Pria Dalam Kobaran Api

Masih di dalam hutan hitam, Gui terlihat belum beranjak jauh dari titik awal dia mulai bergerak. Ketakutan jelas terpancar dari wajahnya, dia beberapa kali kembali ke jalan yang sekiranya pernah di lewati namun sayang jalan yang sebelumnya pernah di lewati itu seakan tidak pernah ada. Hutan hitam sangat aneh, selain tak ada siang hari disini, juga hutan hitam dapat menghalau siapapun yang mencoba keluar dari sini.

"Sial! Apa yang harus aku lakukan?" gumam Gui pelan.

Tak berapa lama kemudian, terdengar lolongan serigala, Gui sangat terkejut sampai membuat dia jatuh terduduk. Serigala merupakan hewan buas, yang selalu bergerak dalam kawanan dan itu merupakan sesuatu hal yang merepotkan, apalagi dengan kondisi Gui saat ini, yang tidak di berkahi chips oleh langit, bisa di katakan dia merupakan makan malam yang telah di sediakan secara gratis di sini.

"Sial! Sial! Sial! Kenapa harus serigala! Jika mereka menemukanku saat ini, maka tamat sudah riwayatku!" kemudian dengan susah payah dia mencoba bangkit berdiri dan berusaha menggerakkan kakinya untuk mencoba menjauh.

"Tetap tenan, tenang... sekarang aku harus menjauh dulu." hibur Gui dalam hati, sambil mengatur nafas sejenak, lalu sekuat tenaga Gui mencoba menjauh dari tempatnya, sambil tetap mengantisipasi pohon pohon yang di depannya, tapi karena pergerakan yang di lakukan Gui ini, kawanan serigala itu akhirnya tahu lokasi Gui, dan dengan reflek, mereka langsung mengejar Gui.

Lolongan keras terdengar dari seekor serigala putih dari atas sebuah batu, ukurannya lebih besar dari yang lainnya. Gui dalam pelariannya sempat untuk menoleh ke belakang, terlihat gerombolan serigala sedang mengejarnya, lalu ada seekor di belakang kawanan yang kelihatan sebagai pemimpin sedang berdiri menatap Gui dari atas sebuah batu.

"He-hewan buas tingkat em-emas." gumamnya sambil terus berlari dengan tergesa gesa.

Sesaat setelah itu, betapa terkejutnya Gui ketika melihat pemimpin kawanan serigala yang entah bagaimana telah berada di depannya sambil memamerkan taring panjangnya.

"Apa apaan makhluk ini!" kata Gui dalam hati sambil berlari memutar, berusaha menghindari pemimpin kawanan serigala di depannya, tapi yang terjadi serigala itu hanya memandang Gui seolah sedang mempermainkannya.

Tak perduli dengan pikiran sang serigala, Gui terus memacu kakinya untuk menjauh, karena terus berlari, Gui pun secara perlahan mulai kehabisan staminanya.

"Sial! Sial!,, Nafasku hampir habis ini!" kata Gui dalam hati.

Tak lama berselang, dari kejauhan Gui melihat titik kecil seperti nyala api, berhubung keadaan sedang terdesak, Gui tanpa pikir panjang langsung bergerak ke arah titik kecil seperti nyala api tersebut. Dan tepat pada jarak 10 meter akhirnya Gui benar benar melihat jelas nyala api dan juga seseorang yang tengah duduk di sekitar nyala api tersebut.'

Tak menunggu lama, Gui menggunakan tenaga terakhirnya untuk mempercepat larinya, dan ketika telah berjarak 2 meter, Gui melompat demi segera mencapai lokasi pria tersebut. Gui sampai namun dengan pendaratan yang tak mulus, yang mana Gui tersungkur tepat di samping kanan pria itu. Melihat Gui tersungkur di sampingnya, pria tersebut lalu dengan santai meletakkan sebuah bambu yang berisi air di samping Gui, tanpa mengeluarkan sepatah kata, kemudian sang pria berbalik menatap sinis kawanan serigala di belakang.

