Benua Kuning merupakan benua yang ukurannya paling besar jika dibandingkan dengan benua lainnya, terdapat juga beberapa pulau kecil, yang tentunya masih masuk dari bagian wilayah benua Kuning, pulau pulau ini pernah di gunakan oleh kepala negara sebagai pos pos pemantauan, demi antisipasi serangan musuh dari arah laut.
Sayangnya pembangunan ini pada akhirnya tak begitu berguna, sehingga pos pos pemantauan ini pun di tinggalkan begitu saja.
Dari semua pulau kecil yang bertebaran di benua kuning, hanya satu pulau yang tak pernah di dirikan pos pemantauan, hal ini bukan tanpa alasan, pulau yang di maksud merupakan pulau yang letaknya sendiri tidak di ketahui pasti oleh pemerintah negara Tirba, kalaupun tahu, dapat di pastikan pihak pemerintah tak bisa melakukan apa apa.
Pulau dengan ukuran kurang lebih 15 ribu kilometer ini sebenarnya cukup untuk menampung beberapa juta jiwa apabila pulau ini diketahui oleh pemerintah Tirba. Sangat di sayangkan akses menuju pulau ini sangatlah sulit.
Karena pulau ini di lindungi kabut alami super tebal yang dapat menghalau jarak pandang seseorang, selain itu perairan yang ganas dan cuaca yang tak menentu seakan juga menjadi benteng alami bagi pulau ini.
Beberapa nelayan yang penasaran, pernah mencoba untuk mendekati area berkabut di tengah laut itu, namun kapal yang di naiki mereka semuanya hancur oleh derasnya ombak, hampir semua orang di benua kuning tidak tahu apa yang ada di balik kabut itu, hanya rumor rumor yang tidak jelas yang tersebar di masyarakat.
Dan sampai saat ini, tak ada yang tahu di pulau tersembunyi yang di kelilingi benteng alami ini ternyata telah di tempati manusia dengan jumlah yang terbilang luar biasa.
Hampir 10 juta jiwa manusia yang hidup di sana, dan hampir semua penghuninya adalah petarung elit dengan tingkatan chips terendahnya adalah tingkat suci puncak.
Dan sangat di sayangkan, kekuatan tempur sangat besar yang mendiami pulau ini merupakan organisasi keluarga pemberontak yang ingin menggantikan posisi kepala negara Tirba yang sekarang.
Pulau itu di kenal dengan nama Pulau Senja.
***
Ditengah tengah pulau Senja, di sebuah bangunan berukuran sangat besar, yang hampir dua kali ukuran istana negara Tirba. dengan sebuah bendera hitam berkibar di setiap atap runcing bangunan itu. Terlihat seseorang tengah berlutut dengan satu kaki dan salah satu tangannya membentuk tinju yang di tempelkan ke lantai. Posisinya menghadap ke sebuah tirai transparan.
"Katakanlah!"
Sebuah suara serak yang terdengar kasar dari balik tirai transparan itu. Menampilkan bayangan seorang pria dengan ukuran tubuh yang sangat tidak normal, ukurannya dua kali ukuran tubuh penduduk benua Kuning. Bayangan itu terlihat sedang duduk di balik tirai.
"Tuan, saya telah mendapat informasi dari mata mata kita bahwa dalam lima bulan mendatang akan diadakan pemilihan murid untuk tiga keluarga terbesar di istana negara Tirba." kata seseorang yang tadi berlutut di depan tirai.
"Begitukah? Hehehe,,, Rupanya sudah di mulai. Lalu bagaimana persiapan kita?" jawab tuannya sedikit terjeda.
"Tuan, satu juta pasukan sudah siap menunggu perintah anda!"
Mendengar ini, tawa keras sosok besar di balik tirai itu terdengar.
"100 tahun penantianku akhirnya tiba! Bersiaplah! Sebentar lagi kita akan menghancurkan negara Tirba!"
"Baik tuan!" jawab orang yang berlutut itu kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan.
Bertingkah seperti pemimpin di Pulau Senja, tapi pada kenyataannya adalah pria besar di balik tirai itu sebenarnya hanya seorang bawahan. Rahasia ini tertutup rapat dan tidak diketahui oleh seluruh penghuni Pulau Senja. Ada seseorang dengan intensitas lebih tinggi di atasnya, bahkan pria besar ini tidak akan berani menatap matanya.
Pria besar itu beranjak keluar dari balik tirai, tampaklah wujudnya, dia terlihat sangat besar dengan tubuh berotot dan dua kapak besar bersilang pada punggungnya.
Wajahnya tampak sangar dengan bekas luka hampir di setiap bagian tubuhnya, menambah kesan mengerikan jika di lihat oleh orang lain.
Pria itu kemudian berjalan menuju sebuah ruangan rahasia, yang tersembunyi jauh di bawah bangunan besar ini.
Tak lama dia berjalan, dia tiba di sebuah pintu besar berlapis emas dengan dua ekor naga menjaga pintu tersebut. Pria itu berlutut dengan satu kaki tepat di depan pintu emas besar itu.
"Yang mulia! Persiapan kita telah sempurna." kata sang pria.
Tidak ada jawaban. Beberapa lama kemudian pintu itu terbuka.
"Masuk!" seru sebuah suara dari dalam ruangan. Suara yang terdengar sangat berat.
Pria besar itu masuk, terlihat kemegahan ruangan di balik pintu, lantai dan dindingnya terbuat dari marmer yang dipadukan dengan emas dan perak. Banyak terdapat tumpukan senjata, obat obatan dan sebagainya yang tersebar di beberapa titik dalam ruangan itu.
Walau sangat megah, bertebaran aura kegelapan yang membuat suasana ruangan ini terasa begitu mencekam.
Terdapat sebuah singgasana emas yang di balut kulit hewan buas dengan enam anak tangga bersusun di depannya.
Terlihat beberapa orang sedang duduk santai di setiap anak tangga, dan satu orang duduk di atas singgasana emas. Satu orang itu memakai mantel bulu hitam pekat serta sebuah topeng seram menutupi seluruh wajahnya. Dari sini di pastikan sosok ini merupakan intensitas tertinggi yang menjadi penguasa sejati pulau senja ini.
"Bat! Apakah persiapannya sudah benar benar matang?" tanya orang yang duduk di singgasana itu.
"Semua siap yang mulia." jawab Bat sambil terus berlutut hormat.
"Bat! Tak ada kesalahan! Tak ada pengampunan!" kata pemimpin itu setelah diam beberapa waktu.
Mendengar hal ini, Bat mulai berkeringat ketakutan serasa nyawanya ingin segera mungkin pergi dari tubuhnya sendiri.
"Ba-baik ya-yang mu-mulia." jawab Bat gugup kemudian bangkit berdiri dan berbalik pergi.
***
Kembali ke hutan hitam, terlihat Gui sedang mendengarkan arahan Nagiri, gurunya.
"Kualitas tulang dan fisikmu aku rasa sudah cukup, dan seperti janjiku, sekarang kita akan memulainya, apa kau siap?"
"Saya selalu siap guru!"
"Hehehe,,, bagus! Sekarang duduk bersila pada lingkaran diagaram itu." kata Nagiri.
"Atur nafasmu dan tetaplah fokus." lanjut Nagiri setelah Gui duduk di atas sebuah formasi diagram yang di masksud.
"Baik guru."
"Bocah! Bersiaplah, aku akan mulai." kata Nagiri beberapa saat kemudian, yang di tanggapi Gui dengan anggukan pelan.
"Bersiaplah! Diagram teknik ribuan sulur dewa! Aktifkan!"
Ketika ucapan Nagiri berakhir, lingkaran diagram yang di gambarnya kemudian serentak mengeluarkan ribuan sulur hitam pekat yang langsung mengarah ke punggung Gui tempat dimana segel naga emas berada.
Teriakan Gui mulai terdengar saat ribuan sukur mengenai segel naga miliknya.
"FOKUS! ATUR NAFASMU!" teriak Nagiri.
"Bersiaplah bocah! SEGEL NAGA EMAS LEPASKAN!" lanjut Nagiri setelah Gui kembali fokus.
Bersamaan dengan itu, langit yang awalnya cerah seketika menghitam, dari sana petir mulai menyambar, menunjukkan kemurkaannya.
Tak perduli akan kemurkaan langit ini, Nagiri terus mengaliri energi miliknya ke lingkaran diagram melipat gandakan proses pembukaan segel, teriakan kesakitan Gui bergema semakin pilu, dia merasa seakan akan punggungnya terbakar.
"Hehehe, hanya sebuah segel dewa saja, jangan kira akan membuatku takut. Apa kalian lupa siapa aku!" gumam Nagiri pelan melihat ke atas langit. Bersamaan dengan itu warna segel naga pada punggung Gui mulai memudar, karena terus di serap oleh ribuan sulur diagram Nagiri.
Selama proses ini, langit terus mengeluarkan amukan petirnya, seolah olah menunjukkan rasa tidak suka pada tindakan yang di lakukan oleh Nagiri.
***
Setelah dua jam berlalu, akhirnya Nagiri pun mengakhiri pengaliran energinya pada formasi diagram, jeritan jeritan Gui juga perlahan mereda yang tak lama sudah tidak terdengar lagi.
"Mari kita lihat sejauh mana kau akan meningkat bocah!" gumam pelan Nagiri sambil sedikit beranjak menjauh setelah melihat tubuh Gui di tutupi energi yang tebal.
Tak lama kemudian dari arah tubuh Gui mulai terdengar bunyi berdengung.
Kemudian bunyi berdengung pun perlahan mulai berganti dengan bunyi dentuman pelan yang semakin lama semakin keras.
Pada dentuman ke sepuluh, lonjakan aura lebih besar tahap pemurnian energi mulai terpancar dari tubuh Gui. Kekuatan ini seperti chips namun telah sempurna. Dan tubuh Gui mulai menerobos tahap demi tahap setiap tingkatan chips.
Chips kelas pendekar perunggu hingga emas telah di lewati tubuh Gui, dan ternyata masih terus berlanjut ke tingkat roh menengah kemudian...
DUMM!
Ledakan kecil terjadi, tahu akan hal ini, senyum cerah pun terlukis di wajah Nagiri. Dia berjalan mendekati Gui.
"Aku akan membantumu menstabilkan energi dan pondasi mu." kata Nagiri pelan sambil menempelkan telapak tangan pada pundak Gui, dan ketika di rasa telah cukup, dia menarik kembali telapak tangannya.
Tetapi Nagiri tetap mengarahkan Gui untuk menstabilkan sedikit lagi pondasinya sendiri, tentu hal ini bertujuan agar nantinya Gui dapat mandiri. Setelah semua selesai, Gui bertanya pada gurunya.
"Guru, apa yang terjadi? Apa yang barusan guru ajarkan? Apakah segelnya telah terbuka?"
"Hehehe,,, apakah kau merasakan sesuatu?"
Meski bingung mendengar pertanyaannya di balik dengan pertanyaan lain, Gui berusaha merasakan sesuatu yang dimaksud gurunya.
"Mmmm, ini aneh guru, sesuatu yang membuat nyaman seperti mengalir di dalam tubuh saya." kata Gui setelah terdiam beberapa saat.
"Menurutmu apa?" sambil kembali ke posisinya semula, masih dengan senyum di wajahnya.
"EH? Apa maksudnya? Mungkinkah?!" kata Gui dalam hati, dengan ekspresi terkejut setelah sadar yang baru saja dia rasakan merupakan sesuatu yang di sebut energi, bersamaan dengan itu air matanya pun mengalir.
"Begitu ya! sekarang aku seorang chipers!" seru Gui dalam hati. Ya, energi tubuhnya telah mengalir karena segel telah dilepas, dia merasa sekarang dirinya di karuniai chips. Kenyataanya bahkan energinya ini sebenarnya jauh di atas chips.
Gui bangkit berdiri kemudian menatap kedua telapak tangannya, dia terdiam sejenak. Gui menghampiri Nagiri. Tepat di depan gurunya, Gui berlutut dan bersujud.
"Terima kasih banyak guru!" seru Guii sambil menempelkan jidatnya di tanah, di tambah air mata yang mengalir deras tiada henti.
"Hehehe,,, aku ikut senang dengan pencapaianmu, tapi tidak baik jika larut dalam kesenangan, karena perjalananmu sendiri masih sangat jauh. Bangunlah, aku akan menjelaskan beberapa hal yang aku ketahui mengenai dunia ini dan juga tingkatan chips kepadamu." kata Nagiri dengan tatapan haru.
"Baik guru!" sambil mengusap air matanya, kemudian duduk mendengarkan penjelasan Nagiri.
"Dengarkan baik baik Gui." sambil tersenyum dan mulai bercerita.
"Dahulu ada satu sosok tertinggi yang kekuatannya tak bisa di gapai oleh siapapun di dunia ini. Beliau kemudian menciptakan alam semesta, Yang kemudian di pecah menjadi tiga dunia. Salah satunya adalah dunia yang kini kita pijak. Dunia tengah."
Sejak dahulu tiga dunia ini selalu berperang menentukan siapa yang terkuat, dalam sehari ribuan bahkan jutaan nyawa melayang selama masa perang, hingga 10 ribu tahun belakangan, terjadi gencatan senjata antara ketiganya. Mereka menghentikan perang sementara. Entah sampai kapan, Nagiri sendiri tidak tahu. Seiring dengan kembali pulihnya kondisi wilayah di tiap tiap dunia, Nagiri merasa perang ini akan kembali pecah.
Nagiri menjeda ceritanya sambil menatap langit dengan sedih, kemudian melanjutkan penjelasannya kepada Gui, muridnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments