Selesai mandi, Kayana langsung merebahkan diri sembari mengecek ponselnya. Mana tahu dapat rezeki nomplok transferan dari abangnya atau mungkin sepupunya, mana tahu.
Sekarang baru pukul tujuh malam, Adrian mengantarkannya pulang tepat waktu. Jam enam teng, tepat sebelum Adzan berkumandang.
Ibunya langsung histeris begitu melihat Adrian, dan seperti biasa ibunya selalu berupaya untuk mencegah pria itu pulang. Untung nya Adrian paling jago perkara menolak secara halus, alhasil ibunya dapat memaklumi.
Tiba-tiba saja Kayana merasa tidak enak badan, jantung nya gampang berdebar, apa jangan-jangan dia kena hipertensi? Ah, tapi nggak mungkin! walaupun doyan makan micin, tapi di usia nya yang baru saja menginjak kepala dua ini nggak mungkin lah dia langsung kena hipertensi.
Tapi badannya malah semakin lesu, kayak kehabisan energi. Seolah-olah kegiatan tadi berhasil menyedot seluruh energi nya, padahal cuma jalan-jalan doang. Apa iya, dia sejompo itu?
Tiba-tiba saja Adrian melintas di benaknya, dan gejala yang Kayana rasakan tadi muncul lagi. Tubuhnya terasa lemas dan jantung nya berdebar-debar.
Kayana melakukan riset singkat di google, sontak mata nya langsung melebar dan hp nya terlempar begitu saja.
Buset, masa kata nya itu semua indikasi jatuh cinta?
Ahela, lebay banget sih ini berita.
Receh plus nggak valid!
Kayana mengambil ponsel nya kembali, kemudian menscrolling profil Adrian. Matanya memandangi foto Adrian lekat-lekat. Ah, siapa bilang dia jatuh cinta, bukti nya jantung nya biasa saja nggak berdebar-debar lagi! atau debarannya terasa biasa saja, karena sudah dia sugesti kan supaya jadinya biasa saja?
Tuh kan, kampret.
Emang deg-degan beneran!
"Gila, sih."
Kayana bangkit berdiri, memakai sandal nya kemudian berjalan mondar mandir di kamar nya. Merasa gusar karena rasa yang tidak seharusnya ada, tiba-tiba muncul kembali.
Sama seperti penyakit cacar, sudah pernah kena. Tau-tau nya kambuh lagi, kan nggak lucu!
Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar, Kayana langsung bisa menebak siapa yang datang.
Teriakan histeris Lisa langsung menyambut kuping nya begitu Kayana membuka pintu kamarnya.
"Kayanaa!"
Perempuan itu berdiri disana sambil menenteng dua bungkusan, yang satu nya berisi martabak dan satu lagi berisi roti bakar. Jangan bilang ini sogokan, plis deh! terlalu overrated dan low budget. Minimal Mcd kek.
"Yaampun maafin gue Kay, asli deh gue ketiduran. Pules banget, nggak kedengaran alarm bunyi sampe sepuluh kali. Bangun-bangun langit udah gelap, ya apa daya." jelas Lisa.
Kayana membentangkan pintu nya lebar-lebar, mempersilahkan perempuan itu masuk.
"Seriusan Kay, gue ketiduran." ulang nya lagi.
"Halah...lagu lama lo." cibir Kayana.
"Nih, gue bawain martabak sama roti bakar untuk memperbaiki mood. Ngerjain skripsi lagi kan lo, malem ini?" tebak Lisa saat melihat tumpukan kertas di meja belajar Kayana.
"Janji deh, besok gue temenin. Acaranya masih minggu depan kan?" Bujuk Lisa.
"Iyaa...iya gapapa, gue udah beli gaun nya."
"Hah? seriusan? sama siapa?"
"Hahah, biasalah." sahut Kayana ambigu, nggak kepikiran ditanya sampai sana dan nggak berani jujur juga. Takut tercipta gosip yang enggak-enggak.
"Oh, dianter bang Kiran?" tebak Lisa.
"Yoi..." Kayana mengiyakan pakai bohong.
"Beli dimana ini martabaknya? kok enak amat." tanya Kayana mengalihkan topik.
"Oh, martabak kemarin itu, gue angetin lagi." jawab Lisa enteng.
"Ya ampun, gue dikasih martabak sisa?" respon Kayana tersinggung.
"Astaga, gue beli nya kemarin malam tau. Di simpen nya juga dikulkas. Bukan martabak sisa, liat tuh masih kesegel masih nempel tuh stiker nya." tunjuk Lisa, Kayana cuma cengegesan.