Anehnya kawanan itu seketika langsung menghentikan pengejaran mereka, dan mulai berhamburan seperti melihat monster, yang mana pelarian kawanan serigala ini di pimpin langsung oleh serigala putih besar tadi. Lalu di posisi Gui sendiri, sambil terengah engah dia kemudian bangkit berdiri, mengatur nafas sejenak dan akhirnya mulai berbicara.

"Huf,,, ma-maaf tuan,,, saya,,, huf,,, telah lancang memasuki,,, huf,,, wilayah anda,,, dengan membawa serta masalah,,, huf,,," berbicara terengah engah sambil memberi hormat dengan membungkuk.

"Hmmm, duduklah nak,, dan minumlah dulu, kau terlihat kacau."

"Terima kasih tuan." kata Gui kemudian mengikuti permintaan pria itu.

Setelah beberapa waktu berlalu, Gui memperhatikan pria itu, yang mana pria itu terlihat menggunakan jubah hitam, topi anyaman bambu lebar, yang juga berwarna hitam selaras dengan pakaiannya, beserta sebuah belati sejenis karambit yang sedang di mainkan di tangannya, kelihatan dari keriput di wajahnya, pria itu merupakan seorang pria tua yang sangat berwibawa.

"Hei bocah, apa yang di lakukan manusia biasa sepertimu di hutan hitam ini?" tanya pria tua itu dengan sedikit melirik, masih memainkan karambit di tangannya.

Meski sempat tersentak akan pertanyaan pria tua itu, tapi dengan cepat Gui pun menanggapi pertanyaan ini.

"Salam tuan, pertama tama saya mengucapkan terima kasih atas pertolongan tuan, mmmm, jadi sebenarnya---..." Gui lalu menceritakan semuanya, dari dia yang tanpa sengaja memasuki hutan hitam, sampai di kejar kawanan serigala.

"Begitu rupanya, siapa namamu?" tanya pria tua itu setelahnya.

"Ah,, maaf sudah tidak sopan tuan..." sambil bangkit berdiri kemudian membungkuk hormat.

"Maaf tuan, nama saya Gui Kahila."

"Gui Kahila ya, baiklah aku mengerti, duduklah."

"terima kasih tuan." sambil kembali duduk.

"Apakah keluargamu itu yang tinggal di dekat hutan hitam ini?"

"Benar tuan, keluarga saya---..." kemudian Gui mulai menceritakan perihal keluarga Kahila pada pria tua itu seolah mereka telah kenal lama, hal ini tanpa sadar menjelaskan bahwa Gui masih anak anak, dimana anak anak biasanya menjelaskan apa pun meski hal itu tidak di tanyakan, dan dalam hal ini pria tua itu mulai sedikit memahami karakter Gui.

"Hehehe, begitukah, terlepas dari semua itu, tahukah kau jika kau mau, aku bisa mengantarkanmu pulang tapi dengan satu syarat." kata pria tua itu setelahnya.

Mendengar hal ini Gui pun terkejut, sempat terlintas rasa senang di hatinya ketika mendengar kata pulang, namun apalah daya ketika mengingat perlakuan keluarganya selama ini, semuanya terasa tak berguna lagi, antara pulang dan tidak dirinya, semuanya akan sama, perlakuan buruk pasti akan menimpanya, begitu pikirnya.

"Ah, terima kasih atas tawaran tuan." kata Gui, namun karena tak mendengar lanjutan perkataan Gui, pria tua itu mengira Gui tak mempercayai kata katanya.

"Hehehe... aku mengerti, dengan banyaknya rumor yang beredar, tentu dirimu tak yakin bila aku dapat melakukannya."

"Eh? Bu-bukan begitu tuan, saya percaya tuan mampu melakukannya, hanya saja, ah,,, bila demikian, bisakah tuan mengantar saya keluar dari kota ini saja? Saya ingin mengembara di dunia luar... mmm..." jelas Gui.

