Bab 19 Mengiris Kertas

Bab 19 Mengiris Kertas

Setelah 2 hari menyusuri hutan, Willy dan Maria pun tiba di kota artisea, di mana kota ini ada di jalur putih yang banyak di huni oleh para penganut ajaran dewa.

Sebelum masuk ke dalam gerbang kita Willy pun berhenti.

"Hai Kenapa kamu berhenti ?" Maria bertanya dengan heran.

"Apa kamu tidak tahu bahwa kota ini di kuasai oleh para penganut ajaran dewa, kalau kita berpenampilan seperti ini, maka akan menarik perhatian dan akan di curigai, aku tidak mau terkena masalah" ucap Willy sambil menjelaskan.

Maria mengerti keadaan Willy yang selalu di incar untuk di bunuh, sehingga mereka harus menyamar, setidaknya mereka harus berpenampilan seperti warga kota pada umumnya.

"Baiklah, ayo kita berganti pakaian dan kemudian cari tempat makan dan penginapan" ajak Maria.

Mereka pun segera pergi kesemak semak untuk berganti pakaian, sekarang mereka menggunakan jubah putih, seperti warga kota pada umumnya.

Dan mereka pun masuk ke dalam kota Tanpa di curigai prajurit penjaga kota dan di anggap sebagai warga setempat.

Willy mengacungkan jempol kearah Maria "Kita berhasil masuk dan sekarang ayo kita cari makan aku sudah lapar"

Maria pun bersemangat "Ayo kita pergi"

Mereka pun masuk kedalam restoran yang dimana restoran itu memiliki penginapan.

Willy mendapatkan tempat duduk yang ada di lantai dua, karena lantai pertama sudah penuh dengan pengunjung.

Willy dan Maria pun duduk di kursi lalu kemudian Willy memesan makanan "Pelayan aku ingin makan yang paling enak di tempat ini dan minuman sari buah yang menyegarkan"

Seorang pelayan pun menghampiri dan mengiyakan pesanan dari Willy "Siap tunggu sebentar ya tuan muda"

Tidak lama kemudian makanan dan minuman pun datang, Willy dan Maria pun makan dengan lahap.

Seseorang yang duduk di kursi sebelah Willy menyapa dengan sopan "Hai anak muda, apa kamu tidak memesan arak, di sini arak nya terkenal sangat enak, kenapa kamu hanya memesan dari buah"

Willy tersenyum dan menggeleng kepalanya "Tidak paman, aku tidak minum arak, aku belum cukup umur untuk meminumnya"

Orang itu pun melambaikan tangannya "Ya sudahlah, aku kira kalian berdua anak muda yang sudah cukup umur, eh ternyata hanya bocah saj, padahal arak ini sangat enak, sayang kalau tidak mencicipinya"

Obrolan itu pun berhenti dan mereka pun kembali memakan dan meminum hidangan yang ada di meja.

Terdengar suara langkah yang sangat berat, ternyata ada 3 orang yang memakai Jirah full armor naik ke lantai dua ini.

Satu orang perempuan dan 2 orang laki laki, melangkah menghampiri Willy dan Maria.

Orang yang tadi menyapa Willy pun bergegas pergi, seperti takut dan menghindari.

Beberapa orang berdiskusi "Lihat itu 3 kesatria suci kuil, mereka kesatria penjaga yang arogan, jangan sampai kita menyinggung mereka"

"Iya kalau menyinggung perasaan mereka, kita akan tamat"

Banyak orang yang berdiskusi mengenai sifat buruk dari kesatria suci kuil itu, mereka arogan dan sering menindas orang lain yang lebih lemah dari pada mereka.

Mereka juga diam diam di benci oleh penduduk kota artisea ini, tetapi mereka tidak berani menunjukannya, karena mereka takut menerima konsekuensinya yang sangat mengerikan.

Mereka bertiga tidak segan segan memukul serta membunuh orang yang menyinggung diri mereka, bahkan ada seorang anak yang hanya menyenggol mereka sedikit, mereka tega memukuli tanpa berbelas kasih.

Setelah sampai di tempat Willy dan Maria makan, seorang wanita di antara mereka pun berkata dengan kasar dan mengusir Willy dan Maria "Pergi dari sini, ini meja tempat makan kami"

Willy masih asik makan dan tidak merespon mereka, tetapi Maria mendongak menatap wanita itu, Maria pun membalas "Kenapa harus pergi, ini tempat umum, kalian lah yang pergi, cari tempat duduk yang lain"

Maria tidak bergeming menghadapi mereka, meskipun mereka di kenal dengan kesatria suci kuil.

