Waktu berjalan, tak terasa 3 hari berlalu begitu cepat. Pagi pagi sekali Julian sedang berdiri di anjungan kapal ditemani oleh Ian.
"Kawan, lihat daratan di depan sana." kata Ian terjeda sambil menunjuk daratan yang terlihat agak jauh di depan mereka.
"Itulah benua merah, sebentar lagi kita akan tiba." lanjut Ian sambil tersenyum seperti biasanya.
"Ehm, siapa yang temanmu? Apa wajahmu itu tidak punya ekspresi lainnya?" tanya Julian setelah diam beberapa saat.
"Hehehe, jelas kamu itu temanku dan juga dunia ini indah jika kau selalu tersenyum, kawan." jawab Ian dan langsung tertawa yang pada akhirnya Julian memilih diam.
Kapal yang mereka tumpangi bersandar di dermaga dan Julian pun turun.
"Selamat datang di kota banyu, kawan, di sini bagian dari wilayah negara Pamsa." kata Ian memberi penjelasan tanpa di tanya.
"Karena kita baru sampai, gimana kalau kita mampir di restoran paling terkenal di kota ini?" Lanjutnya sambil berbalik menatap Julian.
"Mau ya? Mau ya?" lanjut Ian lagi menunjukkan wajah memelas kelas premiumnya yang membuat Julian terkejut.
"Hei Hei! Berhenti memasang wajah menjijikkanmu itu! Ugh,, oke oke! Kita kesana."
"Haha, gitu harusnya seorang kawan kan? Dan kali ini aku yang traktir!" kata Ian sambil tertawa dan memimpin jalan.
Tidak lama, mereka tiba di sebuah restoran mewah berlantai dua. Rumah makan itu bernama Blue Lotus Resto, terlihat dua orang berbadan besar dengan masing masing membawa pedang di pinggang mereka untuk menjaga pintu masuk restoran.
Julian tidak bisa merasakan aura chips dari dua orang besar itu, bukan karena mereka bukan pengguna chips atau menyembunyikan aura mereka tapi karena tingkatan chips mereka berada di atas Julian. Mereka tahu bahwa Julian mencoba melihat tingkatan chips mereka, tapi mereka tetap diam dan tidak perduli.
Tanpa masalah Julian dan Ian masuk ke dalam restoran dan disambut oleh seorang pelayan berusia muda.
"Selamat datang tuan tuan, anda mau di lantai bawah atau atas?" tanya pelayan dengan ramah.
"Atas." jawab Ian santai.
"Baiklah tuan tuan, mari saya antarkan." kata pelayan langsung memimpin jalan menuju ke lantai dua.
Ketika di lantai dua, ternyata di sana adalah ruang privat khusus yang di bagi dan di sekat oleh tembok tembok setiap ruangannya. Mereka berdua di antar pelayan masuk ke salah satu ruangan itu. Pelayan mempersilahkan mereka duduk.
"Ehm, bawakan makanan yang paling enak disini, dan jangan lupa arak yang terbaik." kata Ian setelah duduk.
"Ah, baiklah tuan, silahkan menunggu sebentar." jawab pelayan kemudian berbalik pergi keluar ruangan itu.
"Kawan, aku sebenarnya penasaran, apa yang membuatmu akhirnya mau ikut denganku?" tanya Ian pelan untuk memecah kecanggungan antara mereka.
"Bukankah kau yang memaksaku."
"Eh? Maksudku adakah alasan lainnya?"
"Ada jawaban yang pas dan jawaban realistis. Kamu mau yang mana?"
"Apa bisa aku tahu keduanya kawan?" tanya Ian sambil tertawa kecil.
"Kalau gitu, jawaban yang paling pas dulu." kata Julian santai kemudian menjelaskan secara pasti.
Dunia chipers adalah dunia yang keras. Dunia yang hanya menghormati orang yang kuat dan tak ada harapan untuk yang lemah. Jadi banyak orang akan mengejar kekuatan terkuat itu.
"Daripada aku hanya punya kekuatan, aku ingin memahami lebih jauh untuk tahu arti kekuatan yang kumiliki." lanjut Julian.
"Apa harus kita memahami sampai seperti itu kawan?" tanya Ian.
"Harus! Aku harus memahami semua ini, karena aku juga chipers."
"Hmm, betul juga. Pas sekali." kata Ian dalam hati mendengar penuturan Julian.
"Dan jawaban realistisnya, aku harus menyelamatkan adikku segera mungkin."
"Adik? Memangnya kenapa adikmu?"
"Ceritanya panjang," jawab Julian sambil menghela nafasnya.
"Hey kawan, waktu kita masih panjang, kau bisa melepaskan keluh kesahmu padaku."
Meskipun Julian terkadang dingin dan tak perduli kepada Ian, tapi selama mereka bersama, Julian selalu mengawasi gerak gerik Ian, dia mencoba mendalami karakter dan sifat Ian. Hingga Julian tahu bahwa Ian adalah tipikal orang yang bisa dipercaya dan bisa di andalkan.
Hingga saat ini Julian mau menceritakan perihal masalah adiknya kepada Ian. Baru mendengar setengahnya saja, Ian sudah di buat terkejut bukan kepalang. Dia tidak habis pikir, bagaimana sebuah keluarga bisa melakukan hal sekeji itu kepada bocah. Walau terkejut, Ian tetap tenang dan mencoba untuk tidak memotong bicara teman barunya itu.
"Aku tau isi pikiranmu, kami sebenarnya juga tidak tega tapi mau bagaimana lagi, itu cara satu satunya yang kami tahu. Dan semuanya berakhir di hutan hitam ini." kata Julian penuh penyesalan.
"Tenang kawan, aku akan membantumu sebisaku." kata Ian berusaha menghibur.
"aah, terima kasih atas tawaranmu, tapi apa kalian di benua merah ini tidak tahu apapun tentang hutan hitam?"
Percakapan kecil mereka terus berlanjut hingga pelayan datang membawakan pesanan mereka. Setalah di persilahkan masuk, pelayan mulai meletakkan semua pesanan di atas meja. Ketika pelayan peregi, mereka berdua langsung menyantap semua makanan itu sampai ludes tak bersisa. Mereka berdua turun ke bawah untuk membayar pesanan mereka dan pergi dari restoran itu.
Untuk mempersingkat waktu Ian memutuskan untuk menggunakan diagram formasi perpindahan area yang ada di kota itu. Mereka berdua pergi ke pos diagram untuk umum. Mereka membayar 4 keping koin emas untuk menggunakan diagram itu.
Benua merah juga memiliki diagram formasi perpindahan area untuk umum, dan jumlahnya lebih banyak dari benua kuning. Dalam satu kota hampir ada 20 pos diagram yang bisa di gunakan untuk umu, tentu dengan membayar 'tiket' seharga 2 keping koin emas per orang.
Tak hanya itu, di benua merah juga di sediakan jasa transportasi lainnya, seperti hewan hewan buas yang telah di jinakkan dan artefak untuk terbang antar kota. Tapi tetap diagram perpindahan yang paling diminati karena itu yang tercepat untuk mencapai tujuan.
Tak lama kemudian mereka berpindah ke sebuah kota bernama Kota Awang. Kota ini seperti kota pada umumnya dan tidak ada yang spesial.
"Kawan, kita sudah sampai, ini Kota Awang, kota yang paling dekat dengan ibukota negara pamsa. Ayo, ikuti aku." kata Ian bersemangat.
Mereka berjalan menuju sebuah bangunan seperti bekas biara tua, tidak ada satu pun orang yang terlihat disini. Apalagi letaknya di atas bukit.
Ian menekan sebuah susunan batu yang ada di dalam biara itu. Susunan batu itu bergeser dan menunjukkan sebuah lorong delap tanpa ada cahaya sedikit pun. Mereka menyusuri lorong itu, setelah beberapa menit berjalan terlihat cahaya di ujung lorong.
"Selamat datang di markas pusat Night Ghosts, kawan!" seru Ian senang.
Terlihat sebuah aula besar dan banyak orang yang sedang berlatih bela diri di sana. Dan banyak lagi orang orang yang sedang melakukan aktivitas mereka masing masing.
Ian sedikit memperkenalkan beberapa tempat kepada Julian, hingga mereka tiba di depan sebuah bangunan besar.
"Oke tugasku sampai di sini kawan, kau harus masuk sendiri karena tuan ku hanya mengijinkanmu saja." kata Ian kemudian berbalik pergi meninggalkan Julian yang masih berdiri menatap bangunan itu. Terlihat Julian sedang menghela nafas berat.
"Ah, Gui, aku semakin jauh saja darimu, tapi tenang saja Gui, sesuai janjiku, aku akan menjemputmu." kata Julian dalam hati kemudian mengatur nafasnya dan melangkah ke dalam bangunan besar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments