah. Kalau Haruto melihat siswa yang melanggar tata tertib sekolah, ia tak akan segan segan melaporkannya pada guru bk.

Dan sialnya, kenapa Felix dan teman temannya malah menyalahkan Jaemin?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!