Tuan Anggara menatapnya lekat, Pria kecil dihadapannya ini seperti mengingatkannya pada seseorang yang sudah tak pernah ia temui selama bertahun-tahun. Namun Anggara segara membuang pikiran itu dan tersenyum hangat pada Jeon
Sementara Jeon bersusah payah untuk menetralkan degup jantungnya yang memang sudah berdetak hebat sejak melangkah memasuki rumah ini.
"Kau terlihat muda, berapa usiamu Nak?"
Jeon tersenyum tipis "dua puluh tahun Paman"
Paman? rasanya cukup menyesakkan bagi Jeon karena harus memanggil ayah kandungnya sendiri dengan sebutan paman.
"Oh muda sekali, kau sangat tampan.. dimana orangtuamu?"
Ingin sekali Jeon berteriak dan berkata bahwa Kaulah Ayahku, Namun ia sadar bahwa hal itu tak mungkin dilakukan karena pria paruh baya didepannya itu tidak akan mengingatnya sama sekali.
Mayla segera melirik Jeon yang hanya terdiam seraya menggigit kecil bibir bawahnya, ia berdehem pelan "Orangtua Jeon berada di paris Ayah, ia kesini untuk berlibur, namun Ellena terpaksa meninggalkannya karena ada urusan bisnis yang harus diselesaikan" jelas Mayla yang sudah pasti penuh kebohongan
Demi melancarkan sandiwaranya, Jeon rela absen dari mata kuliahnya dan Mayla rela meminta bantuan pada sahabatnya itu.
"Akh..begitu" Tuan Anggara mengangguk seolah mengerti "Menginaplah disini selama yang kau mau Nak, anggaplah seperti rumahmu sendiri" ucap pria paruh baya itu dengan tersenyum
Mayla tersenyum lebar lalu memeluk Ayah mertuanya itu "Terimakasih Ayah"
Pria paruh baya itu mengusap punggung Mayla dengan satu tangaannya "Sekarang cepatlah temui ibumu, bantu dia memasak, sebentar lagi Devan akan sampai"
Jeon hanya terdiam melihat pemandangan hangat didepannya, membayangkan betapa hangat dan nyamannya berada dalam pelukan sang Ayah.
Bolehkan aku berharap itu ? aku ingin, sangat ingin merasakannya..
Walaupun Jeon membenci Ayahnya namun jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat merindukan sosok itu.
Mayla melepaskan pelukannya disana "Yasudah, aku ingin menemui ibu, Ayah tolong temani Jeon yah, ceritakan leluconmu padanya" gadis itu terkekeh diakhir kalimatnya
Sebelum benar-benar meninggalkan teras, Mayla menepuk pelan pundak Jeon seolah memberikan isyarat bahwa ia bisa menghadapinya. Jeon menoleh kearah Mayla yang sudah berjalan menjauh darinya.
"Duduklah Nak" suara itu membuyarkan lamunannya
Jeon kemudian mendudukkan dirinya di kursi samping Tuan Anggara dengan meja kecil yang berada ditengah-tengah mereka.
"Apa kau ingin meminum sesuatu? jangan sungkan untuk memintanya yah" ucap Tuan Anggara tersenyum
Jeon mengangguk "Aku sedang tidak ingin minum apa-apa paman" Jeon menjeda kalimatnya sejenak "Tapi aku tak akan sungkan untuk meminta lima gelas jus Strawberry nanti" candanya
Anggara refleks menoleh ke arah pria kecil disampingnya yang mengingatkannya kembali pada seseorang "Apa kau sangat menyukai jus strawberry?" tanyanya pelan
Jeon mengangguk "Ya Paman, rasanya sangat segar"
Pria itu mengatakannya dengan tersenyum seolah mengingatkannya pada mendiang ibu yang selalu membuatkannya jus setiap kali ingin berangkat sekolah.
Kalimat itu membuat Anggara menatap lekat wajah Jeon yang tengah menatap lurus kedepan, kedua bola matanya menatap pada kolam kecil dengan bebatuan yang indah, tak jauh dari teras.
Jeon mengingatkannya pada seseorang, dari wajah dan minuman kesukaannya sangat mirip dengan seseorang, Mungkinkah hanya sebuah kebetulan? Namun ia merasakan sesuatu yang berbeda saat menatap Pria kecil itu, ia seperti melihat dirinya sendiri pada pantulan cermin dari tubuh Jeon.
^Happy Reading^
Jangan lupa tingggalkan Vote, Like dan Komennya Readers :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments