"Ibu.."
Renata atau biasa dipanggil Rena adalah istri dari Tuan Anggara, ia menoleh saat mendengar suara menantu kesayangannya memanggilnya dengan lembut, menghentikan aktivitasnya sejenak kemudian tersenyum pada Mayla.
"Kau sudah pulang sayang?"
Mayla mengangguk, ia berjalan menghampiri ibu mertuanya itu dan segara memberikan pelukan serta kecupan singkat dipipi.
"Ibu sedang masak apa?" tanyanya seraya melepaskan pelukannya, ia melihat beberapa jenis sayuran yaang sudah dipotong-potong serta beberapa bumbu dapur dengan takarannya masing-masing.
Mayla seolah paham akan kebiasaan ibu mertuanya yang akan memasak sendiri berbagai macam makanan saat Devan akan pulang.
"Tidak banyak, hanya beberapa makanan kesukaan Devan"
Mayla menganggukan kepalanya "Sini, biar ku bantu"
Sore itu Tuan Anggara dan Jeon banyak menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan berbagi cerita.
Tepatnya hanya Tuan Anggara yang lebih banyak bercerita, sementara Jeon hanya menanggapinya dengan Ahh begitu, lalu? atau Hahaha.
Jeon sama sekali tak banyak bercerita tentang dirinya, terlalu banyak kebenaran yang harus ia tutup-tutupi. Namun ucapan Tuan Anggara kali ini sungguh membuat jantungnya seketika ingin berhenti.
"Devan adalah putraku satu-satunya, dan aku sangat bangga padanya"
Degg!!
Bagaikan tertembak timah panas, Jeon seketika terdiam merasakan sesak pada rongga dadanya, begitu nyeri yang ia rasa saat ini. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, darahnya mendidih namun semua berpusat pada sakit dihatinya.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk terlihat baik-baik saja, ia mencoba tersenyum menyembunyikan kemarahan dan lukanya dengan sangat rapi.
"Suatu saat nanti aku juga ingin seperti Ka Devan" ucap Jeon dengan nada yang sedikit bergetar "Menjadi anak yang membanggakan kedua orangtuanya"
Jeon tersenyum getir, bola matanya bergetar karena ia berusaha untuk menahan sesuatu yang sepertinya akan tumpah, ia membuang pandangannya ke sembarang arah, membuat ayah kandungnya itu tidak menyadari kesakitan yang tengah ia rasakan.
Tuan Anggara menoleh kearah Jeon yang seketika membuat tubuhnya seperti membeku saat pria paruh baya itu mendaratkan telapak tangannya pada puncak kepala Jeon, kemudian membelainya dengan lembut.
"Aku yakin kau adalah anak yang baik, orangtuamu pasti bangga memiliki anak sepertimu" ucapnya dengan sebuah senyum hangat dibibirnya.
Jeon menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan agar tidak bergetar lalu menoleh padanya "Ya Paman, kuharap juga begitu" ucapnya diiringi degan senyum tipis
Jangan berharap apapun Jeon, Ayahmu sudah membuangmu!
"Permisi Tuan" ucap seorang pelayan yang datang menghampiri mereka dan membungkuk hormat pada pria paruh baya itu. "Tuan muda sudah sampai"
Tuan Anggara mengangguk kemudian pelayan itu berbalik dan melangkah berjalan untuk mengerjakan kembali tugas-tugasnya.
Pria berusia lima puluh lima tahunan itu bangkit dari duduknya "Mari Nak, aku akan mengenalkanmu pada putraku"
Jeon pun bangkit berjalan dibelakang ayahnya menuju ruang tengah, dimana sudah ada Mayla dan Nyonya Rena yang tengah menyambut kedatangan Devan.
Jeon dapat dengan jelas melihat sesosok pria yang berwajah putih pucat, pria itu sangat tampan, ia sedang memeluk Mayla dengan erat.
Melihat pemandangan itu membuatnya tersadar bahwa ia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan pria bernama Devan itu. Namun ia merasakan sesuatu yang membuat hatinya kesal saat mendapati Devan kini tengah mencium lembut bibir Mayla.
Aneh! ia lagi-lagi merasakan perasaan itu kembali muncul, perasaan yang tidak dapat ia mengerti. Ada rasa nyeri yang menekan dadanya yang membuatnya menahan nafas sejenak, kemudian menghembuskannya perlahan untuk sedikit meghilangkan rasa nyerinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments