Ke pasar

"Ehm, iya non" Oh ya nama nona siapa?" Sejak tadi aku lupa mau tanya nama nona" Kita keasyikan ngobrol" ucap Sumantri sambil tersenyum lebar

"Oh ya bang, panggil saja aku Rustini" Itu nama ku" jawab wanita cantik itu

"Oh baiklah, non" Sekarang, aku panggil Rustini saja biar lebih akrab" Ayo non, kalau mau ke pasar" ucap Sumantri pada Rustini.

Mereka berdua segera pergi meninggalkan rumah mereka dan pergi ke pasar dimana di sana di jual bermacam-macam barang.

Tak lupa, Rustini membawa uang dan dia simpan di tas kecil nya. Sumantri mulai melirik ke arah tangan Rustini yang saat itu membawa uang satu bendel.

"Kok uang nya beda dengan uang ku ya?" Apa aku tak salah lihat?" gumam Sumantri dalam hati. Perasaan penasaran dia hilangkan begitu saja karena Rustini berkata pada Sumantri jika pasar itu hanya buka dua jam saja. Setelah itu pasar itu tutup kembali dan mulai buka keesokam harinya.

Mereka berdua berjalan menuju ke pasar. Banyak orang yang berjubel antri membeli barang di sana.

"Rusmini, aku heran ama orang di pasar ini" banyak sekali yang antri membeli sesuatu" Beda sekali ama pasar di desaku" Pasar di desaku selalu saja sepi" ucap Sumantri pada Rustini

Rustini hanya tersenyum kecil menyaksikan Sumantri yang kebingungan dengan keadaan sekitar. Sambil tersenyum kecil, Rustini menjawab pertanyaan Sumantri

"Iya bang, kalau disini penduduk nya jarang ada penduduk yang miskin" Semuanya punya penghasilan dan barang yang dijual juga bermacam-macam sesuai kebutuhan" Ayo bang kita membeli makanan ke toko bi ijah, langgananku" ucap Rustini santai

Sumantri langsung ikut saja dan berjalan di belakang Rustini. Terlihat orang berlalu lalang membawa barang belanjaan dan mereka semua terlihat terburu-buru hingga hampir saja menabrak tubuh Sumantri yang sedikit gemuk.

"Wah, ada apa dengan orang-orang disini?" kok terburu-buru terus" Seperti dikejar-kejar hantu saja" ujar Sumantri dan perkataan Sumantri terdengar di telinga Rustini.

Tak menunggu waktu lama, Rustini dan Sumantri sampai di toko bi ijah yang menurut Rustini merupakan toko langganan nya.

"Bi ijah, aku ingin membeli nasi dua bungkus dan air minum" Oh ya tambah beli dupa dan bunga 7 rupa" ucap Rustini pada bi ijah.

"Oh ya, aku persiapkan dulu ya?" Ucap bi ijah pada Rustini.

Bi ijah segera menyiapkan semua pesanan yang sudah diucapkan oleh Rustini. Dalam mempersiapkan pesanan Rustini, tak ada satupun yang tertinggal dan bi ijah mempersiapkan dengan sangat cepat. Sumantri terkejut melihat tangan bi ijah yang dengan cepat menyediakan bahan makanan untuk nya. Kecepatan tangannya tak mampu diikuti oleh Sumantri karena jarak tak sampai 1 menit, semua pesanan Rustini sudah tertata dengan baik dan siap dibawa.

"Ini non, pesanan nya" ucap bi ijah.

Rustini segera mengambil pesanan nya dari bi ijah dan Sumantri ikut membantu membawa barang bawaan Rustini.

"Makasih bi ijah, aku akan pergi ke lapak lain, sepertinya aku akan mencari sovenir untuk Sumantri" ucap Rustini pada bi ijah.

"Ya nak, jawab bi ijah.

Sebelum pergi meninggalkan lapak bi ijah, Rusmini mengambil kembalian yang diberikan oleh bi ijah.

"Non, ini kembalian uangnya" ucap bi ijah sambil menyodorkan uang kembalian pada Rusmini. Terlihat jelas di mata Sumantri bahwa apa yang dilihat nya tadi bukan halusinasinya saja.

Bentuk uang nya seperti uang kuno jaman dahulu. Ada gambar seorang raja di sana, dengan tahta emas di kepalanya. Di belakang uang nya ada sosok wajah penari dengan tatapan mata yang sangat tajam.

Karena penasaran, Sumantri memberanikan diri bertanya pada Rustini mengenai uang itu.

"Rustini, uang yang kau pegang sangat berbeda dengan mata uang yang aku punya" ucap Sumantri pada Rustini.

"Ah yang benar?" Uang ini laku di desaku" ucap Rustini pada Sumintri.

"Benar, aku tidak bohong"

"Sebentar ya, aku akan mengeluarkan uang ku di dalam dompet" ucap Sumantri sambil membuka tas rangsel nya

Dengan pelan-pelan Sumantri mulai membuka dompet nya dan ternyata tak ada uang di dalam dompet nya.

"Mana Sumantri?" Uang mu?" tanya Rustini pada Sumantri

Sumantri sibuk mencari celah di dalam dompet nya dan dirinya tak melihat sepeserpun uang di dalam dompet nya.

"Loh, mana uangku?" Kok gak ketemu?" Sebelum berangkat, aku yakin telah menaruh uang ke dalam dompet ini walaupun nominal nya kecil" ucap Sumantri penasaran

Rustini yang melihat Sumantri kebingungan mencari uangnya mulai menahan tangan Sumantri agar Sumantri tak mencari uangnya lagi.

"Bang, sudahlah" gak perlu dicari uangnya" ayo kita pergi ke tempat lain, soal nya sebentar lagi pasar ini tutup" Kita belum membeli keperluan lain" Abang tenang saja, masalah uang, aku kasih pijam dulu, bayarnya nanti saja kalau abang ada uang" ucap Rustini . Wajah Rustini yang teduh, membuat hati Sumantri sedikit tenang.

Akhirnya mereka berdua menuju ke tempat lain. Di sana pedagang menjual berbagai macam aksesoris yang terbuat dari emas dan perak. Aksesoris itu tampak indah hingga membuat Sumantri penasaran dengan perhiasan itu.

"Wah, bagus ya?" aku jadi teringat pada Sri" ucap Sumantri sambil melihat sebuah kalung indah lengkap dengan liontin yang berwarna merah.

"Oh itu bang, itu adalah perhiasan emas" Siapa Sri?" apa dia istri abang?" tanya Rustini penasaran

"Ehm, iya non, dia istri baru abang" Setelah kami menikah dapat satu bulan, aku meninggalkan nya pergi ke padepokan eyang Sujo" Yah mau gimana lagi, untuk makan saja kami kesulitan" Hidup kami sangat miskin" ucap Sumantri jujur.

"Iya bang, gak apa apa" Nih aku belikan satu kalung untuk abang" Nanti kalau abang sudah sampai rumah, berikan hadiah ini pada istrinya ya?" ucap Rustini dengan wajah ceria

"Benarkah?" apakah kau tidak bercanda?" Harga emas kan mahal non" Dan kita baru saja kenal" ucap Sumantri. Wajah Sumantri menunjukkan rasa penasaran yang besar karena tak mungkin seseorang yang baru kenal, berbuat baik dan memberi sesuatu dengan cuma -cuma kepadanya.

"Sudahlah bang, terima saja pemberian ku" Oh ya, tuh surat emas nya sudah jadi" ucap Rustini sambil menunjukkan sebuah surat emas, yang menunjukkan berapa karat emas yang di belinya. Terbaca dengan jelas di mata Sumantri, tulisan di secarik kertas itu. Emas murni kadar 24 karat dan berat sekitar 5 gram.

"Makasih banyak ya non, jawab Sumantri tersenyum bingung. Setelah membeli emas, mereka berdua pergi meninggalkan pasar dan pulang kembali ke rumah Rustini. Terlihat beberapa pedagang dengan tergesa-gesa menutup lapak nya.

"Ayo cepat, waktunya tutup" ujar salah satu penjual yang saat itu sedang berjualan pisau dapur. Beberapa pembeli pun berlarian termasuk Rustini

"Ayo bang kita lari, pasar udah tutup" ajak Rustini

"Loh, kenapa kok lari?" emang siapa yang mengejar kita non?" tanya Sumantri. Namun tak sempat sumantri mendapat jawaban Rustini, tangan Rusmini lebih kuat mencengkeram tangan Sumantri dan akhirnya Sumantri ikut lari bersama Rustini pergi dari pasar itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ima Diah

Ima Diah

pasar bunian....

2024-02-19

0

Liani Purnapasary

Liani Purnapasary

Waah ada yg ga beres deh ky nya sma si Rustini itu, mungkin Sumantri ingin disesatkn, dan skrang Sumantri ada di desa ghaib. 😱😱

2023-07-02

0

Annisa alma

Annisa alma

wah dibikin penasaran sm othor.desa gaib kah itu?

2023-06-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!