Mereka Kembali

Di dunia jiwa Gui, ketika dia akan meninggalkan dunia jiwanya, terlintas sebuah pikiran di otaknya untuk melakukan sedikit renovasi pada dunia jiwa miliknya. Dia membatalkan sebentar niatnya untuk keluar dari sana.

"Yah tak ada salahnya, mumpung aku di sini mending aku tata sekalian saja dunia jiwaku ini, kurasa guru bisa menunggu sebentar." kata Gui dalam hati, dia menatap hamparan padang rumput luas di depannya, berdasarkan instingnya, Gui tahu bahwa luas dunia jiwa miliknya ini memiliki ruang sebesar 10 kilometer kubik.

Saat ini dunia jiwanya ini hanya ada satu pohon persik dan sisanya hamparan padang rumput saja. Dengan keinginan pemiliknya sendiri, dunia jiwa mudah untuk di sesuaikan. Gui membuat tanah di sekitar pohon menjulang tinggi, bentuknya tidak seperti gunung ataupun bukit tapi lebih seperti sebuah menara.

Gui juga menambahkan pepohonan, bebatuan dan sebagainya untuk memperindah dunia jiwa miliknya itu. Gui menatap dunia jiwa yang dia ciptakan itu dan bergumam.

"Segini dulu saja, sisanya nanti seiring waktu berjalan sesuai apa yang aku butuhkan."

Kemudian Gui duduk bersila untuk mempersiapkan diri keluar dari dunia jiwa miliknya. Sebenarnya untuk keluar masuk ke dalam dunia jiwa, caranya cukup membayangkan dunia jiwa miliknya, begitupun sebaliknya. Tapi untuk melakukannya di perlukan fokus dan ketenangan yang tinggi.

***

Insting, atau bisa di sebut indera kepekaan seorang chipers, adalah hal yang dapat merasakan kehadiran sesuatu, seseorang, luas suatu tempat dan lain sebagainya, dengan cara melepaskan jangkauan insting itu sendiri. Tentu saja jangakauan itu tergantung dari tingkat chips yang di miliki oleh seseorang.

Tapi insting tidak berlaku di dunia jiwa, seorang chipers yang memiliki dunia jiwa dapat dengan sesuka hati tahu apa yang terjadi di dunia jiwanya. Mau bagaimanapun dunia jiwa terletak di kesadaran otak mereka. Karena mau bagaimanapun mereka penguasa mutlak di alam pikirannya sendiri.

Dunia jiwa dapat di masuki oleh pemiliknya dengan dua teknik. Pertama, hanya roh pemilik yang masuk ke dalam dunia jiwa dan meninggalkan tubuh jasmaninya di dunia nyata. Yang kedua, masuk secara utuh ke dalam dunia jiwa dan meninggalkan sebuah bola hitam kecil yang melayang layang di dunia nyata. Banyak orang biasa menyebutnya orbs.

***

Gui telah kembali ke dunia nyata, dan perlahan Gui mulai membuka matanya. Saat ini dia sedang berada di dalam air kolam halilintar, terlihat sebuah diagram transparan membungkus dirinya. Tak membuang waktu dia mulai beranjak naik dan keluar dari dalam kolam halilintar.

Gui kini terlihat sangat tampan, kulitnya putih bersih, hidung mancung, tatapan tenang dan tajam, rambut hitam panjang yang di biarkan terurai, juga setelan pakaian hitam yang tadi dia pakai di dunia jiwa. Entah bagaimana sudah ada di tubuh nyata Gui. Walau keluar dari dalam air, Gui tidak terlihat basah sama sekali karena tubuhnya masih terbungkus sebuah diagram transparan tadi. Dan kini Gui terlihat seperti seorang remaja yang berumur 15 tahun.

Perubahan yang ada di tubuhnya ini tidak di sadari oleh dirinya, berbeda dengan Nagiri yang sudah lama menunggunya disana. Nagiri tertegun melihat transformasi dari murid satu satunya ini. Nagiri tersenyum cerah melihat Gui, dia juga menyadari kalau Gui memiliki bakat pembentukan diagram setelah melihat diagram transparan yang ternyata sebuah diagram pelindung.

Perlahan diagram itu pudar seiring kesadaran Gui kembali sepenuhnya. Dia juga terkejut karena pakaiannya ikut keluar dari dunia jiwa.

"Ehem!"

"Eh guru?" kata Gui sadar dirinya sedang di tatap oleh gurunya. Gui menghampiri gurunya dan membungkuk dengan hormat.

"Guru! Saya sangat berterima kasih atas bimbingan, bantuan dan pemberian guru. Maaf kan saya guru, saya tidak pandai berbicara untuk mengungkapkan semua. Tapi satu hal yang saya tahu bahwa jasa guru ini, sampai saya mati pun saya tidak akan bisa membalasnya." lanjut Gui meneteskan air matanya dan berlutut kepada Gui dengan tulus.

"Bangunlah, kau tidak perlu membalasnya, karena ini sudah kewajiban guru untuk muridnya." kata Nagiri.

"Selamat atas pencapaianmu, menembus tahap ksatria puncak dan mendapatkan tubuh kaisar dewa perang, hehehe. Dua hal yang sangat luar biasa, sangat membuatku bangga. Sekarang ikuti aku." lanjut Nagiri sambil melangkah pergi.

Gui sempat terdiam sesaat, dia baru menyadari tingkat pencapaiannya. Dia sangat senang karena kini telah menembus tingkat ksatria puncak, tidak ada yang bisa dia lakukan selain berterima kasih kepada guru yang sangat dia hormati itu.

Gui mengikuti Nagiri keluar dari gua. Dia tercengang melihat pepohonan, rerumputan, semak dan semua tumbuhan yang berada di luar gua, semuanya mati mengering. Tanah terlihat pecah pecah seperti telah di landa kekeringan hebat.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Gui dalam hati.

"Tidak perlu terkejut, ini adlah efek dari pembentukan tubuh kaisar dewa perang, dan tenanglah, dalam beberapa hari ke depan, keadaan akan pulih lagi seperti sebelumnya." kata Nagiri mendengar suara hati Gui dan kemudian melompat terbang meninggalkan Gui.

Inti hutan hitam sangat istimewa, mereka bisa pulih dengan sendirinya secara cepat meskipun di terpa keadaan yang buruk sekalipun.

"Bocah, tenangkan pikiranmu, biarkan energimu stabil, alirkan ke seluruh tubuhmu perlahan, lalu keluarkan ke sekitar tubuhmu sampai energimu bisa mengangkat tubuhmu!" kata Nagiri melalui telepati.

Gui terdiam sebentar dan melakukan sesuai arahan Nagiri. Meskipun pada awalnya dia sempat terpental kesana kemari tanpa arah, pada akhirnya dia dapat mengontrol dan terbang mengikuti Nagiri.

"Bagaimana rasanya?" tanya Nagiri saat Gui sudah bisa mengimbangi terbangnya.

"Sangat senang guru! Dan pemandangan ini luar biasa!" jawab gui senang sekaligus takjub, sedangkan Nagiri hanya tertawa pelan melihat tingkah muridnya.

Tak beberapa lama, mereka berdua mendarat di pinggiran inti hutan hitam, dalam proses mendaratnya Nagiri juga membimbing Gui agar bisa mendarat dengan mulus.

Nagiri menggerakkan tangannya membuka diagram formasi penghalang inti hutan hitam yang kemudian terbuka seperti pintu.

"Karena inti hutan hitam rusak parah, untuk kedepannya, kita lanjutkan latihannya di kediamanku."

"Baik guru, saya mengerti."

Keduanya keluar dari batas pelindung inti hutan hitam dan berjalan santai menuju kediaman Nagiri. Walau hari masih siang, mereka tidak merasakan panasnya sinar matahari karena lebatnya hutan hitam.

"Bocah, pelajari teknik bertarung ini, karena besok kita akan mulai latihanmu." kata Nagiri sambil menyerahkan sebuah buku usang tanpa judul dan hanya bergambar dua buah karambit yang bersilangan.

"Baik guru." jawab Gui sambil membungkuk hormat dan menerima buku itu. Gui mengerutkan keningnya ketika melihat sampulnya merasa familiar dengan gambar itu. Kemudian dia menyadari bahwa itu gambar senjata milik gurunya.

"Gu-guru, apakah ini---,,,?" tanya Gui terjeda dengan wajah terkejut.

"Hehehe, apa yang salah? Bukankah sudah seharusnya seorang murid mewarisi teknik bertempur gurunya?" kata Nagiri sambil tertawa.

"Ada tiga tingkat di buku itu, pelajarilah dengan baik." lanjut Nagiri.

"Terima kasih guru, saya tidak akan mengecewakan guru."

"Hahaha, tidak perlu bilang begitu, lakukan saja dan buktikan." jawab Nagiri tenang.

Mereka menyusuri hutan dengan tenang dan mengobrol santai. Ketika sedang berjalan, suara pekikan keras terdengar dari langit hutan hitam. Krom mulai turun perlahan ke arah mereka berdua.

Keempat saudara hewan buas mengetahui tentang kedatangan Nagiri dan Gui, sehingga Krom berinisiatif untuk menjemput mereka.

"Salam ketua besar, salam tuan muda." sapa Krom sopan. Kemudian terkejut menatap Gui tak percaya.

"Halo Krom." kata Nagiri tersenyum lembut.

"Paman Krom!"

"Saya kemari untuk menjemput anda berdua."

"Ah baiklah, kalau begitu." kata Nagiri.

Mereka berdua segera menaiki punggung Krom. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan, tidak ada percakapan berarti sepanjang jalan, sedangkan Gui sibuk membolak balikkan buku di tangannya.

Meraka akhirnya di kediaman Nagiri, terlihat tiga hewan buas besar lainnya menanti kedatangan mereka di depan kediaman Nagiri.

"Selamat datang ketua dan tuan muda!" kata ketiga hewan buas itu hampir bersamaan.

Gui berlari ke arah mereka bertiga dan memeluknya. Mereka semua sama terkejunya dengan Krom yang melihat perubahan drastis tuan muda mereka. Nagiri tersenyum melihat keakraban murid dan semua sahabatnya itu lalu berbalik meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kediamannya.

"Selamat untukmu, tuan muda!" kata Krom.

"Sangat luar biasa!" tambah Red.

"Benar benar sangat mengagumkan tuan muda." sambung Bron.

"Kapan kita bertarung?" kata Kong dengan polosnya.

"Hahahaha,,jangan seperti itu paman semuanya. Saya masih pemula." kata Gui sambil cengar cengir tersipu karena pujian para paman hewan buasnya itu.

Mereka berlima kemudian mengobrol santai hingga menjelang senja, kemudian mereka bubar kembali ke tempat masing masing. Sedangkan Gui masuk ke kediaman Nagiri untuk beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!