BAB 1:19

"Devan"

Devan menoleh dan tersenyum lalu melangkah menghampiri sang Ayah yang juga tengah berjalan menghampirinya, kemudian saling memeluk ketika langkah mereka terhenti.

"Bagaimana pekerjaanmu hm?" ucap sang Ayah seraya merangkul pundak Devan.

"Sebenarnya ada sedikit masalah kemarin Ayah, salah satu klien mencoba bersekongkol dengan seorang karyawan di perusahaan, mereka merencakan untuk membawa kabur uang perusahaan, tapi beruntungnya semua sudah teratasi" jelas Devan

Tuan Anggara tersenyum dengan menepuk-nepuk pelan pundak Devan "Kau memang hebat Nak, Ayah bangga padamu"

Kalimat itu berhasil meninggalkan luka sayatan di hati Jeon.

Ya Ayah aku hanya seekor serangga yang tak berharga dimatamu! Lirihnya dalam hati

"Ah..ya, kenalkan ini Jeon" ucap sang Ayah saat mengingat ada Jeon disana.

Jeon memberi salam lalu mengulurkan tangannya yang dibalas senyuman dan uluran tangan kembali dari Devan.

"Jeon sedang liburan disini, sementara Ellena akan pergi ke Paris untuk pekerjaan, jadi ia menitipkan sepupunya disini" jelas Mayla

Devan melonggarkan senyumnya, membuat Jeon seketika mengernyit "Apa dia akan menginap disini?"

"Iya, hanya satu minggu kok, Ayah juga sudah mengizinkannya" jelas Mayla

"Usia Jeon masih sangat muda, mungkin Ellena tidak tega meninggalkannya sendiri disini" ucap sang Ayah menambahkan.

Devan terdiam sejenak lalu tersenyum kembali, ia merangkul pundak Jeon "Baiklah adik kecil, berliburlah dikota yang hangat ini dengan nyaman"

Sikap Devan yang berubah-ubah sejak tadi membuat Jeon merasa aneh, namun ia tidak ambil pusing, lalu Jeon membalas dengan mengangguk dan tersenyum.

Setelah makan malam Jeon memutuskan untuk kembali ke kamar yang telah disediakan. Kamar yang terlihat cukup besar dengan lantai vinyl yang menambah kesan hangat.

Jeon berjalan mendekat pada ranjang, ia mulai menanggalkan kemejanya hingga memperlihatkan otot-otot perutnya disana. Ia berjalan melangkah ke arah salah satu pintu yang terdapat didalam kamar, ia memasuki kamar mandi dengan lantai yang masih kering.

Pria itu lantas berdiri dihadapan cermin yang setinggi dirinya, ia melepaskan ikatan kain kasa pada lengannya dan lagi-lagi itu memperlihatkan dengan jelas bekas-bekas luka sayatan disana. Entah sudah berapa kali ia melakukan itu, yang jelas rasa sakit yang ia buat mampu meluapkan sebagian emosi dalam dirinya.

Jeon merogoh saku belakang celanaa jeans yang masih ia kenakan, lalu mengeluarkan sebuah benda tajam berukuran kecil yang masih terbungkus rapi disana. Tak mau menunggu lama ia membuka bungkusan itu kemudian menggoreskannya pada lengannya.

Beberapa buih cairan merah pekat itu menetes pada lantai, namun Jeon sangat menikmatinya, merasakan beberapa emosi yang mengendap dalam dirinya telah tersalurkan, ia menatap dirinya pada pantulan cermin lalu tersenyum perih dengan air mata yang mulai menetes dari pelupuk.

Kau menyedihkan sekali.. lirihnya dalam hati, membiarkan tetes demi tetes cairan merah itu tercampur dengan airmata yang juga menetes pada lantai.

"JEON!?"

Suara ibu mertua dari Mayla terdengar membuat Jeon seketika menoleh.

Pria itu sampai tidak menyadari bahwa wanita itu tengah masuk kedalam kamarnya dan melihat keadaannya dengan mata yang melebar. ia menutup mulutnya dengan kedua tangan saat mendapati Jeon yang tengah berlumuran darah.

Wanita itu berjalan panik ke arah Jeon, ia merobek ujung piyama yang ia kenakan lalu melilitkannya pada lengan Jeon.

"Apa yang terjadi Nak?!" ucap wanita itu dengan nada sangat khawatir, seraya memastikan lagi lilitan kain itu dapat menghentikan cairan merah yang terus menetes.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!