"Ibunya bapak gaul ya." komentar Kayana begitu Adrian kembali se usai mengantar ibunya.
"Oh iya..saya jadinya pesanin bapak milkshake. Gapapa kan pak?" tanya Kayana sembari menyeruput minuman miliknya.
Adrian balas mengangguk tanda tidak masalah.
"Gaul gimana?" tanya Adrian sambil meletakkan bawaan nya dimeja.
Seperti biasa, naluriah seorang ibu itu nggak pernah bisa membiarkan anaknya pulang dengan tangan kosong. Alhasil dia dibungkusin lauk pauk.
"Engga,saya senang saja ketemu orang seperti beliau. Easy going dan juga open minded. Kayaknya bakalan seru kalau bisa jadi teman ngobrol." Kayana tampak kagum.
"Kalau kamu mau ngobrol lagi bisa kok, tadi sudah ditawarin tuh sama ibu saya buat dateng ke rumah. Kalau mau kesana kabarin aja." tawar Adrian.
"Hahaha, next time ya pak." sahut Kayana basa-basi.
Kayana masih rada-rada kagok kalau harus bertemu tatap lagi dengan ibu nya Adrian. Biarpun ketemunya nggak cuma berdua, bareng Adrian sekalian. Tapi, gimana ya menggambarkan nya...rasanya kayak aneh aja gitu, mereka kan cuma temen.
"Hmmm...saya boleh tanya sesuatu nggak pak?"
"Kalau boleh tahu, tempat itu tadi punya ibunya bapak?" Tanya Kayana hati-hati.
Adrian menghela nafas pelan "Iyaaa,punya ibu saya." jawab Adrian dengan berat hati.
"I'm sorry, I didn't mean to hide anything. Saya cuma takut kamu nggak nyaman kalau tahu butik itu punya ibu saya, thats it." jelas Adrian.
Adrian memang tidak terlalu ingin mengumbar identitasnya pada Kayana. Karena sejatinya bukan dia yang kaya, tapi orang tua nya. He has nothing and still strives for it.
Sejauh ini Kayana selalu bersikap santai didepannya. Dia nggak mau 'social status and stuff' membuat Kayana merasa tidak nyaman berdekatan dengan Adrian. Karena sejauh ini, wanita yang benar-benar tulus mendekatinya tanpa memandang latar belakangnya, cuma Kayana.
and he didn't want to lose it!
Sebenarnya alasan Adrian menolak Kayana dulu, karena dia masih belum yakin dengan perasaan perempuan itu padanya. Banyak yang mendekati Adrian hanya karena latar belakang keluarga ataupun sekedar mencari popularitas karena kakaknya seorang presenter terkenal sekaligus influencer yang cukup berpengaruh pada masanya.
Namun Kayana sama sekali berbeda, perempuan itu tulus menyukai Adrian apa adanya. Kayana sama sekali tidak tertarik pada harta nya, bahkan disetiap kesempatan wanita tersebut selalu berusaha mengganti bill nya, sedikit ngotot malah. Padahal Adrian tidak merasa keberatan, toh hanya membayar seporsi makanan untuk perempuan itu tidak akan membuatnya bangkrut.
Pada saat itu, dia belum mengenal Kayana sepenuhnya dan saat Adrian mulai menyadari perasaan nya. Semuanya nya sudah terlambat, wanita itu sudah terlanjur melupakannya. Setelah itu Adrian melanjutkan studi keluar negri, dan kisah mereka kandas begitu saja.
Dia jatuh cinta pada sosok Kayana yang selalu apa adanya, just being around her felt really comfortable. Kayana bisa saja kelihatan berani dan keras kepala. Namun saat mengenalnya lebih dalam,perempuan itu juga merupakan sosok yang lembut dan berlaku tulus kepada siapa saja tanpa pandang bulu. She is perfect in everyway.
"Kamu nggak papa, berteman sama saya?" tanya Adrian hati-hati.
Kayana mengendikkan bahunya. "Whats the problem, saya senang berteman sama siapa saja." sahut Kayana enteng.
Adrian menghela nafas lega.
"Malah sejujurnya,saya yang merasa sedikit minder untuk berteman sama bapak hehehe." sorot mata Kayana sedikit sedih
"Oh, please don't be." potong Adrian cepat.
"Mee too, I didn't see any problem with us being friends. Malah saya yang bersyukur karena kamu mau berteman sama saya. As you can see, i don't have many friends. Banyak sih, tapi sudah pada sibuk semua. Ada yang sibuk sama karir, ada yang sibuk karena sudah berkeluarga."
"Iyasih, temen-temen angkatan bapak kan sudah pada nikah semua. Bapak ketinggalan gerbong ya pak?" respon Kayana jenaka.
"Becanda pak." ralat Kayana saat melihat wajah keki pria disebelahnya.
"Tapi jujur deh, saya bersyukur bisa berteman sama bapak. Our relationship is not in a good term for so long, we used to loathe each other, aren't we?" ujar Kayana sembari tertawa.