"Mengembara? Kau? Hehehe,,, Apa kau bercanda?" tanya pria tua itu, tetapi dalam hatinya dia mulai menduga ada sesuatu yang sedang di sembunyikan Gui, hal ini berdasarkan perkataan tak selesai dari Gui sendiri.

Sementara Gui, menanggapi keraguan pria tua itu, dia menjelaskan maksud perkataannya sehingga hal ini menimbulkan sedikit drama.

"Hmmm,,, baiklah baik, hal itu tak masalah buatku." kata pria tua itu sekaligus mengakhiri drama singkat mereka.

"Terima kasih tuan, lalu apa syarat anda?"

"Sangat mudah! Jadilah murid orang tua ini."

Gui kemudian tersentak, sejenak keinginan dalam diri untuk mendapatkan chips melonjak, namun kembali lagi, mengingat kondisi yang sedang di alami, dia merasa nantinya akan sangat membebani pria di depannya ini, kemudian sedikit menggeleng dengan ekspresi sedih, Gui berkata.

"Maaf tuan, sepertinya syarat ini terlalu berat untukku, aku---,,," sambil tertunduk sedih, dengan mulai berlinang air mata, teringat akan kehidupan keras yang dijalani selama ini, spontan dia kemudian menceritakan semua kisah itu.

***

Setelah itu dia kemudian bangkit berdiri.

"Maaf tuan, sepertinya saya terlalu jauh, mengenai tawaran anda sebelumnya, tak bisa saya lakukan, namun sekali lagi terima kasih atas tawaran anda, saya undur diri tuan." sambil membungkuk hormat dengan berbalik kemudian berniat pergi.

"Hehehe,,, bocah, jika kau memang berniat menjadi muridku, aku dapat membantumu." bergumam pelan sambil tetap memainkan karambit di tangannya.

Langkah Gui langsung terhenti lalu dengan cepat dia berbalik dan mulai berlutut dan bersujud.

"Saya memberi hormat guru..." kata Gui sebanyak tiga kali sambil menyentuhkan jidatnya ke tanah sebanyak tiga kali.

"Hehehe,,, bagus,,, bagus,,, aku terima hormatmu bocah, dan mulai hari ini kau resmi menjadi murid orang tua ini, namaku Nagiri Bay."

"Salam guru Nagiri..." lanjut Gui seperti sebelumnya.

"Baiklah Gui, sekarang bangunlah dan mulai beristirahat, karena besok kita akan mulai latihannya."

"Baik guru!"

Setelah itu sempat terjadi sedikit percakapan ringan kemudian Gui tertidur pulas, sedangkan sang guru tetap terjaga hingga pagi.

***

Waktu pun berlalu dengan cepat, hari pun berganti lalu Nagiri membangunkan Gui.

"Gui, bangunlah bocah." gumam pelan Nagiri sambil menggoyangkan pundak Gui.

"Ah,,, guru maafkan aku, apakah sudah waktunya?" sambil menggosok matanya lalu melihat ke sekitarnya.

Dan betapa kagetnya Gui, suasananya masih sangat gelap, bahkan api unggunnya masih menyala, namun tak banyak tanya dia pun mengemas semua bawaannya.

"Aku tahu kamu bingung, tapi beginilah keadaan hutan hitam, sesuai namanya di dalam sini tentu tak pernah ada siang hari." sambil tersenyum, kemudian dia berjongkok dan mulai menggambar sebuah diagram aneh di tanah.

"Gui, ini namanya formasi perpindahan area, formasi diagram ini akan mengantarkan kita ke tempat tinggalku." sedikit penjelasan Nagiri, dengan pelan sambil menunjukkan detail formasi yang sedang dia gambar.

"Oke, sepertinya siap, sekarang mari kita pergi." sambil menarik tangan Gui untuk berdiri di dalam lingkaran formasi.

"Aktif!" bergumam pelan tapi masih dapat di dengar Gui, cahaya silau kemudian muncul dalam sekejap, keduanya lenyap seketika.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

ng 👍like aja.

2023-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!