Julian Kahila

Sementara itu di wilayah kota Beji, terlihat beberapa prajurit sedang melakukan patroli rutin di sekitar wilayah kota Beji. Tak lama kemudian mereka di hampiri oleh seorang pemuda berpakaian Hitam. Pemuda itu adalah Ian.

"Apa kalian prajurit kota Beji?" tanya Ian santai disertai senyum khasnya.

"Siapa kau!" tanya prajurit dengan arogan sambil menatap tajam ke arah Ian.

Ian menghelas nafasnya.

"Heedeh, apa kalian prajurit kota Beji?" sekali lagi Ian mengulang pertanyaannya dan masih dengan ekspresi yang sama seperti sebelumnya.

"Hei bocah! Siapa kau dan ada urusan apa kesi---,,,"

Belum sempat prajurit itu menyelesaikan kata katanya, sebuah tinju langsung mengirim dirinya terbang puluhan meter.

Prajurit lain begitu kaget melihat pergerakan cepat yang yang di lakukan ian. Awalnya mereka mengira Ian orang biasa karena tidak merasakan aura apapun dari dirinya. Dan kejadian ini membuka mata semua orang.

"Aku paling benci mengulang pertanyaanku di hadapan para semut seperti kalian." kata Ian masih dengan senyuman khasnya.

"Apa yang kalian tunggu! Serang dia!" teriak salah satu prajurit yang terlihat sebagai kapten.

Dengan menggunakan senjata tombak masing masing semua anak buahnya menyerang Ian. Naasnya, tak sampai satu menit, semua prajurit itu terbaring tak berdaya di tanah, kapten prajurit yang melihat hal ini sangat ketakutan, hanya dalam sekejap mata, para bawahannya yang rata rata memiliki tingkat chips pendekar emas, semuanya langsung di kalahkan dengan mudah, tanpa sedikit pun memberikan perlawanan berarti. Dan semua ini di lakukan oleh satu orang yang terlihat tak memiliki dasar chips.

"Haish, kalau saja kalian bukan orang orang Julian, dari tadi kalian sudah ku buat pindah alam. Dasar semut lemah." kata Ian sinis dan menatap ke arah kapten itu.

"Hey semut kepala besar! Kemarilah!" lanjut Ian tiba tiba ramah, lengkap dengan senyum cerah khasnya.

Ibarat berhadapan dengan seekor monster buas yang sangat mengerikan, tanpa menunggu lama, kapten itu berlari ke arah Ian dan berlutut di depannya.

"Ma-maafkan saya tuan, saya tidak menyadari kekuatan milik anda." kata kapten itu terbata.

"Cih, berikan surat ini ke pemimpin kota Beji, ingat tak boleh di wakilkan! Dan jika dia bertanya tentang aku, bilang saja sudah pergi. Apa kau mengerti?"

"Me-mengerti tuan."

"Baiklah, kau boleh pergi."

Kapten itu langsung bangkit berdiri dan pergi secepat yang dia bisa, meninggalkan Ian dan para bawahannya yang masih terkapar pingsan di tanah.

***

Di kediaman pemimpin kota petir, kapten itu akhirnya berhasil masuk setelah sedikit drama di gerbang kediaman pemimpin kota.

Kapten itu menemui Boris yang kala itu sedang berada di perpustakaan.

Boris Kahila adalah pemimpin kota yang terkenal mudah untuk di temui, jadi bukan hal sulit bagi kapten itu untuk menemukannya.

"Salam pemimpin kota, saya salah satu kapten prajurit patroli kota, kedatangan saya kesini, ingin memberikan sepucuk surat ini pada anda." kata kapten itu sambil berlutut satu kaki dan mengangkat tinggi sebuah surat di tangannya.

"Surat? Siapa yang memberikannya?" tanya Boris sambil menerima surat yang di maksud.

"Se-seorang pemuda, tuan."

"I-ini? Dimana pemuda itu?!" tanya Boris setelah membaca surat itu dan mengenali tulisan cucunya.

"Maaf tuan, pemuda itu langsung pergi setelah memberikan surat ini." kata kapten itu tegas.

Kapten itu berbohong karena masih terngiang ngiang dalam benaknya bagaimana kekuatan pemuda itu, dan memilih menutupi fakta yang terjadi. Apalagi dia juga sangat takut menghadapi kemarahan Boris, jika mengetahui sepuluh orang pasukan patroli kelas pendekar emas, kalah melawan orang yang tidak memiliki aura chips.

"Baiklah, kau boleh pergi, dan jangan katakan apapun pada siapapun." kata Boris, setelah terdiam beberapa saat.

"Baik pemimpin kota!" jawab kapten dan pergi dari hadapan Boris, tidak lupa dia mengjak seorang tabib untuk diam diam membantu mengobati sepuluh bawahannya.

Setelah kepergian kapten itu, Boris langsung menemui putranya, Ahno, untuk memberikan sepucuk surat yang sedang di genggamnya kini.

***

Di sebuah tempat, tepatnya di anjungan sebuah kapal yang akan menuju benua merah, terlihat seorang pemuda tampan sedang berdiri tegak menatap hamparan laut luas.

Dia adalah Julian Kahila, sebelumnya Ian berusaha keras untuk mengajak Julian ikut bersamanya menuju markas rahasia Night Ghosts yang terletak di wilayah benua merah.

Meski pada awalnya Julian menolak keras ajakan Ian, tapi setelah Ian mengatakan bahwa tuannya merupakan salah satu dari jajaran orang terkuat di wilayah benua merah. Perlahan Julian mulai mempertimbangkannya, dan akhirnya Julian setuju tapi dengan syarat Ian harus mengantarkan sepucuk surat ke keluarga Kahila, Julian tidak mau keluarganya khawatir karenanya.

Ian menyetujui syarat Julian dan mengantarkan surat Julian menuju keluarga Kahila di kota Beji.

"Kawan! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Ian santai dan berjalan menghampiri Julian.

"Kawan? Sejak kapan aku jadi temanmu?" jawab Julian tanpa menoleh sedikit pun.

"Hei, hei,,,lihat siapa yang---,,," kata Ian terhenti ketika di tatap tajam oleh Julian.

"Oke oke! Aku yang salah!" lanjut Ian memelas.

"Kapan kita sampai?" tanya Julian beberapa saat kemudian.

"Kalau dari kecepatan segini sih, kurasa dua hari kita bisa sampai." jawab Ian.

Tak ada percakapan selanjutnya yang terjadi, keduanya kemudian berpindah ke tempat masing masing untuk beristirahat.

***

Benua merah merupakan salah satu dari lima benua yang ada di dunia ini, luas benua merah hampir sama dengan luas benua kuning.

Di benua merah terdapat beberapa negara dan ratusan kota serta satu negara besar yang menjadi pusat dari semua negara.

Negara itu adalah Negara Pamsa dengan seorang kepala negara bergelar Twin Tomahawk Emperor sebagai pemimpin tertinggi.

Negara Pamsa, memberikan kebebasan bagi seluruh negara kecil yang berada di wilayahnya untuk memimpin, mengatur, mengontrol atau lain sebagainya sesuai keinginan mereka masing masing. Negara Pamsa tidak akan ikut ambil dalam urusan politik negara negara kecil yang di kuasainya. Dengan syarat, semua negara di wilayah benua merah, harus mengakui dan tunduk atas kekuasaan mutlak milik negara Pamsa.

Sedikit berbeda dengan kondisi pemerintahan di wilayah benua kuning.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!