Jika boleh meminta, Jeon tidak ingin memiliki ayah brengsek sepertinya.
Namun setelah mengetahui fakta itu, seperti ada sebuah dorongan dari hati kecilnya untuk bertemu dengan lelaki paruh baya itu.
Untuk apa?! meminta pertanggung jawaban? biaya kompensasi? jangan berharap Jeon!
Ayahmu tak akan mengenalimu, ia tidak peduli padamu, baginya, kau dan ibumu hanya dua ekor serangga kecil yang barus dimusnahkan! pengganggu, parasit, menjijikan! itulah definisi dirimu!
Jeon mengapalkan kedua tangannya kuat-kuat, mengingat semua itu sungguh membuat dadanya begitu sesak dan nyeri. Ia sangat membenci ayahnya.
Selama ini Jeon hanya melihat ayahnya dari foto yang masih disimpan oleh ibunya, ia sama sekali tak pernah berusaha mencari keberadaan ayahnya, karena baginya hidup berdua dengan ibunya saja sudah cukup. Ia tidak lagi membutuhkan sosok ayah brengsek yang berani mencampakkan ibunya.
......................
Jeon meringkuk diatas ranjang empuk miliknya, sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia hanya berada dalam posisi seperti itu, terbaring dengan posisi miring dan melengkung dengan sebuah bingkai foto ditangannya.
Sesekali ia tersenyum, namun kemudian beberapa tetes airmata jatuh membasahi sudut matanya "Ibu aku merindukanmu" lirihnya dengan suara parau.
Air matanya menggenang disekitar bola mata, memandangi foto berukuran 3R yang bagian ujungnya terdapat tulisan tangan sang ibu, sebuah foto dimana ibunya tengah menemani dirinya yang tertidur.
Ibu menyayangimu nak..
Jeon tahu jika ibunya sangat menyayanginya lebih dari apapun didunia ini. Rasa rindu pada ibunya sungguh sangat menyiksa batinnya. tidak ada yang bisa ia lakukan selain hanya memandangi wajah ibunya dalam bingkai foto.
"Ibu, ini sulit sekali, aku ingin bersamamu bu" Lirih Jeon dengan isak tangis yang begitu menyayat hati.
Jeon membiarkan airmata itu terus mengalir, isakan itu semakin tak tertahankan, ia tidak peduli jika spreinya basah dengan airmatanya, ia memeluk bingkai foto itu erat-erat dan memejamkan mata, berharap ketika ia membuka mata ibunya telah berada disampingnya, memeluknya dengan hangat. Namun ia hanya sendiri, tidak ada yang dapat mengerti keadaannya.
Jeon ingin menyerah pada hidupnya..
...----------------...
Seharusnya malam ini menjadi waktu bagi Mayla untuk beristirahat karena Devan sudah menghubunginya dan akan tiba dirumah besok sore, Namun entah kenapa hatinya membawanya melangkah kesebuah apartemen milik Jeon.
Mayla tengah berjalan dikoridor dengan langkah yang anggun, ditangan kirinya memegang sebuah kotak berisi segala macam makanan dan lauk pauk yang ia masak saat dirumah lalu ditangan kanannya memegang sebuah plastik berisikan buah-buahan dan aneka cemilan.
Ia mengkhawatirkan Jeon, mengingat pria itu selalu memakan makanan cepat saji. Terbukti saat ia berkunjung ke apartemennya ia sama sekali tidak menemukan bahan-bahan makanan sehat disana, hanya ada beberapa kaleng beer dan makanan instan lainnya.
Mayla melakukan semua itu bukan karena jatuh cinta pada pria yang seperti adiknya sendiri, ia hanya peduli pada orang-orang disekitarnya. Namun haruskah repot-repot membuatkan masakan dan mengantarnya di jam 10 malam ini?
Entahlah..!
Setelah berjalan beberapa menit ia tiba didepan pintu kamar Jeon, ia meletakkan plastik yang ada ditangannya ke lantai lalu menekan bel.
Klak..!
Terlihat pintu itu terbuka dan menampilkan sosok pria yang lebih tinggi darinya tengah berdiri dengan wajah kacaunya. Jeon terkesiap saat mendapati Mayla berkunjung malam-malam begini
"Nonna..?"
Mayla terkejut saat melihat kelopak mata Jeon yang sedikit membengkak disertai bolamata yang memerah "Apa yang terjadi denganmu? Kau menangis?" tanyanya khawatir
"Oh..Tidak!" jawab Jeon seraya menyeka airmatanya yang masih tertinggal disudut mata.
"Lalu kau kenapa?"
"Aku sedang membersihkan lantai lalu ada debu masuk ke mataku" sahut Jeon mencoba tersenyum
Mayla hanya mengangguk seolah ia mempercayai kebohongan itu. Tanpa dipersilahkan masuk Mayla bergegas melangkah masuk kedalam kamar itu.
"Ada perlu apa Nonna malam-malam kesini?" tanya Jeon seraya menutup pintu dan berbalik melihat Mayla yang tengah sibuk membongkar kotak dan plastik yang ia bawa.
"Membawakanmu makanan" jawabnya melangkah ke dapur untuk mengambil beberapa piring dan menatanya diatas meja makan.
Jeon mengernyitkan dahi kenapa wanita ini begitu repot membawakannya makanan "Tapi aku tidak lapar"
^Happy Reading^
Jangan lupa tinggalkan Vote, Like dan Komennya Readers :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments