Kilat Tahap Puncak

Waktu kembali berjalan, hari berganti hari dan berlalu dengan cepat. Tanpa di sadari di dalam zona waktu inti hutan hitam kini telah genap satu minggu berlalu, sedangkan di dunia luar hanya berlalu beberapa hari saja semenjak Gui memulai berlatih teknik langkah kilat bab pertama.

Berkat semangat pantang menyerah dan dukungan dari sang guru, kini Gui telah menguasai bab pertama dengan level puncak paling sempurna, dan kini sedang melatih bab kedua dari buku langkah kilat, semua ini tak lepas dari pengawasan Nagiri.

Meskipun Nagiri terus mengawasi Gui, tetapi tetap saja kecepatan Gui dalam menguasai bab pertama membuatnya terkejut bukan kepalang.

Semua ini tentu di luar perkiraannya, yang mengira Gui akan membutuhkan waktu paling cepat satu bulan untuk menguasai bab pertama itu.

Dugaanya meleset, hanya membutuhkan waktu seminggu saja bagi Gui untuk menguasai bab pertama buku itu dengan tingkatan yang sempurna.

Ketekunan, pantang menyerah dan bakat alami yang di miliki Gui di duga kuat menjadi faktor kunci dalam kecepatannya menguasai bab pertama dari buku langkah kilat.

"Sangat jenius, aku saja waktu itu membutuhkan waktu hampir satu bulan lebih hanya untuk bab pertama ini, itu pun hanya sebatas tingkat puncak yang belum sempurna." gumam Nagiri dalam hati, dia yang awalnya terkejut kini berganti dengan rasa bangga kepada muridnya ini.

Sementara Gui sendiri, berulang kali dia mencoba bab kedua dari buku langkah kilat, berulang kali pula dia menemui kegagalan.

Kesulitan bab kedua ini jauh melampaui kesulitan bab pertama, karena terus menerus gagal, secara perlahan Gui mulai frustasi.

"Dalam ketenangan selalu ada jalan keluar, jadi tenangkanlah dulu pikiranmu bocah, tak perlu buru buru, waktu kita masih banyak." kata Nagiri menyadarkan Gui.

"Terima kasih guru." jawab Gui membungkuk hormat, kemudian dia mulai menenangkan pikirannya untuk mendapatkan sebuah kefokusan.

Setelah semuanya dirasa cukup, Gui mulai mengontrol jumlah energi yang keluar secara perlahan, dengan perlahan juga dia membiarkan energi milinya menjadi selaras dengan alam.

Sempat beberapa kali aliran energi Gui sedikit kacau tapi dengan cepat dia mengontrol dan mengendalikan kembali energinya.

Nagiri hanya senyam senyum saja melihat tingkah muridnya ini, dia mengagumi cara muridnya mengontrol energi dengan tidak ada kepanikan dalam menghadapi gejolak aliran energi yang mengalir.

"Bagus bocah! Teruslah melakukan hal yang sama, sampai benar benar bisa di kontrol!" kata Nagiri dan dilanjutkan dengan beberapa kata dukungan semangat lain untuk muridnya.

***

Waktu kembali berjalan, tak terasa dua minggu pun berlalu, dengan segala kerja kerasnya. Akhirnya bab kedua teknik langkah kilat berhasil di pelajari Gui dengan level puncak paling sempurna.

Teknik langkah kilat ini pada dasarnya bukan merupakan teknik yang mudah untuk di pelajari. Ketenangan, ketekunan, kesabaran, dan pantang menyerah merupakan harga mati jika seseorang ingin mempelajari teknik langkah kilat ini.

Dengan melihat waktu yang Gui butuhkan, sangat jelas bahwa dia ini merupakan sosok yang secara alami terlahir dengan bakat dan kejeniusan sejati.

Gui yang ingin melanjutkan bab terakhir dari buku langkah kilat langsung di hentikan oleh Nagiri.

"Tunggu sebentar Gui!" seru Nagiri sambil mendekati Gui.

"Ada apa guru?" tanya Gui dengan wajah bingung.

"Bocah, ini merupakan tahap terakhir, tahap ini sangat berbeda dan tingkat kesulitannya pun luar biasa, saranku, lakukanlah meditasi sehari sebelum mempelajarinya. Tujuannya untuk mendapat ketenangan jiwa, jadi tingkat keberhasilan dapat lebih mudah di capai." jelas Nagiri.

"Baik guru."

Layaknya murid yang baik, Gui menjalankan saran sang guru tanpa sedikit pun bertanya atau membantah.

Gui akhirnya melakukan meditasi demi mencapai ketenangan. Dia berusaha mengumpulkan ketenangan pada dirinya sesuai arahan Nagiri.

***

Di kota Beji, tepatnya di salah satu bangunan yang merupakan cabang dari jaringan informasi terkenal seluruh dunia, yang bernama Jaringan Informasi Desert Fox.

Terlihat 30 orang lebih menggunakan jubah hitam berpenutup kepala pada setiap orang, terlihat mereka sedang berbaris rapi menghadap seorang pemimpin yang hanya memakai pakaian terusan putih dengan sebuah kain di ikat di kepala.

"Aku tau tentang maksud kedatangan kalian, tetap saja aku tidak mengijinkan siapapun untuk memasuki hutan hitam!" seru sang pemimpin dengan tegas sambil menatap jejeran orang yang berdiri di depannya.

"Tapi tuan, kami sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana kondisi ketua besar." kata salah satu orang sambil membungkuk hormat.

"Aku tahu, tapi tetap saja tidak aku ijinkan."

"Tapi tu---..."

"Apakah kalian tidak lagi menghargai ketua besar? Apa kalian ingin memberontak!" potong sang pemimpin dengan sedikit berteriak.

"KAMI TIDAK AKAN BERANI TUAN!" seru semua orang berjubah secara serentak, sambil berlutut hormat dengan satu kaki.

"Maafkan aku, aku pun sama khawatirnya seperti kalian, namun ini semua atas perintah ketua besar sendiri, dan yang perlu kalian tahu, ketua besar baik baik saja." katanya sambil mengangkat sebuah bola giok kecil yang bersinar dengan sebuah petir di bagian tengahnya, menunjukkan ke semua orang.

"Tenanglah kalian, jika bola ini redup walau hanya sedikit, aku sendiri tak akan segan untuk masuk lebih dulu ke dalam hutan hitam." lanjut sang pemimpin atau lebih di kenal sebagai ketua Dean, penuh keyakinan.

"Apa kalian paham?"

"KAMI PAHAM TUAN!"

"Sekarang kembalilah dulu."

"BAIK TUAN!" lalu semua orang bubar kembali pada tempat mereka masing masing.

***

Waktu kembali berjalan, tak terasa sehari kembali berlalu, Gui telah selesai bermeditasi dan mulai mencoba bab terakhir dari buku langkah kilat.

Meski awalnya Gui mengalami kegagalan, namun gagalnya kali ini tak lama seperti dua bab sebelumnya, hasil dari meditasi sehari yang di lakukan sebelumnya sangat membantu dirinya.

Semua di buktikan bahwa Gui hampir menguasai 60 persen di hari pertama. Empat hari kemudian akhirnya Gui berhasil mempelajari bab terakhir dari buku langkah kilat, walau masih membutuhkan tambahan dua hari lagi untuk Gui menembus tingkat sempurna.

Seminggu kemudian Gui yang kini dapat bergerak cepat sesuai yang di pelajarinya dari buku lankah kilat, mulai mencoba teknik langkah kilat ini, dengan jarak tempuh yang lebih jauh, dalam hal ini percobaan Gui selalu di patok dengan waktu.

Percobaan pertama di mulai, tujuan Gui kali ini adalah kediaman Nagiri. Tapi kali ini Gui dengan sengaja bergerak melewati batasnya.

Hasilnya, bukannya sampai di kediaman Nagiri, Gui malah kesasar sampai area tebing pinggiran hutan hitam. Karena pergerakannya ini secepat kilat sampai sampai dia tidak mengenal lokasinya saat ini.

Apalagi Gui sengaja bergerak hingga melewati batasnya, dan ilmu Gui sendiri masih berada pada tahap roh menengah yang kapasitas energinya terbilang minim, dia harus menerima kelelahan parah akibat dari energinya yang terkuras.

Sambil terengah engah dia kemudian melihat ke sekitarnya, dan betapa terkejutnya dia akan posisinya saat ini.

"I-ini? Mungkinkah ini pinggiran hutan hitam?" tanya Gui dalam hati, sambil memperhatikan sebuah kota yang terlihat dari kejauhan, meskipun dalam keadaan lelah dan terkejut, namun ketika melihat kota itu, dia menyadari itu adalah kota Beji, kampung halamannya. Sempat terlintas kerinduan di matanya.

"Kota Beji ya?" kata Nagiri yang entah sejak kapan telah berada di samping Gui. Karena kehadiran tiba tiba Nagiri, Gui pun tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya.

Tentu tanpa di sadari Gui, gurunya sedari awal terus mengikuti pergerakan Gui, berhubung tingkat ilmu yang sangat jauh, mau sesempurna apapun Gui mendalami langkah kilat, dia tetap masih di bawah gurunya.

Karena pada dasarnya, langkah kilat akan menjadi lebih kuat tergantung tingkatan ilmu dan kemampuan dari penggunanya.

Pengguna langkah kilat dapat di kalahkan kecepatannya dengan mudah apabila lawannya dalah sesama pengguna langkah kilat dengan tingkatan chips yang lebih tinggi.

Makanya Nagiri dengan mudah menyusul Gui, berbeda jika tingkatan chips Nagiri dan Gui seimbang.

"Gu-guru? Ba-bagaimana guru bisa kesini?" tanya Gui terbata karena terkejut juga kelelahan parah.

"Hehehe,,, itu bukan perkara sulit,,, aku masih gurumu bukan?" kemudian Nagiri menjelaskan semuanya pada Gui.

"Sudahlah, semua ini hanya masalah waktu sekarang, tidak usah kamu pikirkan." kata Nagiri sedikit terjeda sambil menatap kota Beji.

"Bocah, Jika kau mau, kau bisa mengunjungi kota Beji." lanjut Nagiri. Gui sempat tersentak tapi kemudian langsung menggeleng pelan.

"Tidak guru, tidak sekarang. Tapi ketika kepulangan saya, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kota Beji." dengan kemarahan yang terpencar jelas dari matanya, melihat ini tawa pelan Nagiri terdengar.

"Hehehe,,, dengarkan saranku bocah, sebaiknya kau cari tahu dulu alasannya, aku tidak mau nantinya kau mengalami penyesalan yang sangat mendalam."

"Baik guru, saya mengerti." kata Gui setelah dirinya berhasil menenangkan amarahnya.

Kemudian mereka berdua kembali ke inti hutan hitam, Gui di bantu Nagiri untuk menuju inti hutan hitam. Nagiri menggendong Gui di punggungnya karena muridnya itu tidak memiliki tenaga sama sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!