"Mau main monopoli aja nggak? butuh hiburan nih gue. Akhir-akhir ini lagi nggak enak badan."
Nggak enak perasaan lebih tepat nya, nggak enak badan nya cuma mindset.
"Yaudah, tapi kalau kalah lo jangan ngambek."
"Heheh..."
Kayana terkekeh.
***
Kayana datang ke kampus pagi-pagi, lebih pagi dari pak Sam, CS kampusnya yang biasanya sudah standby di lobby fakultas dipagi hari.
Buset, dia berasa mahasiswa paling rajin se universitas Pelita. Tapi masih kalah rajin dari Bagas, yang pagi-pagi sudah nangkring di lobby. Maklum orang kalau sudah dekat sidang hawa nya langsung berubah, mendadak jadi mahasiswa paling rajin sedunia.
Makin rajin datang kekampus, makin rajin bimbingan. Aih, dia jadi iri. Bimbingan doang yang rajin, tapi skripsi nya nggak kelar-kelar. Ya, beda orang beda nasib itu biasa.
Kayana memilih duduk di sebelah Bagas, masih menunggu Adrian datang. Tadi kata nya sudah di jalan, tapi mampir dulu sebentar ke mana gitu. Yasudah lah, namanya juga mahasiswa sedangkan dosen adalah kasta teratas. Dia nggak bisa banyak minta.
"Hi Kay." Sapa Bagas ramah dan cerah, secerah mentari menyinari bumi,nyaris menyilaukan.
"Hi juga Bagas." balas Kayana berusaha ramah, tapi nggak yakin karena cetakan muka nya itu kadang nggak sesuai kehendaknya. Niatnya ingin beramah tamah, justru ekspresi kesal yang ditampilkan wajahnya. Kayaknya perlu ganti spare part.
"Ada bimbingan hari ini?" tanya Bagas berbasa-basi.
"Iya, lo juga?" Kayana bertanya balik.
Bagas menangguk. " Oh iya, minggu depan gue sidang. Jangan lupa dateng ya." ucap Bagas semringah. Pantas saja wajahnya secerah matahari,rupanya tinggal nunggu wisuda toh.
"Wah... congrats ya. Boleh lah ini traktirannya, jangan lupa!" timpal Kayana jenaka.
Bagas mengacungkan kedua jempolnya "Aman.." ujarnya sambil mengangguk.
"Gimana skripsi nya Kay, aman?" tanya Bagas humble.
"Aman ga aman sih hehe, Bab 4 gue tinggal di crosschek dosen dan inshallah di Acc hari ini. Finally, tinggal angsur bab 5 saja!" jawab Kayana sambil tersenyum.
"Alhamdulilah...semangat ya. Gue doain deh kita bisa wisuda bareng." Bagas menyemangati.
"Amin paling serius itu Gas." sahut Kayana sambil tertawa.
"Kayana." panggil seseorang tiba-tiba.
Saat Kayana mengalihkan pandangannya ternyata Adrian sudah berdiri dihadapannya, menatapnya dengan pandangan yang sulit ditebak.
Kayana buru-buru pamit pada Bagas dan segera membawa tas dan draft skripsi nya. Mengekori Adrian dari belakang, namun langkah kaki pria tersebut terlalu cepat. Nyaris berlari.
"Pak, tungguin pak." Kayana mencegat sebelah tangan Adrian.
Pria tersebut menghela nafas, kemudian menggenggam sebelah tangan Kayana dan membawa nya menuju ruangan.
Kayana auto deg-degan saat tangan nya digenggam erat. Aish, ini cowok nggak sopan banget gasih! Pacar bukan, suami bukan, malah seenaknya seret-seret anak gadis orang!
"Pak.." panggil Kayana begitu sampai diruangan Adrian.
"Apa?"
"Maaf."
Kayana menyentuh lengan nya. Adrian bersikap acuh, terlanjur kesal.
Hatinya dipenuhi rasa cemburu padahal nggak ada hak.
Saat melihat mata Kayana yang berkaca-kaca, Adrian langsung luluh. Menyesali tindakan kekanakannya barusan.
"Maafin saya juga, kita langsung diskusi saja ya." ucap Adrian lalu mengacak pelan rambut Kayana.
Memangnya dia siapa sih? dia nggak bisa menghalangi Kayana kalau suatu saat perempuan itu didekati oleh orang lain ataupun menjalin hubungan dengan orang lain.
Tapi hatinya tetap sakit, man!
"Jadi gimana pak?" tanya Kayana harap-harap cemas.
"Hmm...Bab 4 nya sudah oke, kamu boleh lanjut ke bab 5." putus Adrian, draft yang diajukan Kayana sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Alhamdulilah..."
Kayana langsung sujud syukur. Akhirnya bab yang paling krusial yaitu hasil dan pembahasan sudah berhasil dia lewati, sekarang perjuangannya tinggal sedikit lagi. Menyelesaikan skripsi, mendaftar sidang dan yeay, dia akan segera bergelar sarjana.
"Tapi kamu jangan terlalu senang dulu,meskipun tinggal bab akhir tetap nggak bisa disepele kan. Malah saya akan lebih teliti lagi sebelum Acc skripsi kamu, karena bagian akhir itu salah satu bagian yang paling penting." nasihat Adrian.
"Siap pak." sahut Kayana kalem.
"Seneng banget ya kamu." sindir Adrian saat melihat wajah bahagia Kayana.
"Heheh..." respon Kayana terkekeh. Dia patut berbahagia atas pencapaiannya sampai di titik ini.
"Oh iya pak,saya hampir lupa. Ini bekal untuk hari ke 2 nya ya pak." Kayana mengeluarkan lunch box dari tasnya.
"Menu apa yang kamu masak hari ini?" Tanya Adrian penasaran.
Kayana menggaruk tengkuknya canggung. "Heheh ntar dicek saja deh pak, saya nggak pede kalau bapak makannya didepan saya. Takut rasanya ga enak, tapi bapak terpaksa makan karena ga mau saya tersinggung."
"Saya appriciate apapun yang kamu masak kok,dan masakan kamu mostly enak semua." puji Adrian.
"Saya makan sekarang ya." putus Adrian, lalu membuka kotak bekal yang Kayana bawa.
"Double karbo ya kay,ada kwetiau dan nasi nya juga haha."
"Hehe...Sebenernya menu utama nya kwetiau goreng bakso, tapi sebagai orang indonesia nggak afdol rasanya kalau gapake nasi. Makanya saya tambahin nasi." sahut Kayana terkekeh.
Adrian mengeluarkan ponsel dari saku nya dan memotret bekal yang Kayana berikan.
"Eh, jangan difoto pak. Saya malu."
Adrian menatap Kayana dengan tatapan heran."Kenapa harus malu?bagus kok, keliahatan lezat juga." ucapnya.
"Tapi...ini saya masak spesial buat pak." jawab Kayana memelas.
"For your eyes only" bisiknya lagi pelan.
Adrian tersenyum lebar. Hatinya senang bukan kepalang, ah yang namanya cewek memang makhluk berbahaya. Bisa banget ngerepotin perasaan orang.
Adrian berdeham pelan untuk mengatasi rasa malunya. "Hmm..Yasudah kalau kamu mau nya gitu. Tapi yang satu ini saya post ya." ucap Adrian malu-malu kucing.
"Done." Adrian kelihatan puas dengan hasil jepretan nya dan langsung mengupload ke sosial medianya.
"Btw kamu galaper? Makan bareng saja yuk." ajaknya.
Kayana menggeleng sopan. "Gausah pak,kan saya masaknya buat bapak. Sudah makan kok tadi." tolak Kayana.
"Beneran?" Adrian menatap curiga.
"Suer.." balas Kayana sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk tanda piece.
"Oke deh."
Setelah beberapa suapan, Adrian menghentikan kunyahannya dan menatap aneh pada Kayana yang sedari tadi tidak berhenti memandangi gerak gerik Adrian saat makan. Dia jadi nggak enak kalau makan dilihatin gitu, kesannya kayak orang jahat. Orang ngiler tapi nggak ditawarin.
"Enak pak?" tanya Kayana.
"Banget. Kamu mau?" tawar Adrian lagi.
"Boleh deh pak." Ucapnya cengengesan.
Tuh kan, suka nggak konsisten sama ucapan sendiri.
"Yasudah sini." Adrian berpindah duduk ke sebelah Kayana dan menyodorkan bekal tersebut kehadapan Kayana.
"Lapar apa doyan?" Sindir Adrian saat Kayana memasukkan suapan ketiga kemulutnya.
"Heheh,saya cuma nyicip doang kok pak." balas Kayana sok segan tapi nggak menghentikan suapannya.
"Jangan dihabisin semua." seru Adrian.
