Sementara itu di dunia nyata, Nagiri masih dengan setia menyaksikan kenaikan tingkat chips Gui.
Nagiri tentunya sangat penasaran, akan sejauh mana kenaikan tingkat chips yang dialami Gui, dia tahu seseorang yang baru saja mendapatkan tubuh terkuat akan mengalami kenaikan tingkat chips yang menggila. Apalagi tubuh kaisar dewa perang, tubuh paling kuat dari jajaran tubuh tubuh kuat lainnya.
Selain ut Nagiri tidak khawatir dengan pondasi milik Gui, dia yakin kolam air halilintar akan membantu Gui dalam menstabilkan pondasinya.
Dentuman dentuman terdengar.
Dua jam berlalu, kenaikan chips Gui sempat memilik jeda hampir dua puluh detik. Nagiri berpikir ini merupakan puncak kenaikan chips Gui, dengan santainya dia berguman pelan.
"Hehe, tahap raja awal kah? Tidak buruk, masih layak menyandang gelar tu---,,,"
Dentuman terdengar lagi.
"Eh? Masih berlanjut lagi ya? Sepertinya ini tak akan lama lagi."
Hampir enam jam berlalu, namun dentuman kenaikan tingkat chips Gui masih berlanjut.
Nagiri beberapa kali mengungkapkan pendapatnya dan beberpa kali juga dia harus menelan pahit, kenaikan chips Gui terus berlanjut, meski dengan jeda waktu yang berbeda di setiap kenaikannya.
Hingga hampir gelap, baru lah bunyi dentuman dari dalam tubuh Gui, akhirnya berhenti sepenuhnya.
Nagiri sampai tak bisa berkata kata, dia begitu terkejut menyaksikan hal ini, sempat tak percaya akan apa yang di lihatnya, dia berulang kali menggosok kedua matanya.
Selama hidupnya, Nagiri baru pertama kali menyaksikan kenaikan tingkat chips yang amat gila seperti ini.
Bahkan bila para sesepuh seluruh dunia menyaksikan hal ini, mereka akan bereaksi seperti yang di tunjukkan Nagiri, bahkan mungkin melebihi itu.
"Ti-tidak mungkin! I-ini terlalu gila! E-empat tingkat dalam setengah hari, bahkan para jenius seluruh dunia tak dapat melakukan ini!" kata Nagiri, lalu dia langsung menghampiri posisi Gui, dan ketika sampai dengan buru buru Nagiri langsung memeriksa keadaan kolam halilintar.
Nagiri sangat panik, apabila efek kolam halilintar tak lagi berpengaruh dalam menstabilkan pondasi Gui.
Karena jika efek kolam halilintar tak bisa lagi membantu Gui, maka dapat di pastikan chips Gui yang tinggi akan hilang begitu saja seperti daun kering yang siap terbang tertiup angin.
Setelah di periksa, akhirnya Nagiri kembali tenang, karena kolam halilintar masih bisa menstabilkan pondasi chips milik Gui.
"Ah syukurlah bocah, hidupmu sangat beruntung." kata Nagiri dalam hati,
***
Gui di alam pikirannya sendiri sedang bersama seorang pria tua.
Permainan catur yang di lakukan mereka berdua berlangsung cukup lama, dan terkadang percakapan kecil seputar permainan catur juga kerap terjadi.
"Hey nak, bukankah kau bilang dirimu masih pemula." tanya pria tua sambil mengelus jenggot panjangnya, dia kebingungan karena permainan yang di lakukan Gui begitu terampil.
"Maafkan saya tuan, sebelumnya saya lupa memberitahu anda bahwa saya memang masih pemula. Tapi setiap kali melihat kakek dan ayah bermain, saya selalu mempraktekannya secara diam diam." jelas Gui sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hohoho, belajar dan praktek ya." kata pria tua pelan.
"Mmm, bi-bisa di bilang seperti itu tuan."
Permainan terus berlanjut, dan beberapa menit kemudian permainan berakhir dengan seri, tak ada yang menang ataupun kalah.
"Hohoho, untuk ukuran pemula perlawanmu luar biasa, jika tidak mengeluarkan semua kemampuanku, aku pasti akan menderita kekalahan telak."
"Mmm, tidak tuan, saya rasa, anda tadi sedikit memberi ruang, sehingga keadaan pun seri." kata Gui kemudian menunjukkan beberapa celah yang di rasanya merupakan celah yang di sengaja pria tua lewatkan.
Saat ini, pria tua itu hanya terus mendengarkan perkataan Gui sambil tersenyum.