Wanita itu pun tertawa "Hahaha.... Berani sekali wanita jalang kecil memprovokasi ku, sepertinya kamu tidak tahu siapa kami ini, atau kalian berasal dari kota lain"

Dengan polosnya Willy menjawab dengan mengacungkan jari jempolnya "Benar kakak memang hebat, bisa menebak kami dari mana, kami berdua hanya lewat dan makan di sini, jadi sebagai turis aku sarankan kakak pergi dari hadapan ku"

Ucap yang polos sambil makan kelihatannya tidak sopan, Willy juga memprovokasi mereka supaya pergi dari hadapan Willy.

Wanita itu pun menggertak giginya dan dia pun ingin membentak Willy yang sudah berkata tidak sopan.

Tetapi sebelum mengucapkan satu kata pun Willy sudah kembali berucap "Tidak usah mengancam kami, kami tidak akan takut ancaman kalian, hanya seorang pengecut yang lemah yang berani mengancam anak kecil seperti kami"

Maria mengambil gelas dan meminum sari buah kemudian dia menimpali perkataan dari Willy "kalau mau makan di meja ini Tunggu lah, sebentar lagi kami akan selesai, itu juga kalau tidak menambah dan memesan makanan lagi"

Orang orang yang ada di sekitar menatap kasian kepada Willy dan Maria, karena mereka berdua sudah berani memprovokasi kesatria suci kuil yang arogan seperti mereka.

Mungkin sebentar lagi Willy dan Maria akan mati di hajar oleh 3 orang kesatria suci kuil itu, mereka hanya menonton dan tidak berani memperingatkan Willy dan Maria supaya tidak menyinggung perasaan mereka bertiga.

Mereka pun sudah tidak tahan lagi dia orang laki laki yang ada di belakang wanita itu langsung mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Hai bocah apa kalian ingin mati, rasakan ini...."

Wuss....

Salah satu kesatria suci kuil mengayunkan pedangnya ke arah Willy, dia menebas Willy dari atas kepala untuk membelah Willy menjadi 2 bagian.

Crank....

Semua orang terkejut melihat kejadian ini, beberapa orang menutup matanya dengan tangan dan yang lainnya mengernyitkan dahinya.

Mereka berpikiran bahwa Willy akan terpotong menjadi 2 bagian oleh pedang tajam kesatria suci itu, tetapi apa yang terjadi.

Willy menangkap pedang itu dengan 2 jari Willy saja, kemudian Willy memplintir Pedang itu.

Peletak....

Suara patahan pedang itu sangat keras terdengar, sampai orang yang melihatnya membelalakan matanya dan berhenti bernafas sementara.

"Hai kak pedang mu kayaknya terbuat dari bahan yang tidak berkualitas, ini pasti pedang yang murah ya" cibir Willy.

Orang itu pun mengernyitkan dahinya, pedang itu adalah pedang pemberian uskup agung yang sudah di berkahi kekuatan dari dewa.

Tetapi hanya dengan pelintiran jari Willy pedang itu patah menjadi 2 bagian membuat orang berpikir bahwa perkataan Willy itu benar, yaitu pedang yang mereka miliki terbuat dari bahan berkualitas rendah.

Maria pun ikut mencibir "Sepertinya armor yang kalian pakai juga berkualitas rendah, boleh aku coba menggores armor kalian dengan belati yang aku miliki"

Maria pun mengeluarkan tombak petir yang di rubah menjadi belati yang mirip seperti keris, tanpa basa-basi Maria mengayunkan tangannya ke orang yang tadi ingin membelah Willy.

Srak.... Srek.... Srak.... Srek....

Maria menggores armor tersebut seperti selembar kertas, dan armor itu seketika tercabik cabik.

"Sepertinya benar, armor yang mereka pakai terbuat dari bahan yang berkualitas rendah, bahkan tidak mampu melindungi tubuh si pemakai, buat apa memakai armor, apakah kalian hanya untuk bergaya saja, kalau begitu lebih baik tanggalkan saja armor jelek mu itu" ucap Maria.

Semua orang membelalakan matanya karena armor yang sangat keras itu di cabik cabik dengan sangat mudah seperti mengiris kertas.

***

* Bersambung

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!