"Saya makannya sedikit kok pak." ujar Kayana dengan nada yakin.
"Yaa...ya...anggap saja saya percaya." respon Adrian malas. Seperti kebanyakan kaum hawa pada umum nya. Ditanya lapar, bilang nya enggak. Tapi saat makanan terhidang didepan mata, makan nya ngalah-ngalahin orang yang punya.
***
"Pak...kenapa kita ke mcd?" tanya Kayana heran saat Adrian mengarahkan mobilnya ke salah satu restoran cepat saji. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi salah satu laboratorium rekan kerja Adrian, meminta sampel untuk keperluan penelitian pria itu.
- Adrian itu terlampau rajin- kalau kata Kayana.
Kalau dia sudah mencapai pendidikan setara pria itu dan mendapat pekerjaan stabil seperti dosen. Dia akan berpuas diri dan dengan senang hati akan fokus untuk mengajar mahasiswa saja.
Kayan malas banget melakukan penelitian-penelitian seperti itu,selain memakan waktu yang lama juga dibutuhkan otak yang supercerdas untuk mengakali jika sampel yang diuji rusak ataupun hasil yang diharapkan tidak sesuai dan Kayana tidak dianugrahi kemampuan semacam itu.
'Biar kamu paham cara pakai alat yang canggih,alat dilab kita masih ketinggalan.' ucap Adrian saat Kayana menayakan perihal -kenapa ia harus ikut.
Adrian ini hidupnya sudah seperti kekurangan sertifikat,diusia semuda itu dia sudah menerbitkan beberapa jurnal maupun artikel ilmiah. Kalau dibandingkan sama Kayana mah, sudah jelas nggak bisa dibandingkan.
Cita-cita nya hanya sebatas tamat kuliah, bekerja dan menjadi budak coorporate for the rest of her life,memiliki income yang stabil saja sudah sujud syukur. Nggak mau ambil pusing menjadi peneliti atau apapun itu,terlalu memusingkan.
Dan karena mindset seperti inilah Adrian bisa sukses dan tamat secepat kilat,sedangkan Kayana masih stuck diskripsi saja. Semangat dan antusiasme wanita itu sangat minim,hampir mendekati 0.
"Saya laper, emang kamu nggak laper? Tapi wajar sih kalau kamu nggak laper, kita makannya sepiring berdua, tapi porsi nya banyakan kamu." jawab Adrian pura-pura kesal. Kayana cuma cengengesan.
Adrian membuka seatbelt nya dan turun dari mobil, lagi-lagi tangannya refleks menggenggam tangan wanita itu. Aish, untung Kayana nggak sadar dengan akal bulusnya. Wanita disebelahnya ini terlalu positif thinking.
Setelah memesan makanan mereka menunggu sekitar sepuluh menit, dan akhirnya pesanan mereka pun diantar. Salah Adrian sih sudah mengajaknya kesini, alhasil dia memesan makanan nya seenak perut. Kalau kata nya mumpung gratis,kenapa nggak sekalian dipesan semua.
"Ckck...Banyak banget ini kay,porsinya sudah kayak mau arisan." ujar Adrian sambil geleng-geleng kepala. Dia tidak masalah dengan nominal yang dihabiskan untuk memesan semua ini, tapi dia sampai heran ini cewek kapasitas lambungnya seberapa besar sampai mampu menampung ini semua.
"Gapapa pak,sesekali. Selagi gratis." Jawab Kayana semringah.
Ada sedikit saus yang menempel disudut bibir wanita itu, Adrian refleks mengambil tisu dan menyeka sudut bibir Kayana yang belepotan.
Kayana auto degdegan karena perlakuan manis Adrian. Lagi-lagi gejala hipertensi nya kambuh, nggak sehat banget ini orang buat jantungnya.
"Enak banget ya..?" Tanya Adrian,dengan nada di lembut-lembutin segala.
Tuh kan, degdegan lagi. Ini jantung nya kenapa sih, apa perlu dia check up kerumah sakit?
"Enak nya karena gratis pak hehe. Sering-sering traktir saya ya pak." Kayana berusaha melawak,meskipun tau lawakan nya nggak lucu-lucu amat.
Adrian cuma tertawa halus, duh. Ini dia mau sampe kapan ya dibuat deg-degan terus? Kayana berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil menyomot kentangnya.
Sepertinya Adrian menyadari gelagatnya yang malu-malu dan pria itu malah semakin menggoda nya.
"Lihat ke saya dong Kay,kan lagi ngomong sama saya. Kenapa leher kamu kesamping terus, ga takut sakit leher?" Tanya Adrian sok polos.