"Kay, saya nggak pernah membenci kamu." ujar Adrian mengklarifikasi. Kayana tampak kaget.
"Boleh saya luruskan kesalahpahaman kita dulu, sekarang? I know it's too late, tapi saya gamau kamu terus-terusan salah paham."
Kayana pun menangguk.
"The reason why I didn't accept your feelings is not that I hate you, I never hate you. In fact, it was me being too dumb and naive at that time. Right now, I'm really grateful that I get to know you." ujar Adrian tulus,membuat senyuman terbit di bibir Kayana.
"I tought you hate me." ucap Kayana dengan mata berkaca-kaca.
"Nggak mungkin." balas Adrian.
"Kamu orang baik, everyone loves to be around you and me either."
"Can I hug you?" pinta Kayana.
"Come here."
Adrian membentangkan tangannya lebar-lebar dan wanita itu berhambur kedalam pelukannya.
Kayana menatap manik mata Adrian lekat. "Makasih banyak ya pak." ujarnya tulus.
"Untuk semuanya, saya gabisa sebutin satu-satu. Terimakasih sudah mau meluruskan kesalahpahaman kita dulu, terimakasih juga sudah mau repot-repot meluangkan waktu bapak hari ini untuk saya, padahal saya yakin jobdesk bapak sebagai dosen juga gak sedikit."
Adrian balas menatap Kayana lembut lalu mengacak rambut Kayana pelan. "Kamu wisuda tepat waktu saja, itu sudah cukup buat saya. Kamu gaperlu hutang budi segala."
Kayana pun tersenyum lebar mendengar jawaban yang Adrian lontarkan. "Acc skripsi saya jangan dipersulit ya pak." kekeh Kayana jenaka.
"Kay, kamu anak yang jenius tapi kamu selalu nggak sabaran dan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu. Setiap saya cek kembali draft skripsi yang kamu kirimkan selalu ada typo dimana-mana, kamu kurang teliti dan selalu ingin cepat selesai. Di dunia kerja kita tidak bisa seperti itu Kayana, semuanya harus sistematis dan tertata. Ketelitian itu penting, bukannya saya ingin mempersulit skripsi kamu. Tapi saya harap kamu lebih teliti lagi kedepannya.Demi kebaikan kamu juga." jelas Adrian.
Kayana mengangguk paham, yang dijelaskan pria tersebut nyaris semua nya benar.
"Udah dong, kamu jangan sedih terus. Skripsi ini cuma sebagian kecil dari perjalanan kamu menuju kesuksesan. Skripsi kamu selalu saya bantu,loh." bujuk Adrian.
"Tapi revisi nya banyak amat pak, capek." keluh Kayana pada dosennya sendiri.
"Kalau nggak mau capek,ya jadi istri saya aja. Langsung saya Acc sambil tutup mata." ujar Adrian terbahak.
"Lucu!" sahut Kayana sengit.
"Tapi saya serius loh ini." balas Adrian genit sembari mengerlingkan mata.
"Ntar aja deh pak, saya masih belum tamat!" respon Kayana keki.
Adrian hanya tertawa, sambil mengamini didalam hati.
Bismillah, soon?
***
Adrian mengantarkan Kayana pulang tepat sebelum hari mulai gelap.
Sedangkan wanita disebelahnya sudah terlelap sejak setengah jam yang lalu, Adrian ingin membangunkan tapi nggak tega. Habis tidurnya pules banget, mata nya sudah kayak nggak dipakai merem setahun saking bengkaknya sehabis menangis tadi.
Yap, saking terharunya itu cewek nangis kejer sewaktu dikafe tadi. Untung nya mereka duduk di VIP Room, sehinga nggak ada orang yang lalu lalang. Baju nya sampai lembab karena perempuan ini menangisnya non stop.
Sepertinya Kayana tipe perempuan yang gampang terharu, sehabis meluruskan kesalahpahaman diantara mereka. Kayana mulai nyaman bercerita dengannya, perempuan itu menceritakan banyak hal tentang dirinya. Mulai dari cerita bahagia sampai bagian sedih nya juga dia ceritakan, sedikit oversharing sebenarnya tapi Adrian senang bisa mengenal perempuan itu lebih banyak.
Untungnya Kayana langsung terbangun sewaktu mereka sampai. Setelah berbasa-basi sedikit dengan calon ibu mertua, Adrian langsung pamit pulang. Dia nyaris ditahan tadi, tapi jujur saja dia merasa segan karena hari sudah malam dan berasa nggak sopan aja gitu bertamu ke rumah orang malam-malam.
"Gimana tadi date nya?" tanya Ibunya, sambil membentangkan daun pintu apartement nya lebar-lebar, mempersilahkan masuk.
"Mami ngapain disini?" tanya Adrian heran.
Matanya melebar saat melihat banyak nya makanan yang terhidang di meja makan, ibunya nggak sendiri disini. Ada ayahnya, Kakaknya Ralina beserta suami dan anaknya.
Sampai ada ketupat dan opor ayam segala.Ini seriusan keluarganya sampai mengadakan syukuran karena Adrian baru pertama kali kencan?
"Syukuran dong! Mami sampai nelfon papi nyuruh papi mu cepet-cepet pulang. Kita harus syukuran biar hubungan kamu langgeng sampai di pelaminan."
Adrian meringis,berasa saking ngenes nya dia. Orang-orang sampai heboh dan mengadakan syukuran. Pujaan hati nya saja masih sibuk skripsi, gimana mau diajak nikah?
Resiko sih, mendekati dedek-dedek gemes yang belum wisuda. Dia memang kudu sabar.
Pdkt juga baru 0,001 persen, yakali dia langsung ngelamar anak orang. Diterima kagak, ditolak sudah pasti iya.
Niat hati ingin rebahan lalu menelfon pujaan hati, tapi apa boleh buat. Apartement-nya sudah di kuasai oleh keluarga besarnya. Bahkan Keira, keponakannya sudah asyik berlarian kesana kemari.
Sedangkan sang kakak, yang jarang memasak tumben-tumbennya berada di dapur. Adrian jadi merinding, ini dia nggak bakalan dibuat keracunan kan?
Adrian mengode sang abang ipar, namun Gio hanya menangkat bahu. Nggak berani menegur sang istri yang sedang semangat-semangatnya memasak didapur. Kalau kata nya mah, rumah sakit kan deket. Keracunan dikit, nggak papa lah. Ke emergency lima menit juga sampai.
Benar saja, begitu menuju dapur Adrian melihat tumpukan bumbu dapur siap pakai. Seingatnya perempuan dirumahnya nggak ada yang jago masak, tapi setidaknya dengan menggunakan bumbu siap pakai rasa nya masih bisa ditoleransi lidah.
Begitu makanan selesai dihidangkan, mereka makan dengan khidmat. Untungnya sebagian besar makanan ini masih layak dikonsumsi meskipun daging nya masih sedikit alot setidaknya masih bisa dikunyah.
"Jadi kapan kalian lamarannya?" tanya ibu nya begitu Adrian selesai makan.
"Nunggu Kayana tamat dulu laj mih." jawab Adrian asal.
Aih, kalau begini dia bisa dijerat pasal nggak sih? Karena sudah menyebar hoax, pujaan hati nya saja belum tentu setuju.
"Ish, masih lama itu. Oiya, nanti kalian pesta nya kalau bisa di Shangri La aja deh ya, mami sudah ketemu WO yang cocok." ucap ibunya sambil scrolling ponselnya, menunjukkan kontak WO yang dimaksud.
Ekspektasi ibu nya terlalu tinggi, sedangkan untuk realisasinya jelas tidak semudah itu. Secara, mana ada orang yang mau diajak nikah padahal akrab mah juga belum, baru banget tadi pdkt nya.
"Mi, orang nya diajak pacaran juga belum. Gimana mau diajak nikah." keluh Adrian.
"Mami kan nggak bilang sekarang, kita cari-cari WO saja dulu. Nggak perlu buru-buru." sahut ibu nya enteng.
Nah, itu tuh yang namanya buru-buru. Calon pengantin nya saja belum tentu setuju, sudah cari WO duluan. Mana bisa konsepnya begitu.
Adrian nggak yakin sejauh mana obrolan ini bakalan ngelantur, tapi dia iya-iya saja saat ibunya menceritakan pernikahan impian untuk anaknya. Tapi mau nggak mau dia ikut mengkhayal juga, Ah semoga semua ini jadi kenyataan.
Biarpun Adrian berniat serius, tapi kan belum tentu sang pujaan hati menerima niat seriusnya ini. Hampir satu tahun dibuat menderita perkara skripsinya, yakin tuh anak nggak dendam sama dia? Barang sedikit pun?
Tak lama kemudian, ponselnya berdering.
Adrian auto heboh saat melihat caller id di ponselnya. Nyaris kehilangan akal saking groginya.
"ANGKAT WOY!" hardik Ralina kesal saat adiknya malah mondar-mandir dihadapannya, bukannya menjawab panggilan tersebut.
Seriusan adiknya lebay abis,timbang di telfon gebetan doang hebohnya ngalah-ngalahin orang lahiran.
Ralina cuma geleng-geleng kepala. Susah memang kalau orang sedang kasmaran.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dian Agustin
😂😂😂 ya ampun,,,, pak Adrian ky abg baru pertama x suka sm ciwi
2023-07-23
1
💕febhy ajah💕
harap maklum mbak
seumur2 pak dosennya baru mau pacaran, jdi ya gtu kelakuannya. 🤣🤣🤣
2023-07-13
1
Nabil Az Zahra
ya di maklumi aja sih mbaak,,,🤣🤣🤣
2023-06-19
1