Kaisar Dewa Perang

Sesaat sebelum kenaikan chips beruntun yang dialami Gui, cuaca hutan hitam yang pada awalnya cerah seketika berubah.

Langit hutan hitam sekali lagi menjadi gelap, awan hitam pekat menutupi sinar matahari, dari balik awan mulai bermunculan kilatan kilatan petir disertai hujan deras.

Sekedar informasi, sebenarnya kegiatan berhubungan dengan chips merupakan suatu hal yang sangat menentang aturan dari langit. Perubahan cuaca hutan hitam yang terjadi secara tiba tiba ini merupakan hal yang wajar terjadi. Tapi entah sejarah darimana yang menjadikan chips ini berkah bagi manusia.

((Kita bisa bahas suatu saat nanti apabila di ijinkan oleh sang pencipta.))

Meskipun peningkatan chips merupakan tindakan yang menentang aturan dari langit, tetap tak akan terjadi suatu hal yang luar biasa, hanya sebatas awan mendung berpetir yang di sertai turunnya hujan deras, sepanjang terjadinya proses kenaikan tingkat chips seseorang.

Ini merupakan pengetahuan umum yang di ketahui oleh semua pemilik chips di dunia ini.

Sejak 10.000 tahun belakangan, atau sejak berakhirnya masa perang tiga dunia, namun semua orang sepertinya lupa, mereka lupa akan dasyatnya kemarahan alam ketika seorang chipers tertentu akan menembus tahap chips tingkat legenda dan beberapa tingkat di atasnya.

Saking dasyatnya, bahkan menimbulkan kerusakan sangat parah hampir melebihi radius 100 kilometer dari tempat seseorang yang melakukan kenaikan tingkat chips.

Para leluhur mengatakan hal ini merupakan bentuk kemarahan langit sekaligus proses persetujuan yang di lakukan oleh langit itu sendiri.

Hal ini dapat di maklumi karena sepanjang era 10.000 tahun hingga saat ini, tak ada satupun pemilik chips di dunia ini yang di ketahui telah menembus tahap chips legenda atau tahap tahap selanjutnya.

Tak ada sama sekali sampai sampai para generasi muda beranggapan bahwa tahap tertinggi dalam chips merupakan tingkat alam. Tingkat yang sampai saat ini juga, tak pernah di jumpai di seluruh dunia ini.

Begitulah pengetahuan umum yang kebenarannya terkesan di paksakan.

***

Di kediamannya, Nagiri terlihat sedang di temani empat saudara hewan buas, tiba tiba di kejutkan dengan perubahan cuaca.

"Ketua! Apakah ini---,,," ucapan Red langsung terpotong, saat Nagiri langsung menanggapi maksud dari pertanyaan Red.

"Benar, ini merupakan perbuatan Gui, kalian tetaplah di sini!" seru Nagiri sambil pergi dengan ekspresi senang tergambar dari wajahnya.

Sudah lama dia menunggu momen ini, tak membuang waktu lama, Nagiri langsung pergi ke arah inti hutan dengan cepat, sampai sampai keempat saudara hewan buas belum sempat bereaksi, Nagiri sudah menghilang dari tempatnya.

"I-Ini?"

"Kau benar kawan, sudah lama sekali, aku tak melihat kecepatan seperti ini."

"Hahaha. Aku sampai lupa siapa ketua kita."

"Hish! Pelupa identik dengan kobodohan alami." kata Bron sinis.

"Waahh, lihat siapa yang sedang membicarakan diri sendiri!"

"Hah! Apa!"

"Kalian berdua! Hentikan! Jangan merusak momen bahagia ini!" seru Krom menghentikan perdebatan itu.

***

Di sisi lain, Nagiri sampai di inti hutan hitam. Nagiri terkejut melihat kondisi alam inti hutan hitam yang rusak parah.

Hampir delapan puluh persen energi alam yang ada telah terserap sehingga menyebabkan kondisi alam mengalami kerusakan besar dan parah sebagai akibatnya.

Energi alam sebenarnya berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi lingkungan sekitar, namun karena telah di ambil paksa oleh Gui, maka banyak dari tumbuhan mengalami kerusakan dan mati, bahkan tanah juga mengering.

"Apa yang terjadi? Mungkinkah?!" seru Nagiri kaget.

Dengan buru buru Nagiri mengeluarkan sebuah buku kuno dari cincin ruangnya, buku ini tampak usang dan usianya sudah sangat tua serta tidak memiliki judul pada sampul buku itu.

Setelah beberapa kali membolak balikkan buku usang itu, senyum cerah pun terlihat pada wajah Nagiri.

"Tubuh Kaisar Dewa Perang! Bocah kau sangat beruntung! Sepertinya harapan para leluhur segera terwujud." gumam Nagiri setalah membaca buku tua di tangannya itu. Lalu pandangannya tertuju pada gua dimana Gui berada.

"Hoho, sudah di mulai ya? Mari kita lihat akan sampai mana keberuntunganmu bocah."

***

Di sebuah tempat, tepatnya dunia khusus milik Gui sendiri, terlihat Gui dengan memakai setelan pakaian berwarna hitam polos sedang berbaring di bawah sebuah pohon persik.

Di bawah pohon persik ini, juga terdapat satu meja berbentuk bulat yang jika di perhatikan merupakan sisa sisa dari sebuah pohon yang telah di tebang, terlihat juga akar pohon yang masih utuh berada di dalam tanah.

Meja itu memiliki dua tempat duduk yang saling berhadap hadapan yang juga terbuat dari sisa sisa dahan pohon. Di salah satu tempat duduk terlihat seoranf pria tua sedang duduk santai sambil bermain catur.

Pria itu memilik rambut panjang yang di biarkan terurai, jenggot putih dan dia juga memakai pakaian putih selaras dengan warna rambut dan jenggotnya.

"Aish! Dimana aku?" rintih Gui pelan setelah sadar sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Perlahan Gui berusaha untuk bangkit. Gui juga bingung mendapati pakaian yang dia gunakan.

"Pakaian? Bukannya aku sedang berada di kolam halilintar? Lalu darimana pakaian ini?" gumam Gui pelan.

"Sudah bangun ya?" kata sang pria tua tanpa menoleh, sampai mengejutkan Gui.

Buru buru Gui bangkit berdiri dan langsung membungkuk hormat.

"Ma-maaf tuan, saya bertindak tidak sopan pada anda, saya benar benar tidak menyadari keberadaan anda sebelumnya. Sekali lagi saya memohon maaf. kata Gui.

"Hoho,,bocah ini menarik! Bukannya bertanya macam macam, dia malah meminta maaf karena tak menyadari kehadiranku." kata sang pria tua dalam hati sambil mengagumi sikap Gui yang berbeda dengan kebanyakan orang.

"Duduklah di depanku." lanjut sang pria tua pelan sambil tersenyum ke arah Gui.

"Maaf tuan, apakah saya ini telah mati? Apakah tempat ini yang di namakan alam kematian akhirat?" tanya Gui sebelum melakukan perintah orang tua itu.

Ingatan Gui masih begitu kuat, dia sebelumnya sedang melakukan pembentukan tulang bersama gurunya di kolam halilintar. Bagaimana bisa dia secara langsung berpindah tempat. Hanya kematianlah jawaban yang paling logis menurut Gui.

"Duduklah dulu bocah." kata sang pria tua pelan dan kembali fokus bermain catur.

Meski membutuhkan jawaban, karena Gui merupakan pribadi yang sangat menghormati orang yang lebih tua, dia akhirnya menuruti permintaan itu dengan patuh.

Sikap Gui ini merupakan hasil dari pendidikan yang baik yang dia dapatkan dari keluarganya sendiri. Sehingga lambat laun hal ini menjadi suatu kebiasaan yang di bawa Gui hingga kini.

"Mmm, tuan---,,,"

"Apakah kau tahu permainan ini?" potong sang pria tua.

"Catur? Dulu saya sering melihat ayah dan kakek memaninkannya, jadinya saya sedikit paham tuan."

"Baiklah, temani aku bermain."

Meskipun Gui masih penasaran tapi dia tetap tak berani menolak ajakan pria tua yang di depannya ini.

Setelah Gui mengatur bidaknya, permainan un di mulai. Hebatnya lagi, Gui dapat melupakan sejenak segala pertanyaannya dan hanya fokus bermain catur. Sang pria tua ini tersenyum melihat pribadi Gui ini, sangat jarang baginya dapat menemukan orang seperti Gui.

"Maaf tuan, meskipun saya masih pemula, tapi sebaiknya tuan jangan salah langkah." kata Gui pelan, memperingatkan sang pria tua d depannya, sambil serius manatap bidak musuhnya.

"Hoho, apa ini ancaman?"

"Eh? tu-tuan i-ini hanya kata kata biasa, saya tidak bermaksud demikian." kata Gui sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Hoho, baiklah!" sambil menggerakkan pion prajurit, lalu permainan kembali berlanjut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!