Kayana ingin marah plus menangis rasanya, saking keki nya dibuat begini.
"Enggak kok pak,leher saya masih sehat banget. Kan masih muda ini hehe" jawab Kayana sambil menatap mata Adrian, mengabaikan debaran jantung nya yang menggila.
Gilak tuh orang, jahil nya kebangetan!
"Lucu banget sih kamu." Adrian terkekeh sambil mengelus-elus kepala nya.
Asyeemmm...asyeeem!
***
Saat berjalan menuju parkiran, Kayana melihat mobil dengan plat nomor yang tidak asing. Matanya membelalak seketika saat menyadari itu mobil abangnya.
"Pak sembunyi pak...cepet." ucap Kayana panik lalu menarik pergelangan tangan Adrian.
Mereka bersembunyi dibalik semak-semak yang cukup tinggi dan benar saja. Dugaan Kayana tidak salah, tampak Kiran, Kaivan serta ibu nya turun dari mobil tersebut.
"Ada apasih Kay." bisik Adrian dibelakang Kayana.
Kayana langsung merinding abis!
"Hahaha...aduh pak. Jangan bisik-bisik dideket telinga saya pak geli..." balas Kayana sambil mengusap-usap telinganya.
"Terus saya bisiknya kemana?kepunggung kamu?emang bisa denger?" Balas Adrian sewot.
"Bukan...bukan gitu pak. Itu ada keluarga saya." terang Kayana sambil mengintip-intip,memastikan keluarganya sudah masuk ke dalam restaurant.
"Terus memangnya kenapa kalau ada mereka?" Ucap Adrian sinis.
"Kita gaboleh ketahuan dong pak!" Balas Kayana kesal.
"Kalau ibu saya tau,beliau bisa heboh dan maksa bapak buat nikahin saya. Kalau abang saya tau, bapak bisa dipites karena saya gadibolehin pacaran." lanjut Kayana pelan.
"Ya gampang lah,kan tinggal nikah saja. Ga ribet." sahut Adrian enteng,seenak udelnya.
"Gabisa gitu dong pak." sanggah Kayana cepat.
"Emang kenapa sih? Kalau ibu dan saudara kamu tahu? Kita sudah sama-sama dewasa kok atau jangan-jangan kamu malu jalan sama saya?" Adrian kelihatan tersinggung.
"Bukan gitu pak,kan nggak ada apa-apa diantara kita. Saya cuma gamau mereka salah paham." Kayana menjawab dengan nada lelah.
Sorot mata Adrian menajam. "Saya gamasalah tuh,kalau orang anggapnya begitu."
"Memangnya kamu gamau sama saya?" Lanjut Adrian lagi,membuat kerutan dikening Kayana semakin dalam.
Kayana hanya bergeming diam. Dia sampai speechless, saking bingung nya mau merespon apa. Ini cowok sedang mengajaknya berpacaran atau apa sih? Kalau memang iya,di parkiran mcd banget? dengan suasana gelap-gelapan dan nggak ada romantisnya sama sekali. Sepertinya ditembak via text ataupun telfon lebih baik menurut Kayana.
Adrian mendesah kecewa. "Yasudah kita pulang" ujarnya dingin lalu berjalan mendahului Kayana,tampak marah.
Lah, seharusnya yang marah itu Kayana dong?!
Kalimat Adrian itu sangat ambigu,dia tidak mau dicap kepedean kalau mengiyakan ucapan pria tersebut secara gegabah. Sudah di buat bingung, dicuekin pula.
Ya gusti, salah nya apa coba?
Apa dia yang terlalu bodoh sehingga tidak dapat mencerna ucapan pria itu?
"Dasar nyebelin!" Batin Kayana lalu mengikuti langkah panjang pria tersebut,biasanya Adrian akan berjalan dengan pelan saat berdampingan dengan Kayana,namun saat ini pria tersebut benar-benar mengabaikannya.
"Tungguin saya pak" Kayana berlari kecil.
"Kamu kenapa ngikutin saya?kita kan gak ada apa-apa." sahut Adrian judes sambil menekankan kalimat terakhirnya.
Astagfirullah!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nuris Wahyuni
tinggalin aja Kay biar kapok gak pak adriannya dia yg mau hrs nya jujur gak pakai modus
2023-08-10
1
💕febhy ajah💕
astaga kay
jdi serba salah ya gegara pak dosennya yg sensian
2023-07-13
1