"Hohoho, aku benar benar tidak menyadarinya," kata pria tua itu setelah mendengar penjelasan Gui.
"Maaf tuan, saya tidak bermaksud menggurui, tapi begitulah kenyataanya."
"Hohoho, baiklah nak, itu tidak masalah buatku." kata pria tua sambil mengelus jenggotnya.
"Mmmm, ma-maaf tuan, mengenai pertanyaan saya sebelumnya, mmm, apakah saya sudah mati? Apakah tempat ini yang di namakan akhirat? Maaf tuan, apakah tuan dapat menjawabnya?" tanya Gui dengan hati hati.
"Hohoho, siapa namamu nak?" bukannya menjawab pertanyaan Gui, pria tua itu malah balik bertanya pada Gui.
Gui tak terlalu menanggapi, malah dia merasa kurang sopan karena sejak awal dia belum memperkenalkan dirinya, dengan perlahan Gui bangkit berdiri sambil membungkuk hormat.
"Saya minta maaf tuan. Karena masih terbawa suasana, sampai sampai saya lupa untuk memperkenalkan diri, nama saya Gui Kahila. Tuan, sekali lagi saya mohon maaf tuan, saya tidak pernah di ajarkan untuk berlutut kepada orang lain selain orang tua dan guru saya." kata Gui sangat hati hati karena tidak mau sikapnya menyinggung pria tua di depannya ini.
"Hohoho, tidak apa apa, duduklah." kata pria tua itu, dan dia sangat mengagumi sikap Gui.
"Baiklah, apa pendapatmu tentang dunia ini?" lanjut pria tua itu.
Mendapati pertanyaan ini, Gui sempat terdiam, kemudian senyum cerah menghiasi wajahnya.
"Dunia ini menarik..." jawab Gui sedikit terjeda.
"Pengalaman hidup saya telah menjadi guru yang mengajarkan saya, bahwa untuk dapat hidup dengan layak di dunia ini, saya harus memiliki kekuatan, kekuatan yang hebat, sehingga dapat diakui, di segani, di hargai dan lain sebagainya. dan semuanya itu pada akhirnya menentukan kelayakan hidup di dunia ini, dengan begitu, menarik adalah satu kata yang cocok untuk dunia ini. Tuan, nantinya saya tidak memiliki banyak hal yang akan di lakukan, tapi satu hal yang pasti akan saya lakukan adalah menjadikan dunia ini terdepan, paling depan dari dunia yang lainnya." jelas Gui.
Mendengar ini, pria tua di depannya tertegun sejenak, kemudian senyum cerah menghiasi wajahnya.
"Hohoho, sebuah ambisi ya? Baiklah, aku mengerti." kata pria tua itu sambil bangkit dari duduknya dengan posisi kedua tangan di silangkan di belakang punggung, masih dengan senyum cerah di wajah.
"Aku sangat menantikan hari itu." lanjut pria tua itu sambil menatap dedaunan pohon persik.
"Dan, kamu belum mati, tempat ini bukanlah akhirat, tempat ini merupakan milikmu sendiri, sebentar biar ku ingat,,ah,, dunia jiwa! ya,, ya,, mereka menyebutnya begitu." jelas pria tua itu,
Gui sendiri sangat terkejut mendengar ucapan pria tua itu, sebelumnya gurunya memang telah sedikit menunjukkan kepadanya mengenai dunia jiwa, Gui juga sangat mengharapkan dapat memiliki dunia jiwa.
Keterkejutan Gui berlangsung cukup lama, menjadikan suasana yang sempat hening sejenak.
"Gunakan dengan bijak nak, ini merupakan hadiah atas pencapaianmu, baiklah sudah waktunya aku pergi." kata pria tua itu menyadarkan Gui, bersamaan dengan itu, tubuh pria tua itu memudar.
"Tu-tunggu tuan! Bolehkah saya tahu siapa anda tuan?"
"Hohoho, waktunya akan tiba. Siapa aku? Kamu akan tahu dengan sendirinya.Dan terima kasih telah menemaniku bermain, aku sangat terhibur dan mendapat banyak pelajaran." kata pria tua itu sambil tertawa, hingga akhirnya lenyap dari pandangan Gui.
Gui berusaha memahami perkataan pria tua itu, tapi sekeras apapun dia mencoba, hasilnya tetap tak dapat dia pahami.
"Biarkan waktu yang menjawab, ah! Sebaiknya aku keluar dulu, guru pasti sangat khawatir karena diriku." kata Gui pelan lalu duduk bersila mempersiapkan dirinya untuk keluar dari dunia jiwa miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments